Monday, November 5, 2018

Kosmetik (Shampoo) Berbahan Dasar Kangkung


KOSMETIK (SAMPO) BERBAHAN DASAR KANGKUNG


MAKALAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Kosmetik Bahan Alam Semester Ganjil
Pada Tahun Ajaran 2018/2019

Oleh:
WILDA DIAN SARI 066115075
Description: Description: LOGO UNPAK








PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS sPAKUAN
BOGOR
2018





KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala kemudahan, rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tak lupa pula penyusun curahkan kepada Baginda kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia.
Terselesaikannya Makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia ini penyusun ingin mengucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Adapun tujuan penyusunan Makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kosmetik Bahan Alam pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019.
Doa penyusun semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penyusun dibalas oleh Allah SWT, Amin. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun dari segi penyajian. Namun penyusun juga berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Atas segala bentuk dukungan, penyusun mengucapkan terimakasih.

Bogor, Nopember 2018

Penyusun


DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2   Tujuan....................................................................................................... 1
1.2.1   Tujuan Penulisan.............................................................................. 1
1.2.2 Tujuan Pembahasan.......................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan................................................................................ 2
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sekilas Tentang Tanaman Kangkung........................................................ 21
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kangkung....................................................... 26
2.1.2 Morfologi Tanaman Kangkung........................................................ 27
2.1.3 Kandungan Tanaman Kangkung....................................................... 27
2.1.4 Manfaat Tanaman Kangkung............................................................ 20
2.2 Kosmetik.................................................................................................... 4
2.3 Kulit........................................................................................................... 15
2.4 Rambut....................................................................................................... 15
2.5 Ketombe..................................................................................................... 17
2.6 Sampo......................................................................................................... 15
2.6.1 Sampo Kangkung.............................................................................. 15
BAB III: METODOLOGI KERJA
3.1  Alat dan Bahan
3.1.1       Alat
3.1.2       Bahan
3.2  Pembuatan Ekstrak Kangkung
3.2.1       Pengumpulan Simplisia
3.2.2       Ekstraksi Kangkung
3.3  Optimasi Konsentrasi Basis Gel
3.4  Formulasi Sampo Jelly
3.4.1 Cara Pembuatan Sediaan Sampo Jelly
3.5  Evaluasi Sediaan Sampo
3.5.1       Pengamatan Organoleptis
3.5.2       Pengukuran pH
3.5.3       Uji Stabilitas Fisik Penyimpanan
3.5.4       Uji Hedonik
BAB IV: PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................ 29
4.2 Saran........................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar didunia, Negara yang memiliki begitu banyak keanekaragaman baik habitat, maupun flora dan fauna yang dimilikinya. Keanekaragaman ini pula membuat Indonesia memiliki banyak keanekaragaman hayati termasuk juga keanekaragaman tanaman bahan alam atau lebih sering dikenal dengan tanaman herbal.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak bisa luput dari kebutuhan logistik seperti kebutuhan dalam menjaga kebersihan tubuh. Salah satu kebutuhan dalam menjaga kebersihan tubuh itu yaitu sampo. Sampo dapat membersihkan rambut kita dari kotoran yang menempel pada rambut.
Banyaknya orang yang berketombe menyebabkan produksi sampo anti ketombe menjadi laku di pasaran dan dapat dijadikan peluang bisnis. Dengan inovasi, kami menciptakan produk baru sampo anti ketombe dari bahan alami yaitu dari kangkung. Kangkung yang bernama latin Ipomoea reptans merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran.

1.2  Tujuan
1.2.1       Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kosmetika Bahan Alam pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 yang diampu oleh dosen Vini
1.2.2       Tujuan Pembahasan
a.               Pembahasan ini bagi kami berguna sebagai wahana latihan dalam pembuatan Makalah.
b.               Dengan adanya pembahasan ini tentunya akan semakin memperkaya ilmu pengetahuan kita, khususnya tentang pemanfaatan bahan alam.
c.               Pembahasan ini digunakan untuk memberikan informasi bahwa banyak sekali tanaman yang bisa dijadikan sebagai kosmetik.
1.3   Rumusan Masalah
1.     Bagaimana sejarah tanaman kangkung?
2.     Apa saja kandungan dalam tanaman kangkung yang berfungsi mengatasi ketombe?
3.     Apa saja manfaat lain dari tanaman kangkung?

