Friday, December 27, 2019
Sungguh Lelah
Monday, December 16, 2019
Friday, December 13, 2019
Yang Terjadi Dulu
Kamu merasa tidak, kalau kita sudah tak seasik dulu.
Entah aku perasa atau memang ini yang terjadi sebenarnya.
Tapi aku merindukan yang hilang itu.
Aku tak akan bisa meminta waktu mengembalikan semua itu.
Aku hanya bisa berharap, kamu perlakukan aku seperti inginkan aku. Lagi.
Thursday, December 12, 2019
Apa yang Dituai, Adalah Apa yang Ditanam
Lucu yaa, kita yang memberi, kita yang berkurang, malah kita yang senang; bahkan bahagia.
Fabiayyi 'aalaa'i Rabbikumaa Tukadzdzibaan.
Sampai gue menangis malu dalam sujud.
Malu? Iya malu, karena niat gue bikin project itu, pure, cuma, mau meringankan beban mereka sedikiiiit aja dan mau menutup dosa-dosa gue yang selama ini ada dan masih gue lakukan.
Tapi Allah malah balas dan menggantinya dengan banyak rezeki yang datang ke hidup gue; materi dan kehidupan finansial yang alhamdulillah semua lebih dari cukup, kebaikan yang terus ada bersama gue, rasa syukur yang nggak pernah lepas terucap.
Hnm, bingung asli mau mengutarakannya kayak apa.
Intinya rezeki itu bukan hanya soal uang, tapi sahabat, teman yang baik, orang yang datang membawa kebaikan, doa yang terkabul, dijauhkan dari marabahaya, keluarga yang lengkap -meski kemarin aku kehilangan satu-, ketenangan dalam hidup, kesehatan, kebahagiaan, bahkan bisa bernafas aja itu rezeki.
Iyaaa, semua itu rezeki.
Rasanya hidup mau terus berbagi aja, bermanfaat buat orang banyak, diingatnya kebaikan kita, didoakan dengan ketulusan.
Hidup yang benar-benar hidup, rasanya tuh.
***
Nggak boleh iri-irian rezeki. Karena kepada siapapun rezeki itu mengalir; hanya saja berbeda perihal alirannya.
Dan jangan merasa sudah paling baik. Karena hidup perihal siapa yang mau berbuat baik.
Dalam dompet, berapapun isinya -biarpun cuma goceng wkw-, tetap ada rezeki orang lain disitu tuuuuh. Bagi-bagilah kaliaaaaan, ke gue misal yang lagi nganggur ini.
Itu juga insyaAllah akan jadi tabungan buat kehidupan abadi nanti.
Memberi terus, rugi dong? Ahaha dalam berbisnis dengan Tuhan, Tuhan tak mengenal rugi, justru kita bakal terus untung.
-Maaf menyebut 'Tuhan', karena berbagi itu ada di semua Agama.
Wednesday, December 11, 2019
Lakukan Semaumu
Kau bahagia sekarang?
Iya, aku tau
Tenang saja
Aku tak akan mengusikmu
Terserah apa yang ingin kau lakukan
Itu hakmu dan bukan urusanku
Kau bersamanya seperti ini, esok kau bersamanya seperti itu
Hey, aku tak peduli
Aku disini
Tak akan pergi
Karena tempat ini adalah milikku
Tapi pintu itu adalah hak-mu
Aku takan melarangmu masuk ke tempat ini
Silakan saja
Tapi jangan rusak tempat ini
Ini milikku, bukan hakmu
Kau pergi pun tak apa
Aku hanya menginginkan orang yang sanggup bertahan di tempat ini bersamaku
Aku paham
Jika kau menginginkan hidupku, kau tak akan pergi membiarkanku sendiri
Bukan begitu, kamu?
Shouldn't Be
Aku memang melakukannya.
Aku sedang melakukannya.
Aku telah melakukannya.
Aku terus mengulang apa yang tak seharusnya aku lakukan.
Mengulangi kesalahan yang sama adalah kebodohan terbesarku.
Memahami sikap yang tak seharusnya kau miliki adalah kecerobohanku.
'Iya'ku tak semestinya selalu ku-ucap pada saat itu.
Rasanya bagai terhipnotis saat bersamamu.
Aku tak pernah sadar dalam mengartikan semua sikapmu.
Yang ku tau hanyalah, kau yang terbaik dan ku lupakan semuanya.
Padahal, sikap itu tak seharusnya ada.
Iya, Salahku!
Kau datang tanpa salam.
Lalu, mengajakku untuk berbagi temu.
Sungguh, tak pernah ku tahu kau dimana.
Dan kau pun tak pernah memberi tahu itu.
Hingga akhirnya kau pergi tanpa pamit.
Kau bilang semua salahku?
Kerjasama yang Baik
Jangankan merasa malu.
Dulu, bahkan aku merasa tak pantas.
