Tuesday, April 30, 2019

Sakit dan Perih

Suatu saat kau akan merasakan sakit karena tau dan perih karena mencari tau.

Aku Salah Sudah Mengenalmu

Menangisi diriku sendiri.
Kupikir itu belum cukup untuk menghapus semua kesalahanku dalam mengenalmu.

Kehilangan yang Tak Pernah Datang

Kau merasa kehilangan seseorang yang sejatinya tak pernah datang.
Itu bukan kehilangan seseorang, tapi kehilangan angan.

Sesampainya Tiba

Sampai kapan kita tersadar?
Sampai si buta melihat si lumpuh berjalan dan si tuli mendengar si bisu berbicara?

Jaga Hatimu Lebih Dulu

Ku akui kau cukup cerdas menutupinya. Tapi kau punya hati yang tak bisa kau tipu dan kau permainkan sendiri.

Dalam Diam Ada Naluri Mencintai

Iya, kau memang bodoh.
Untuk apa kau mencintainya dalam diam.
Demi untuk merasakan sakit yang teramat dalam dan hanya bisa diam?

Masih Menjadi Bagian Doaku

Sungguh aku bodoh masih saja menyebut namamu dalam setiap doaku.
Tapi kenapa sulit untuk berhenti?

Penghancur Hebat

Sering kali kuperbaiki, tapi tetap saja rapuh. Pondasiku yang tak kokoh atau kau penghancur yang hebat?

Terlalu Baik Menciptakan Kesakitan

Berkali-kali pun datang dan pergi, dia tetap takan pernah salah. Selama kau tak membuka pintunya.
Dia terlalu baik menyapa, kau terlalu baik memberinya tempat singgah.

Bukan Untuk Menepi

Aku tak seharusnya menepi di tempat ini.
Ada jalan yang tetap harus kulalui, meski sendiri.

Seserius Inikah Bermain?

Ada hati yang kau peluk
Ada cinta yang kau tanam
Ada rindu yang kau cipta
Seserius inikah bermain?

Melupakan yang Tak Pernah Ada

Aku tak pernah tau caranya melupakan orang yang tak pernah ada.
Membawanya sejak awal adalah kesalahan terbesarku.

Saturday, April 27, 2019

Kini, Akulah Juaranya

Terimakasih telah menjadi guru yang tak pernah kukira pengajarannya.
Mengenalmu bukanlah kesalahan, melainkan aku banyak belajar dari kesalahan.

Friday, April 26, 2019

Tetap Disana

Apa yang buruk seharusnya tidak ditinggalkan. Tetaplah disana untuk memperbaikinya.
Perjuangan mencinta memang tidak semudah kau berbagi tawa dengannya.

Tuesday, April 16, 2019

Kita Bertiga dengan Tujuan yang Sama

Kau tau mengapa aku bahagia saat dipertemukan bertiga dengan waktu juga kesibukan?
Agar aku tau caranya melupakan yang tak seharusnya ku ingat.

Sunday, April 14, 2019

Lanjut atau Putar Balik

Jika memang tak mampu untuk menyanggupi, mengapa tak dari awal menyudahi
Aku sudah terikat dengan jalan ini, jalan yang sudah kuperbaiki dan kuindahkan dengan taman yang bersama kita rangkai
Kau tak sanggup meninggalkan tapi kau mengorbankan
Sedang disini aku sanggup meninggalkan tapi aku tak sanggup mengorbankan

Entah aku akan sanggup atau tidak menjawab pertanyaan 'Mengapa' dari mulut mereka, yang bahkan mendengarnya saja aku tak cukup berani
Cukupkah air mataku mewakili itu? Karena bibir ini tak lagi mampu untuk berucap

Aku tak ingin bertanya pada semua wanita "Sanggupkah menjadi seperti aku?", karena aku akan merasa sangat terkapar lemah jika ternyata jawaban mereka adalah "Pemberontakan, tangisan, kecemasan dan kekecewaan"
Itu adalah suntikan mati untukku