1.4  Sistematika Penulisan
Agar sistematis, Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
      BAB I: PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Tujuan
1.2.1       Tujuan Penulisan
1.2.2       Tujuan Pembahasan
1.3  Rumusan Masalah
1.4  Sistematika Penulisan
BAB II: LANDASAN TEORI
2.1  Sekilas Tentang Tanaman Kangkung
2.1.1       Klasifikasi Tanaman Kangkung
2.1.2       Morfologi Tanaman Kangkung
2.1.3       Kandungan Tanaman Kangkung
2.1.4       Manfaat Tanaman Kangkung
2.2  Kosmetik
2.3  Kulit
2.4  Rambut
2.5  Ketombe
2.6  Sampo
2.6.1 Sampo Kangkung
BAB III: METODOLOGI KERJA
3.1  Alat dan Bahan
3.1.1       Alat
3.1.2       Bahan
3.2  Pembuatan Ekstrak Kangkung
3.2.1       Pengumpulan Simplisia
3.2.2       Ekstraksi Kangkung
3.3  Optimasi Konsentrasi Basis Gel
3.4  Formulasi Sampo Jelly
3.4.1 Cara Pembuatan Sediaan Sampo Jelly
3.5  Evaluasi Sediaan Sampo
3.5.1       Pengamatan Organoleptis
3.5.2       Pengukuran pH
3.5.3       Uji Stabilitas Fisik Penyimpanan
3.5.4       Uji Hedonik
BAB IV: PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  cgjhSekilas Tanaman Kangkung
Kangkung (Ipomoea aquatica), juga dikenal sebagai Ipomoea reptans Poir1adalah sejenis tanaman yang termasuk jenis sayur-sayuran dan di tanam sebagai makanan. Kangkung banyak dijual di pasar-pasar. Kangkung ini bisa disebut dengan swamp cabbage, water convovulus, water spinach, ini bersal dari india. Kemudian menyebar di berbagai wilayah.kangkung mrupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih kangkung dikenal dengan nama latin adalah Ipomoea Reptans. Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika. (Kandi. 2009).
Kangkung merupakan tanaman yang sangat tergolong lama tumbuh, tanaman ini memiliki akar tunggang dan bercabang-cabang. Perakaran ini menembus dengan kedalam 60 – 100 cm, dan menyebar luas secara mendatar 150 cm hingga lebih, terutamanya tanaman kangkung pada air. Batang pada tanaman kangkung  bult dan berlubang, berbuku-buku, dan banyak mengandung air.
Terkadang buku-buku tersebut mengeluarkan akar tanaman yang serabut dan juga berwarna putih dan ada juga berwrana kecoklatan tua. Kangkung juga memiliki tangkai dauan melekat pada buku-buku batang dan di keiak batang terdapat mata tunas yang dapat tumbuh cabang baru. Bentuk dauan memiliki ujung runcing dan juga tumpul, permukaan dauan berwarna hijau tua , dan juga berwarna hijau muda. Bunga pada tanaman kangkung memiliki bentuk terompet dan memiliki dauan mahkota yang berwara putih atau kemerahan. Dan jika menghasilkan buah berbentuk bulat atau oval yang di dalamnya memiliki tiga butit biji.Warna biji tanaman kangkung berwran hitam jika sudah tua dan hijau ketika mudah.(Kandi. 2009)

2.1.1       Klasifikasi Tanaman Kangkung
Tanaman kangkung ( Ipomoea reptans Poir ) merupakan salah satu tanaman yang tidak asing  bagi kita. Tanaman kangkung ini sangat mudah di jumpai dan di budidayakan baik di daratan maupun di perairan. Tanaman kangkung berasal dari india yang menyebarluas keberbagai benua terutamanya benua Asia yaitu indonesia dan lainnya. Untuk lebih jelas perharikan klasifikasi dan morfolgi tanaman kangkung berikut ini.
Berdasarkan penggolongan dan data nama tumbuhan, tanaman kangkung diklasifikasikan sebagai berikut:
1Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliapsida (Dikotil)
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales



2.1.2       Morfologi Tanaman Kangkung
A.    Akar  (Radix)
ipomqqoea_aquaticaKangkung merupakan tanaman menetap yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air. Akar berukuran kecil sampai sedang, ulet kadang-kadang rapuh, berkayu atau lunak, kompak atau berongga, percabangan akar banyak atau sedikit, bentuk kerucut atau filiformis, warna putih-coklat, kuning-coklat atau kuning kotor. Akar I. crassicaulis  berkayu, kompak, ulet, percabangan banyak, bentuk kerucut, memanjang ke bawah, warna putih-coklat, panjang 0,15-1,0 m, diameter 1-2,5 cm. Akar I. aquatica dan I. reptans lunak, rapuh, sedikit kompak, percabangan banyak, agak menyebar, bentuk filiformis, warna putih kekuningan. I. aquatica panjang 15-40 cm, diameter 1-3 mm. I. reptans panjang 20-4o cm, diameter 1-4 mm. Akar I. leari berkayu, kompak, ulet, percabangan sedikit, memanjang ke bawah, bentuk kerucut, warna kuning kotor, panjang 15-45 cm, diameter 2-4 mm. 
B.    Batang (Caulis).
059ABerkayu atau herbaseus (banyak mengandung air), bulat, kompak atau berongga, tumbuh menjalar, membelit, condong atau tegak. Percabangan batang monopodial, cabang merupakan sirung pendek, arah tumbuh batang condong. Batang bergetah atau tidak, permukaan batang licin, berambut halus atau banyak lentisel. Batang I. crassicaulis berkayu, bulat, kompak, permukaan batang banyak lentisel, bergetah, tinggi batang 1,5-2,5 m, diameter 0,5-3 cm. Batang I. aquatica dan  I.reptans herbaseus, bulat berongga, permukaan batang licin, bergetah bening hingga putih keruh, arah tumbuh menjalar, dari buku batang keluar akar. Panjang I. aquatica 0,5-3 m, diameter 4-5 mm. I. reptans panjang 1-1,5 m, diameter 5-6 mm. Batang I. leari sedikit berkayu, bulat, kompak, permukaan batang berambut, tidak bergetah, batang membelit, panjang batang 1-1,5 m, diameter 1-3 mm.
C.    Daun (Folium)
wspina3bKangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.
·       Tersusun alternatus/distichous, terdiri dari tangkai dan helai daun, pulvinus tidak jelas. Tidak terdapat stipula, tunas dan bunga/infloresensi terdapat pada ketiak daun. Daun tunggal atau soliter. Jarak antara daun bervariasi.  I.crassicaulis 3,5-4 cm, I. aquatica 3-4 cm, I. reptans 3-3,25 cm, I. leari 5-8 cm.
·       Petiolus (Tangkai Daun). Kompak atau berongga, licin atau berambut. Tangkai daun I. crassicaulis  berongga,licin, panjang 5-7 cm, diameter 3-5 mm. Tangkai daun I.aquatica dan I. reptans berongga, licin, I. aquatica panjang 5-6 cm, diameter 1,5-2,5 mm, I. reptans panjang 3-5 cm, diameter 1,5-2,5 mm. Tangkai daun I. leari kompak, berambut, panjang 5-6 cm, diameter 1-2 mm.
·       Lamina (Helai Daun).  Helai daun terbanyak terletak pada ½-2/3 dari ujung batang, di ujung batang helai daun jarang atau kecil. Bentuk bervariasi, memanjang atau jantung, ujung runcing, meruncing atau tumpul. Pangkal daun berlekuk, tepi daun rata dan pertulangan menyirip atau menjari. Daun berdaging lunak/herbaseus,permukaan licin atau berambut halus. Warna helai atas dan bawah sama yaitu hijau, terkadang warna helai bawah lebih muda. Helai daun I.crasssicaulis bentuk jantung, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan daun menyirip, permukaan licin, tepi rata, ukuran helai 5-20 x 4-14 cm. Helai daun I. aquatica bentuk memanjang, ujung tumpul, pangkal berlekuk, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, ukuran helai 5-7×2-5 cm. Helai daun I. reptans bentuk memanjang, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, pertulangan rata, permukaan licin, ukuran helai 4-7×2-4 cm. Helai daun I. leari bentuk jantung, ujung meruncing, pangkal berlekuk, tepi rata, pertulangan daun menjari, permukaan daun berambut, ukuran helai 3-6×2-5 cm.
D.    Bunga (Flos)
KangkongInsertSelama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung.
·       Infloresensi. Terletak aksiler, condong, bunga soliter tunggal atau majemuk, bunga biseksual, pedunculus panjang, infloresensi berupa dichasium atau tandan.Terdapat 2 brakteola yang berhadapan (prophylla), kecil, gugur atau permanen. Panjang tangkai infloresensi I. crassicaulis 8-12 cm, dichasium, prophylla kecil, rontok, panjang 2-3 mm. Bunga I. aquatica biasanya soliter tunggal, prophylla kecil permanen, panjang 1-2 mm. Infloresensi I. reptans tandan, kadang-kadang tunggal, panjang infloresensi 5-7 cm, tangkai pendukung infloresensi 4-5 cm, prophylla kecil, panjang 1-2 mm. Bunga I. leari soliter tunggal aksiler, prophylla kecil, permanen, panjang 1-2 mm. 