Tapi waktu telah bekerjasama dengannya,
Untuk membuatku percaya; dengan apa yang kini telah kudapat.
Kamu.
Setidaknya Kau Paham Lebih Dulu
Terkadang, saat aku berkata "tak apa", aku ingin kau paham.
Bukan bermaksud menyulitkan artinya untukmu, tapi aku hanya tak ingin kau semakin melemahkanku dari ceritaku; jika aku cerita lebih dulu.
Barang kali, saat kau sudah paham; di awal itu, aku sudah mendapatkan kepercayaanku pada pilihanku.
Selebihnya aku akan merasa tenang denganmu; tanpa harus bercerita.
Biarkan Rindu
Siapa yang berani menghadang kehadiran rindu?
Siapa yang berani menghalangi tujuan rindu?
Biarkan saja ia datang, berjalan dan menuju siapa yang ditemu.
Monday, December 9, 2019
Cinta Tak Harus Sama
'Kenapa kamu tak seperti aku?'
'Kenapa kamu tak suka itu?' tanyamu dibalik malam itu.
Hey, kita tak perlu banyak sama dalam pertemuan.
Ada kalanya kita harus berbeda,
Agar kelak kan ada yang diceritakan saat pertemuan nanti.
Sampai sini paham, sedotan cendol?
Bersama Tak Harus Sama
Sukai selalu apa yang kamu suka,
Dan biarkan aku tetap menjadi diriku sendiri.
Dalam bersama sudah tersedia kata 'sama',
Jadi kita tak perlu lagi harus sama.
Perbedaan itu indah untuk saling melengkapi.
Jadi jangan saling paksa yaa.
Saturday, December 7, 2019
Tulisan
Menulis yang kaitannya ada pada kesedihan
Bukan berarti sedang dalam keadaan yang terus melulu sedih, bukan
Hanya saja tulisan dengan 'kesedihan' itu lebih mudah diberi oleh rasa dan mudah pula diterima oleh hati.
Ketimbang bahagia yang belum ditemukan.
Rabu Merindu
Pagi pun berganti
Ku kira siang,
Ternyata sore yang beralih menjadi malam. Dan ini,
Akhir Rabu yang merindu.
Rindu Paling Menyakitkan
Rindu mana yang lebih menyakitkan,
dari merindukan seseorang yang sudah tiada
Pedih!
Karena disimpan sakit,
Pun ditemu pada siapa.
Cernaan Orang Lain
Jangan pernah makan hasil cernaan orang lain.
Kita harus coba makanan itu sendiri
Karena proses metabolisme tubuh setiap orang, responnya berbeda.
Berlomba-lomba
Berlomba untuk menjadi cantik atau tampan di jaman sekarang itu mudah, asal punya uang.
Yang sulit itu berlomba untuk menjadi tulus dalam kebaikan, meski punya banyak uang.
Jangan Lagi
Jangan lagi datang
Jangan lagi menemui
Jangan lagi disini.
Lukaku belum pulih betul
Masih ada perasaan yang harus kutanggung sendiri.
Inginmu
Kau berbicara seolah tak ingin kehilangan.
Tanpa kau sadari sikapmu yang memintaku tuk menghilang.
Pereda Rindu
Aku tak inginkan bintang
Aku hanya ingin kau tak menghilang.
Agar kau tak sekedar menjadi pereda rindu yang datang.
Kau Bukan Penepat Janji
Kemanapun kau berjalan akan selalu ada tempat untuk kau berhenti
Dan sekuat apapun kau berlari akan ada saatnya untuk kau berhenti.
Jadi jangan pernah katakan kau akan kuat jika kau tak pernah menepati janji untuk tak berhenti.
Ku Tak Sanggup Jika Melakukan Itu
Mereka bilang kau buruk
Apa aku harus meninggalkanmu?
Tak.
Aku memiliki alasan kenapa aku bertahan
Aku ingin menjadikanmu lebih baik
Dan membuat mereka telah salah menilaimu
Setidaknya, meski suatu saat kau tak lagi denganku,
Ada dia yang bertahan dengan melihatmu sudah baik
Tak Ada yang Salah
Berkali-kali pun datang dan pergi,
Ia tetap takkan pernah salah.
Ia hanya terlalu baik menyapa
Dan kau terlalu baik memberi tempat singgah.
Tuesday, December 3, 2019
Si Nenek Lagi Galak
Ini bukan hari Up Project sih. Tapi kita juga nggak sengaja ketemu si Nenek lagi.
By the way, hari ini dia lagi galak gaesss wkw.
"Neneeeek" Kata gue dengan semangat.
"Hari ini udah makan beluuum?" Bertanya manja.
"Blom."
"Mau makan nggaaa?"
"Mau."
Bisa dibayangin nggak, jawabnya itu singkat banget, cepet dan sambil melengos gitu dari kita. Ahahaa tapi giliran makanan aja, keliatan sehat banget si Nenek.
