Fiersa benar, rindu tak bisa diatur. Tapi
tak juga jika harus dipertemukan dengan pemiliknya. Karena ada saatnya
rindu harus menjadi benda pusaka yang tersimpan lama di kotak berharga,
hingga pemiliknya sendiri yang membukanya.
Saat rindu itu datang,
aku seolah tak melihatnya, berusaha menyibukkan diri dengan segala cara. Iya, memang berat melakukannya, menunggu sampai entah kapan rindu
itu dijemput.
Terkadang rindu datang memecah keramaianku menjadi sepi hanya untuk sekedar mengingatnya. Itu
menyakitkan? Tidak, selama aku tak mengijinkannya masuk ke dalam hati ini.
Tapi rutinitasku harus berlanjut. Tak berhenti sampai rindu yang tak
terjemput itu. Meskipun sang pemilik tak menjemputnya, semoga sang waktu mampu menjemputnya pulang.
No comments:
Post a Comment