·       Flos (Bunga).  Bunga berbentuk lonceng, aktinomorf, berwarna putih polos atau putih merah. Terdiri dari 5 sepala yang berlekatan,5 petala yang berlekatan,5 stamen dalam 1 lingkaran dan 1 gynoecium yang terdiri dari 2-3 bagian. Sepala berlekatan membentuk tabung pendek, sedang petala berlekatan membentuk bangun lonceng yang dibedakan menjadi tabung mahkota/tubus dan limbus (sisi samping petala).  
·       Calyx (Kelopak). Sepala berlekatan membentuk tabung kecil, tepi berlekuk,3 sepala terletak di bagian luar, lebih besar,2 sepala terletak di dalam, lebih kecil. Sepala berbentuk bulat telur dengan ujung tumpul atau runcing, warna hijau. Sepala  I.crassicaulis berbentuk bulat telur,ujung tumpul, ukuran sepala 6-8×5-7 mm. Sepala I. aquatica  dan I. reptans berbentuk bulat telur, ujung runcing, ukuran sepala I. aquatica 5-7×3,5-5 mm. I.reptans 5-7×3,5-4,5 mm. Sepala I. leari berbentuk bulat telur, ujung runcing, ukuran sepala 4-5×2-3 mm. 
·       Corolla (Mahkota). Mahkota dibedakan menjadi tabung mahkota/tubus dan limbus, mahkota berlekatan di tepi berlekuk warna bervariasi: putih polos, putih-merah muda. Mahkota I. crassicaulis bewarna putih-merah muda, tabung mahkota 3-4×0,5-1 cm, ukuran limbus 4-5×2,5-3 cm. Mahkota  I.aquatica bewarna putih dan kemerahan di tengah, tabung mahkota 2-3×0,5-1 cm, ukuran limbus 2-3×2-2,5 cm. Mahkota  I.reptans berwarna putih polos, tabung mahkota 2-3×0,4-1 cm, ukuran limbus 2-3×2-2,5 cm. Mahkota I. leari bewarna putih polos, tabung mahkota 1-2×0,5-0,7 cm, ukuran limbus 1-1,5×0,5-1 cm.  
·       Stamen (Benang Sari).  Stamen berjumlah 5, tanpa perlekatan, dalam satu lingkaran, stamen tidak sama panjang,1 stamen panjang,1 stamen sedang,3 stamen pendek. Stamen terdiri dari filamen, anthera, connectivum. Warna stamen putih. Filamen (tangkai benang sari) panjang, ramping, putih. Panjang filamen pada I. crassicaulis 1-2 cm,  I.aquatica 0,6-1,8 cm, I. reptans 0,5-1,9 cm, I. leari 0,5-1 cm.  
·       Anthera (Kepala Sari).  Duduk tegak (basifiks) pada filamen, terdiri dari dua ruang, warna putih, panjan anthera pada  I.crasssicaulis 0,6-1,0 cm, I. aquatica 0,1- 0,5 cm, I. reptans 0,1-0,5 cm dan I. leari 0,1-0,3 cm
·       Connectivum (Penghubung ruang sari). Berupa celah sempit memanjang, terletak diantara 2 ruang anthera 0,5 mm, I. reptans 3-5×0,1-0,5 mm, I. leari 1-5×0,1-0,5 mm. Connectivum pada I. crassicaulis 3-6×0,1-0,5 mm, I.aquatica 2-5×0,2 mm.
·       Stigma (Kepala Putik).  Berbentuk bola rangkap, letak terminal, di ujung stylus dekat anthera, warna putih- coklat, putih polos, putih-merah muda. Stigma I. crassicaulis putih-coklat, ukuran 0,5-2×1-1,5 mm, I. aquatica putih-merah,1-2×0,5-1 mm, I. reptans putih polos 1-2×0,5-1 mm. I. leari putih polos 1-1,5×0,5-1 mm.  
E.     may2007012Buah (Fructus)
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang di dalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama.Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generative.
·       Ovarium (Bakal Buah).  Superior, trilokuler atau bilokuler, Carpella 2 atau 3, berbentuk bulat telur atau agak kerucut, ukuran pada saat mekar I. crassicaulis 1- 4×1-2 mm,  I.aquatica  1-2×0,5-1,5 mm, I. reptans 0,5-1×0,5-1 mm, I. leari 0,5-1×0,5-1 mm.
·       Fructus (Buah).  Buah kotak atau kapsul, bentuk bulat telur, terdapat sisa kelopak, warna putih-hijau,permukaan licin, saat tua pecah menjadi 2-3 bila ditekan. Ukuran buah pada  I.crassicaulis 1-1,5×0,5-1 cm, I.aquatica 1-1,5×0,4-1 cm,  I.reptans 1,1-1,5×0,5-1 cm, I. leari 0,5-1×0,5-1 cm. 
·       Semen (Biji).  Jumlah biji 4-6, bewarna putih, coklat/hitam waktu tua, gundul atau berambut halus, testa tipis lunak atau keras jika telah tua, segmen sangat tipis, endosperm ada sedikit. Bentuk biji pipih panjang, persegi panjang, pendek bersegi. Biji I. crassicaulis berjumlah 6, berambut halus, ukuran 7-8×4-6×1-2 mm. Biji I. aquatica berjumlah 4, berambut halus, ukuran 5- 8×4-5×3-5 mm. Biji I. reptans berjumlah 4, berambut halus, ukuran 5-8×4-6×3-5 mm. Biji  I.leari berjumlah 4, gundul, ukuran 4-6×4-5×2-4 mm.
2.1.3       Kandungan Tanaman Kangkung
1.     Zat besi
2.     Vitamin A
3.     Vitamin C
4.     Vitamin B1
5.     Protein
6.     Kalsium
7.     Fosfor
8.     Karoten
9.     Hentriakontan
10.  Sitosterol

