Suka itu mudah, namun apa mencintai pun mudah? Sangat butuh waktu untuk itu.
Aku
tak tau apa hanya aku yang kau bagi ceritamu. Tapi disana aku
mendengarnya dengan sangat baik hingga aku susun kembali menjadi rapi.
Sehebat
itu aku, tak. Aku hanya orang yang tersadar bahwa aku sudah lupa dengan
sekitar dan hanya ingat ada kamu yang lebih penting untukku dengar
ceritamu.
Setiap kita berbicara, aku hanya membalas singkat bicaramu. Sungguh, aku hanya ingin mendengar semua yang kau ceritakan. Dari hal yang sudah kuketahui sebelumnya, hal yang tak masuk
akal, bahkan hal sepele menjadi bahan kita untuk tertawa.
Aku tak ingin malam ini seperti lilin yang saat dinikmati terasa cepat habis. Aku masih ingin meneguk sinarnya. Aku belum ingin berada di kegelapan malam saat tau kita sudah terpisah oleh jarak masing-masing dan hanya membisu di depan ponsel menunggu lanjutan episode cerita yang terpotong itu.
Jangankan sikapmu, ketikan singkat darimu saja meruntuhkan tembok pertahananku yang telah kukokohkan lama saat terakhir kau tak lagi bersamaku. Yang aku tau, aku sudah mengingatkan bahwa ini hanya sesaat, pada diriku sendiri. Tapi bodohnya aku, aku lupa dengan ingatan ku sendiri.
Aku yakin kau sedang membawa hatiku, tapi aku tak tau hatiku itu akan kau jaga atau kau hancurkan. Hingga akhirnya kau hilang membawa harapanku terbang entah kemana.
***
Sejak pertemuan itu, aku harap kehidupanku berjalan normal sebagaimana
mestinya. Karena aku tak ingin moment yang hanya berjam-jam itu merusak
pikiranku yang terlepas dari tidurku nanti "What should I do?" Aah, kenapa kau tak lantas beranjak pergi saja, menjalani rutinitasmu seperti biasa,
bermain-main dengan mereka, kenapa?
Aku sudah tau seperti apa
setelahnya yang terjadi, jadi aku tak butuh keahlian dramamu.
No comments:
Post a Comment