Kenyataan yang Terjadi

Aku kecewa pada diriku, karena kesalahannya ada padaku yang berharap lebih, sedang kau tak dapat menyanggupi

Aku kecewa telah memaksa diriku untuk mendapat apa yang menjadi keinginanku
Aku sakit dengan pengkhianatan diriku yang telah berbohong

Raut wajahku memang baik-baik saja
Tapi hati. Aah sudahlah tak perlu kau tau yang sebenarnya
Sudah pasti patah, rapuh, luka
Meski tak berdarah tapi ini membekas

Hanyut yang Membawa Luka

Selalu dijauhkan dari orang-orang yang datang hanya untuk meninggalkan luka, adalah secarik dari bagian kecil doa panjangku.
Tapi nyatanya kau menapis jawaban itu. Kehadiranmu bukanlah jawabannya. Entah itu hadir atau kehadiran.

Kau datang untuk selalu mengajakku melihat keindahan bahwa dunia ini adalah tentang kita. Entah kenapa sulit sekali untukku menolak ajakan itu.

Aku terlanjur hanyut dengan bahagia yang kau beri. Padahal ku sadari itu hanya pelangi, yang saat melihatnya aku senang, namun merasa cemas karena takut pelangi itu akan menghilang.

Benar saja. Tak lama sebelum kau antar aku pulang, kau menghilang.
Untuk kesekian kalinya.

Masih Membekas

Ada masanya seseorang bisa saja berubah.
Aku percaya, bahwa hadir atau perginya seseorang dalam kehidupan ini pasti akan membawa perubahan. Entah perubahan itu menjadi lebih baik, atau sebaliknya.

Aku tak dapat memahami keadaanku saat ini, tak cukup peduli mungkin. Tapi tak dapat juga ku alihkan, karena ternyata ini mengganggu.
Aah, kesibukan ini tak cukup untuk menutupinya. Pura-pura melupakan tapi semakin tak bisa ku lupa. Pura-pura mengira tak pernah terjadi apapun tapi semakin ingatan itu melekat.

Tak ada yang bisa dengan cepat melupakan sesuatu. Apalagi yang telah melekat lama.
Semua butuh proses. Entah dari pura-pura tak pernah mengalami hal itu, pura-pura mencari kesibukan, yang semua hal itu dilakukan agar bisa terlupakan.
Tetap saja tidak mudah. Semakin dipaksa lupa, semakin lemah rasaku untuk mendobrak itu.

Sebatas Kisah

Dulu,
Aku pernah mencintai seseorang meski aku tak bersamanya.
Aku pernah memikirkan seseorang meski aku tak memilikinya.
Aku pernah mengikuti seseorang meski aku tak mengiringinya.
Aku pernah menginginkan seseorang meski aku tak pantas.

Dia,
Yang membuatku merasa seperti istimewa,
Yang membuatku merasa seperti prioritas.

Karenanya,
Aku pernah tersenyum malu,
Aku pernah tertawa sendiri,
Bahkan aku pernah menangis kesal karena kecemburuan yang membuatku terluka.

Tapi itu semua hanya sebatas pernah yang tak lama bertahan. Yang aku pikir hanya sebuah ambisi untuk memperjuangkan seseorang yang kini entah kemana.
Dan yang masih ku ingat kini, aku pernah tuli hingga aku tak cukup pandai mendengar bagaimana yang disebut cinta dan sekedar nafsu belaka.

Cerita Hanyalah Kenangan yang Menjadi Masa Lalu

Dulu, kita saling memiliki dan merasakan rasa yang sama. Seiring berjalannya waktu, rasa itu hilang di hati masing-masing saat jarak memisahkan dan kita tak lagi sedekat dulu.

Waktu pun berlalu, jarak yang selama ini memisahkan pun menyatukan kita kembali. Namun, tidak dengan waktu.

Aku tertawa saat kau berusaha merangkul waktu yang seperti dulu. Caramu lucu. Sederhana memang. Aku suka. Dan yang tak ku sangka, kau mencoba mengembalikan yang dulu pernah hilang disana.