2.1.4       Manfaat Kangkung
Berdasarkan penelitian, bahan-bahan yang dikandung oleh kangkung memiliki manfaat sebagai berikut:
1.     Menghilangkan ketombe
Ambil satu ikat daun kangkung lalu direndam dalam air semalaman. Keesokan harinya gunakan air rendaman daun kangkung tersebut untuk keramas. Lakukan pemijatan pada kulit kepala, kemudian bersihkan dengan air seperti biasa.
2.     Anemia
3.     Obat tidur alami
4.     Menutrisi Mata
5.     Sariawan
6.     Diabetes mellitus
7.     Mimisan
8.     Menurunkan kolesterol
9.     Penyakit kuning
10.  Mengatasi sembelit dan gangguan pencernaan
11.  Ambeien
12.  Sakit gigi dan gusi bengkak

13.  Nyeri haid

14.  Mual pada ibu hami
2.2  Kosmetika
Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti ”berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat di sekitarnya.Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).Menurut Wall dan Jellinek, 1970, kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu.Pada abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan.Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20 (Tranggono, 2007).

2.3  Kulit
Kulit adalah bagian paling luar Bari jaringan tubuh kita lapisan terluar tubuh manusia.Kulit membungkus tubuh kita.Pada saat kulit terkelupas, rasa perih menyengat.Hal itu menunjukkan betapa kulit, selain membungkus tubuh, juga memberikan perlindungan bagi jaringan jaringan di bawahnya.Pada tubuh kita, kulit meliputi seluruh jaringan kulit secara umum, termasuk kulit wajah.
Kulit adalah suatu  bagian jaringan tubuh kita  alat penerima rangsang dari luar (eksteroseptor) kulit membungkus tubuh kita. Pada saat kulit terkelupas,  rasa perih menyengat,  selain membungkus tubuh juga memberikan perlindungan bagi jaringan-jaringan di bawahnya pada tubuh kita. Kulit meliputi seluruh jaringan kulit secara umum,  termasuk kulit wajah. (Dr. Maria Dwikarya, DSSK.. 2006).

2.4  Rambut
Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang.Sehingga perlu selalu dirawat agar terhindar dari kebotakan. Banyak cara merawat rambut agar tetap indah dan tidak mudah rusak. Memiliki rambut yang indah, lebat, sehat dan panjang merupakan dambaan setiap orang amat terlebih kaum hawa.Oleh karena itu, banyak produk-produk kosmetika yang diproduksi untuk memenuhi dan mengatasi kebutuhan tersebut. Hampir semua orang amat terlebih mempunyai kecenderungan serupa, yaitu ingin terlihat cantik dan indah untuk dipandang, sehingga membutuhkan banyak produk perawatan  kosmetik untuk memenuhi kebutuhan tersebut. (Kusumadewi. 2003)

2.5  Ketombe
Ketombe dihubungkan dengan infeksi jamur Pityrosporum ovale dan jamur Mallassezia sebagai faktor pencetus terjadinya kelainan pada kulit kepala.Ketombe adalah suatu keadaan anomali pada kulit kepala, yang dikarakterisasi dengan terjadinya pengelupasan lapisan tanduk secara berlebihan dari kulit kepala membentun sisik-sisik yang halus (Yulieta N, 2010).
Seseorang berketombe mengalami pelepasan sel kulit kepala lebih cepat dibanding orang yang memiliki kulit kepala normal. Ketombe dapat juga merupakan gejala seborrhoeic dermatitis, psoriasis, infeksi jamur, atau kutu rambut. Menggaruk kulit kepala secara berlebih harus dihindari karena dapat menyebabkan kerusakan kulit yang selanjutnya dapat meningkatkan resiko infeksi, terutama dari bakteri Staphyllococcus aureus dan Streptococcus. Infeksi yang disebabkan oleh jamur Malassezia sp atau Pityrosporum ovale adalah pitiriasis versikolor atau panu. Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula di kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal (Siregar, 2004).

2.6  Shampoo
Sampo adalah sejenis cairan, seperti sabun, yang berfungsi untuk meningkatkan tegangan permukaan kulit yaitu kulit kepala, sehingga dapat meluruhkan atau membersihkan kotoran. Kegiatan membersihkan kulit kepala dan rambut ini disebut keramas. Pada saat keramas, individu dianggap melakukan perawatan dengan mencuci rambut dan kulit kepala agar bersih dari minyak, debu, serpihan kulit dan kotoran lain yang menempel dirambut seiring aktifitas yang dilakukannya. (Mayasari, F. 2013)

2.6.1       Sampo Kangkung
Kebanyakan kasus ketombe dapat disembuhkan dengan sampo khusus atau pengobatan bebas. Ketombe dapat juga merupakan gejala seborrhoeic dermatitis,  psoriasis, infeksi jamur atau kutu rambut. Bila mengalami ketombe, menggaruk kepala secara berlebihan harus dihindari karena menggaruk bagian tersebut dapat menyebabkan kerusakan kulit.Selanjutnya dapat meningkatkan risiko infeksi, terutama sekali karena dari bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Walaupun infeksi bakteri ini merupakan risiko terbesar dari ketombe, kebanyakan orang akan menemukan bahwa ketombe dapat menyebabkan isu sosial hilangnya kepercayaan diri bagi penderitanya. Oleh karenanya, pengobatan segera menjadi sangat penting untuk murni alasan sosial.
Banyaknya orang yang berketombe menyebabkan produksi sampo anti ketombe menjadi laku di pasaran dan dapat dijadikan peluang bisnis.Dengan inovasi, kami menciptakan produk baru sampo anti ketombe dari bahan alami yaitu dari kangkung.Kangkung yang bernama latin Ipomoea reptans merupakan sejenis tumbuhan yang termasuk jenis sayur-sayuran.
Kangkung banyak dijual di pasar-pasar dan banyak ditanam untuk makanan.Kangkung banyak terdapat di kawasan Asia dan merupakan tumbuhan yang dapat dijumpai hampir di mana-mana terutama di kawasan berair.Pertumbuhannya menjalar atau membelit pada tanaman di sekitarnya. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun dan dapat dimasukkan dalam famili ConvolvulaceaDi dalam kangkung terdapat kandungan vitamin A, vitamin B1, vitamin C, protein, kalsium, fosfor, zat besi, karoten, hentriakontan, dan sitosterol. Berdasarkan penelitian, bahan-bahan yang dikandung oleh kangkung memiliki manfaat untuk menghilangkan ketombe,mengobati berbagai gangguan kesehatan dan sebagai antiracun.
Pengolahan kangkung menjadi sampo belum pernah dilakukan oleh masyarakat luas.Oleh karena itu, salah satu upaya pemanfaatan kangkung adalah mengolahnya menjadi sampo kangkung.Sakung  (sampo kangkung) anti ketombe ini mempunyai keunggulan dibanding dengan produk sampo lainnya yaitu dari bahan alami dan penampilan menarik yang dapat menambah minat masyarakat.
Dengan pertimbangan tersebut maka Sakung sangat baik untuk dijadikan sampo alternatif pada orang yang berketombe sehingga dapat membuka peluang usaha yang bermanfaat bagi kesehatan rambut dan kulit kepala.Apalagi ditunjang dengan tingkat kesinambungan persediaan pasar sehingga produk lebih murah dan mudah diterima semua lapisan masyarakat.