Sampai pada saat jarak yang semakin mendekatkan kita, dan waktu yang mendukung kita agar kembali seperti dulu lagi. Nyatanya kita saling tak menyadari itu. Semakin lama, kau sibukkan hatimu dengan yang lain.
Tapi aku masih disini. Terjebak pada hatimu.

Jarak yang kian menjauh membuatku merasa tak lagi ada kesempatan mendapatkan waktu itu. Aku berhenti. Bukan karena bosan. Bukan karena menyerah. Tapi karena aku tau kau takan kembali lagi saat itu. Berhentinya aku bukan untuk pergi. Aku masih disini. Hanya saja aku tak berjalan lagi.

Aku pergi ke tempat yang lain untuk mencari udara yang pernah kita hirup dulu. Tapi aku tak menemukannya. Tak ada rasa nyaman, senyaman aku berada disana bersamamu.
Lagi-lagi aku kembali ke tempat itu. Dan aku lihat kau belum disana. Aku katakan ‘belum’ karena aku yakin kau akan datang. Entah dengan tujuan apa yang kau bawa. Saat itu aku tak cukup peduli.

Suatu waktu, aku tak pernah lagi kembali ke tempat itu. Tapi semua masih terekam jelas di memoriku. Tempat yang selalu ku ceritakan keindahannya pada mereka didekatku. Dan ya, mereka setuju jika tempat itu memang indah. Seindah yang aku rasakan saat berada disana bersamamu.

Banyak tempat yang lebih indah dari ini. Tapi aku tak tertarik untuk datang. Aku tak tau, apa kenyamanan yang aku rasakan dulu akan kembali hadir menemuiku. Namun, meski akan sama, aku tetap tak ingin.
Aku sadar, ternyata kenyamanan bukan soal tempat. Tapi soal siapa yang menciptakan kenyamanan itu dan merasakannya bersama orang yang menciptakannya.

Hingga pada akhirnya aku kembali. Ternyata kau disana. Kita saling menebar senyum. Senyum yang mengembalikan ingatan saat kita bersama dulu.
Ku bilang rindu, dan kau katakan kau sangat rindu. Rindu ini yang pertama. Entah kenapa hanya kau yang aku rindukan seperti ini. Dan kau, yang membuatku tersipu selalu.

Antara Hati dan Logika

Entah kau akan ku sebut siapa.
Entah kau akan ku posisikan dimana.
Karena hadirmu tidak menetap, pulang dan pergi pun sesuka hati.
Di setiap pertemuan yang tak ku duga, kau berusaha mengubah waktu. Sebelumnya kau pernah melakukan ini. Kecewa, patah, terluka, pernah ku alami bersamamu.

Aku sadar, berharap darimu adalah sebuah kekecewaan yang ku rangkai sendiri. Karena menjadi bagian darimu bukanlah hal yang mudah.
Aku sendiri tak paham, kenapa aku berani untuk kembali menulis cerita bersamamu lagi. Memang aku tak akan pernah tau seperti apa akhirnya, tapi yang ku tau, sebelumnya adalah sama.

Hingga akhirnya aku jatuh dan terperangkap jauh dalam duniamu. Dan aku mulai menanam angan disana, bahkan tak lupa ini semua seringkali ku 'semogakan'. Namun lagi dan lagi, aku kembali merasakan kecewa dengan angan yang ku tanam sendiri.
Dan janjiku pada diriku sendiri adalah  tidak akan menyebut ini sebagai kehadiran. Sebab kau selalu pergi tanpa pamit.
Caramu sangat sederhana memang, hanya diam, dan mengabaikan kepanikan ku saat ku sadari kau tak lagi ada disini.

Harapku selalu ingin pergi. Menjauh dari apa yang menjadi harummu. Menghilang, melupakan, ingin sekali ku lakukan, namun itu tidaklah mudah. Tak semudah saat kau datang.