BAB III
METODOLOGI KERJA

3.1  Alat dan Bahan
3.1.1       Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Mortir dan stemper, penangas air, kompor dan tabung gas, lap, erlenmeyer, batang pengaduk, sudip, timbangan analitis, becker glass, kertas perkamen, kaca arloji, pipet tetes, blender, indikator pH
3.1.2       Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ekstrak kangkung (Ipomoea Aquatica Forssk), etanol 70%, sodium lauryl sulfate 10%,   cocamide DEA 4%, Na-CMC, propel paraben 0,2%, asam sitrat, menthol 0,25%, aquadest ad 100ml.

3.2  Pembuatan Ekstrak Kangkung
3.2.1       Pengumpulan Simplisia
Pengumpulan simplisia ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
Pemerikasaan organoleptis yang meliputi pemeriksaan penampilan, warna, dan bau dari daun tanaman kangkung yang akan digunakan.Sortasi basah, tanaman kangkung yang segar dibersihkan dari kotoran yang tertinggal dengan air mengalir.Pengecilan ukuran, tanaman kangkung diambil daun dan batang muda nya.Dan pengeringan daun dan batang muda dari tanaman kankung yang sudah dipilih kemudian di keringkan di bawah sinar matahari.Setelah kering kemudian di blender. (Imas,2016)

3.2.2       Ekstraksi Daun Kangkung
Ekstraksi Daun Kangkung dilakukan dengan metode maserasi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.      Masukan 200 gram serbuk simplisia kedalam maserator
b.     Kemudian ditambahkan pelarut etanol 70% (pembasah) secukupnya hingga seluruh simplisia terendam, dan dibiarkan selama 10 menit agar proses pembasahan simplisia berlangsung.
c.      Tambahkan kembali etanol 70% sebanyak 2x volume etanol 70% sebelumnya (pembasah).
d.     Diamkan selama 48 jam sambil diaduk-aduk pada waktu tertentu.
e.      Saring ekstrak cair yang diperoleh ke dalam penampung.
f.      Uapkan cairan ekstrak yang telah disaring hingga diperoleh ekstrak kental.

3.3  Optimasi Konsentrasi Basis Gel
Optimasi basis gel bertujuan untuk mencari konsentrasi Na- CMC yang optimal.Dilakukan 5 Formula dengan berbagai konsentrasi Na-CMC berbeda yaitu F1 2%, F2 3%, F3 4% dan F4 5% dan F5 6%.Optimasi gel ini tanpa zat  khasiat.Pengamatan organoleptik dilakukan, kemudian dipilih satu konsentrasi dari masing-masing jenis basis berdasarkan sifat fisik yang paling mendekati basis kontrol, selanjutnya dibuat sediaan sampo gel anti ketombe.

3.4  Formulasi Sampo Jelly
Setelah didapatkan konsentrasi Na-CMC yang optimal, dilakukan formulasi Sampo Jelly dengan 4 formula ekstrak kangkung berbeda yaitu F1 1%, F2 2%, F3 3%, dan F4 4%.