Seperti lukisan abstrak yang sulit untuk dapat ku artikan. Angan ku bisa saja memudar dan hilang.
Lantas apa aku harus tetap bertahan? Ah, aku tak yakin akan melakukan itu.
Berhenti? Mungkin memang sudah seharusnya aku menghentikan langkah ini. Karena jikapun aku pergi, kau tetap tak akan mencariku.
Meski sakit, logika dan hati harus tetap saling mengerti.

Perencana yang Sempurna

Andai saja aku mampu membolak-balikan hati. Mungkin aku takan pernah memilih seseorang yang tidak menginginkan keberadaanku di dekatnya.
Rasanya ingin ku lenyapkan semua rasa untuk segala harapankuu, menghapus bayang yang seringkali mengundang rindu dan melupakan perasaanku yang berbeda.

Aku hanya manusia yang tidak dituntut untuk memusingkan perihal jodoh. Karena Allah pasti telah menyiapkan dia di waktu yang tepat. Saat dipertemukan dengan dia yang kehadirannya untuk menetap bukan saja sesaat. Aku yakin, Allah mampu mengubah situasi paling terpuruk menjadi keadaan terbaik.

Jodoh,
Bila Allah cepat menyatukan kamu denganku, maka kita tak akan pernah merasakan indahnya sebuah penantian dan keajaiban dari doa-doa yang sudah kita ucap.

Saturday, April 13, 2019

Antara Hati dan Perasaan

Hati tak pernah perhitungan seperti pintarnya manusia. Ia bodoh jika tentang ini, hingga tak pernah bisa membedakan mana yang lebih baik dan yang lebih buruk.

Tapi hati itu teratur, tak seperti rindu. Hati bisa menangkap tenang, karena jika hati sudah tergesa-gesa, hati harus siap untuk tersakiti karena jalan ceritanya yang rusak.

Dan rasa, hanya hadir untuk dirasakan bukan untuk diutarakan. Karena ketulusan tak berarti seseorang harus tau apa yang kita perjuangkan.

Aku menjadikan peran dibelakang layar sebagai posisi aku saat kau bermain. Agar aku bisa leluasa melihat sebesar apa tawamu disana.
Namun nyatanya rasa sukaku pada pemikirannya tak bisa jika tak ku utarakan, meski untuk menyembunyikan rasanya aku sangat hebat.

Sejejak Rindu Tanpa Harap

Fiersa benar, rindu tak bisa diatur. Tapi tak juga jika harus dipertemukan dengan pemiliknya. Karena ada saatnya rindu harus menjadi benda pusaka yang tersimpan lama di kotak berharga, hingga pemiliknya sendiri yang membukanya.

Saat rindu itu datang, aku seolah tak melihatnya, berusaha menyibukkan diri dengan segala cara. Iya, memang berat melakukannya, menunggu sampai entah kapan rindu itu dijemput.
Terkadang rindu datang memecah keramaianku menjadi sepi hanya untuk sekedar mengingatnya. Itu menyakitkan? Tidak, selama aku tak mengijinkannya masuk ke dalam hati ini.

Tapi rutinitasku harus berlanjut. Tak berhenti sampai rindu yang tak terjemput itu. Meskipun sang pemilik tak menjemputnya, semoga sang waktu mampu menjemputnya pulang.

Thursday, April 11, 2019

Pertemuan Singkat

Suka itu mudah, namun apa mencintai pun mudah? Sangat butuh waktu untuk itu.

Aku tak tau apa hanya aku yang kau bagi ceritamu. Tapi disana aku mendengarnya dengan sangat baik hingga aku susun kembali menjadi rapi.
Sehebat itu aku, tak. Aku hanya orang yang tersadar bahwa aku sudah lupa dengan sekitar dan hanya ingat ada kamu yang lebih penting untukku dengar ceritamu.
Setiap kita berbicara, aku hanya membalas singkat bicaramu. Sungguh, aku hanya ingin mendengar semua yang kau ceritakan. Dari hal yang sudah kuketahui sebelumnya, hal yang tak masuk akal, bahkan hal sepele menjadi bahan kita untuk tertawa.