3.4.1       Cara Pembuatan Sediaan Sampo Jelly
A.    Buat basis gel
1.     Menaburkan Na CMC serbuk yang telah ditimbang diatas air panas, biarkan beberapa menit sampai mengembang dan diaduk perlahan sampai terbentuk massa gel.
2.     Air yang dipanaskan pada suhu 600 C ±20 ml dimasukkan kedalam beaker glass Tambahkan Sodium Lauryl Sulfate, aduk sampai larut.
3.     Larutkan menthol dengan etanol 70% secukupnya, aduk sampai larut kemudian tambahkan Propil Paraben dan Asam sitrat aduk sampai homogeny.
4.     Larutan Sodium Lauryl Sulfate (2) dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam masa gel (1) sambil diaduk perlahan sampai homogeny.
5.     Tambahkan Cocamide DEA sedikit demi sedikit, aduk sampai homogeny.
6.     Masukan ekstrak kangkung, aduk sampai homogeny.
7.     Masukan larutan campuran (3) kedalam campuran (6), aduk perlahan sampai homogen. Tambahkan air panas sampai batas kalibrasi botol 100ml, dan masukan ke dalam botol 100ml.

3.5  Evaluasi Sediaan Sampo
3.5.1       Pengamatan Organoleptis
Analisis organoleptis dilakukan untuk melihat tampilan fisik sediaan dengan mengamati perubahan-perubahan bentuk, bau, dan warna sediaan sampo jelly anti ketombe.Pemeriksaan organoleptik dilakukan sesaat setelah pembuatan dan selama penyimpanan 28 hari.

3.5.2       Pengukuran pH
Pengukuran pH sediaan sampo jelly antiketombe dilakukkan untuk melihat tingkat keasaman sediaan dan menjamin sediaan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Sediaan sampo jelly diukur pH nya dengan mencelupkan kertas indikator pH ke dalam sediaan shampo, setelah itu sesuaikan warna yang terjadi pada kertas indikator dengan spektrum warna pada indikator pH. Sediaan sampo jelly harus memenuhi kriteria pH kulit yaitu dalam interval 4,5 -6,5. Pemeriksaan pH dilakukan sesaat setelah pembuatan sediaan dan selama periode penyimpanan tertentu.

3.5.3       Uji stabilitas fisik Penyimpanan
Stabilitas adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan. Sampo jelly disimpan pada suhu ruangan antara 15oC-30oC dan suhu kamar mandi antara 8oC- 15oC selama penyimpanan 28 hari.

3.5.4       Uji Hedonik
Uji hedonik disebut juga uji kesukaan.Dalam uji hedonik, seseorang diminta tanggapanpribadinya mengenai kesukaan atau ketidaksukaan, yang disebut skala hedonik.Misalnya,dalam hal suka dapat mempunyai skala hedonik seperti sangat suka sekali, sangat suka, suka, dan agak suka.Sebaliknya, jika tanggapan itu tidak suka dapat berupa amat sangat tidak suka, sangat tidak suka, tidak suka, dan agak tidak suka. Dalam penelitian uji hedonik ini subyek tertentu harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik bersama yang membedakan dari kelompok subyek yang lain. Ciri tersebut dapat meliputi ciri lokasi, ciri individu atau juga ciri karakter tertentu.



BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tanaman herbal berpengaruh terhadap kesehatan manusia.

4.2  Saran






DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Universitas
Indonesia Press.Jakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Terjemahan Badan
Litbang Kehutanan.Departemen Kehutanan. Jakarta.
Kandi. (2009) : Terampil Budidaya Kangkung dan Palawija, Cetakan ke 1, Penerbit PT. Sarana Ilmu Pustaka, Bandung 40295,
Kusumadewi. (2003) : Rambut ANDA Masalah, Perawatan, dan Penataanny. Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 10270,
Mayasari, F. (2013) : Optimasi Konsentrasi Hidroksi Etil Selulosa sebagai Pengental dalam Sediaan Sampo Cair Ekstrak Kangkung. Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. Muhlisah, F., Hening, S.. (2007) : Sayur dan Bumbu Dapur Berkhasiat Obat. Penerbit Penebar Swadaya, Depok
Tranggono,RIS. (2007). Buku Pegangan Ilmu pengetahuan Kosmetik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama. Hlm: 11-14, 16-21, 26-27, 29-30, 81-83.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta:UI Press, 36

No comments:

Temu-mu itu candu  Aku tak ingin sembuh