Aku tak ingin malam ini seperti lilin yang saat dinikmati terasa cepat habis. Aku masih ingin meneguk sinarnya. Aku belum ingin berada di kegelapan malam saat tau kita sudah terpisah oleh jarak masing-masing dan hanya membisu di depan ponsel menunggu lanjutan episode cerita yang terpotong itu.

Jangankan sikapmu, ketikan singkat darimu saja meruntuhkan tembok pertahananku yang telah kukokohkan lama saat terakhir kau tak lagi bersamaku. Yang aku tau, aku sudah mengingatkan bahwa ini hanya sesaat, pada diriku sendiri. Tapi bodohnya aku, aku lupa dengan ingatan ku sendiri.
Aku yakin kau sedang membawa hatiku, tapi aku tak tau hatiku itu akan kau jaga atau kau hancurkan. Hingga akhirnya kau hilang membawa harapanku terbang entah kemana.

***

Sejak pertemuan itu, aku harap kehidupanku berjalan normal sebagaimana mestinya. Karena aku tak ingin moment yang hanya berjam-jam itu merusak pikiranku yang terlepas dari tidurku nanti "What should I do?" Aah, kenapa  kau tak lantas beranjak pergi saja, menjalani rutinitasmu seperti biasa, bermain-main dengan mereka, kenapa?
Aku sudah tau seperti apa setelahnya yang terjadi, jadi aku tak butuh keahlian dramamu.

Wednesday, April 10, 2019

Pertanyaan Bodoh

Dia tak akan pergi, karena tempatnya memang dekat dariku.
Dia bisa saja menghilang tiba-tiba bahkan hingga aku lupa.
Tapi dia juga bisa tiba-tiba datang menghampiriku, menyapaku, bercengkrama denganku.

Karena Waktu

Aku bersyukur,
Sang waktu masih ada untukku saat ini.
Hingga akhirnya aku tau perlahan

Masih Kututupi

Sulit memang jika ingin berbicara,
Tapi masih berusaha untuk bersuara pelan

Karenamu

Kini,
Kau membuataku lupa bahwa sayapku pernah patah karenamu

Untukku

Jangan berkata "aku bodoh",
Tapi berkatalah "aku mampu"

Aku pun Berhak

Patah hati itu tak selalu ada untuk dia yang memiliki hubungan, bukan?

Sebelum Berkenalan

Berkenalan dengan diri sendiri itu lebih utama,
Dibanding berkenalan dengan dia yang tak tau siapa

Tulus

Cinta yang tulus itu,
Tak pernah berbicara cinta,
Tapi membicarakan cinta

Hempas

Hempaskan rasa harapmu itu dengan kata syukur,
Agar kamu tak merasakan kekecewaan

Keindahan Tak Selalu Indah

Yang terlihat indah farasnya, belum tentu indah hatinya
Yang terlihat indah hatinya, belum tentu indah jiwanya

Dengan Itu

Aku mendapatinya,
Tapi entah apa artinya.
Yang jelas aku merasa tenang

Masih Tak Ingin Jelas

Awalnya penuh ragu
Mencoba mempercepat detakan jam ditangan,
Agar semuanya tak menjadi jelas lebih dulu

Apapun Itu

Tatapanmu tajam,
Nada bicaramu aneh,
Kosa katamu tak berlogika.
Kau sadar,
Aku suka itu.

Ada Jarak

Kita tak pernah berseteru.
Untuk apa kita berseteru,
Jika semua ada jarak.

Ku Anggap Semu

Nyata atau tidak,
Aku akan menganggapnya semu.
Ya,
Itu adalah caraku untuk tak merasakan kecewa

Sejak Kemarin

Hatiku hilang, entah kemana
Tapi aku tak merasa khawatir, entah kenapa

Baban's Words Part 2

FGVV?ds000,,,,,,,,,,,,,,M9320W-NHJ