"Makasih ni ya"
"Sama-sama dooong"
Terus kita sama-sama langsung pergi juga, karena di sebrang jalan lagi ada apa ya tadi.
Nggak tau deh, rame banget pokoknya sampai macet panjang.
Di tengah jalan sempat membahas ucapan 'Makasih ni ya' si Nenek, sama teman gue. Herman yaa, mau doi lagi galak, kadang omongan gue didiemin, tapi buat mengucap terimakasih itu nggak pernah lupa buat doi.
Mereka yang diberikan kekurangan, sama sekali nggak pernah berat bahkan ragu buat mengucap terimakasih; iya, hanya lewat kata.
Sedangkan gue, terkadang masih aja ada lupanya buat mengucap itu.
Hnm, Tuhan sungguh menghadirkan orang yang tepat!
Oiya, si Nenek itu apal muka gue sama temen gue nggak yaa?
Entahlah. Yang jelas gue sama temen gue seneng banget gitu kalau ketemu sama si Nenek. Tuhan juga sepertinya sudah mengatur waktu di setiap pertemuan kita.
Monday, December 2, 2019
Jelas Nyata
Cinta dalam diam itu ada nggak sih?
Jelas-jelas Sayyidina Ali Bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah mengalaminya.
Dan mereka dipersatukan dari sebuah rahasia yang bahkan iblis pun tak tau.
Sebagai perempuan memang diwajibkan untuk menyembunyikan perasaannya dengan seorang lelaki.
Entah mau sebut ini teori kuno atau apa. Jelas aku akan mempedomani ini.
Menunggu saja?
Tau, apa usaha yang dilakukan oleh Zulaikha kepada Nabi Yusuf?
Eh bukan yang itu bukan, tapi usaha akhirnya; yang Zulaikha mendekati Pencipta-Nya, lalu di-aamiin-kan Malaikat, dan Allah mempertemukan ciptaan-Nya.
Sampai kapan?
Sampai Allah memberi jawaban dengan menunjukkan siapa dia.
Aku Harus Apa
Teruntuk yang tumbuh diam-diam di hati.
Maaf aku tak bisa berbuat apa-apa.
Ini perihal waktu yang merangkak mendekat,
Rasa yang berjalan merapat,
Dan doa yang berlari meratap.
Ku Tak Lagi Ragu
Siapapun kamu,
Jika aku telah menunjukkan semua bentuk perasaanku,
Itu artinya aku telah mempercayaimu.
Sunday, December 1, 2019
Emang Paling Enak, Rebahan
Ingin terbang menuju kahyangan
Tapi terlupa bahwa sayapku pernah patah karenanya
Akhirnya balik lagi dah rebahan.
Friday, November 29, 2019
Ampun, si Nenek Ngelucuuu
Cerita dari Up Project yang paling berkesan hari ini adalah cerita gue dengan si Nenek yang aaah entah kenapa bisa lupa gue tanya siapa namanya.
"Nenek ngapain? Kok bajunya dilepas?"
"Nambel baju". Sambil duduk di emperan warung.
"Bajunya kenapa?"
*diam*
"Nek, ini apa sih?" Sambil gue pegang bawaan si Nenek.
"Omprengan"
"Isinya apa?"
*Diam lagi*
"Nenek udah makan belum?"
"Belum hehe" Sambil ketawaaaa wkw
Dan baru deh si Nenek liat muka gue, selama dari tadi gue tanya-tanya, dia cuma fokus nambal baju aja. PAKE LEM AIBON dong :'(
"Nek, aku sering banget liat Nenek di jalan sini. Nenek tidurnya dimana sih?"
"Pohon". Gue diajak becanda dong sama si Nenek ahahaahahhhaaa -untung gue lagi kuat.
"Hah? Pohon?"
*Diam lagi gaes*
Gue sama teman gue senyum aja.
"Yaudah, ini makanan buat Nenek yaa. Di makan loh yaa?"
"Iyaaa, makasih ya ini" Sambil senyum ke gue.
Lah giliran makanan aja, mau, liat muka gue :(
By the way, ini pertemuan face to face kita yang beberapa kali dengan si Nenek. Cerita yang pertama.. Singkat banget ahah
"Permisiii. Nek ini kita ada sesuatu buat Nenek". Kita berentiin si Nenek yang lagi jalan.
"Ini bagus tau, banyak seratnya". Sambil nendang-nendang buah (nggak tau apa namanya) pakai kakinya.
"Oh iyaaa. Ini aja, ini lebih enak tau. Dimakan yaa"
"Mau ini nggaaak?" Sambil ngasih buah yang tadi ditendang-tendang.
"Makasii. Kita juga punya kok hehe. Yaudah, kita permisi yaa"
*nggak jawab*
Buat kalian yang suka ke arah Bogor, pasti tau siapa Nenek yang gue maksud.
Menurut gue Nenek ini sehat-sehat aja sih, cuma yaa karena kurang diajak ngobrol aja kayaknya. Makanya suka agak 'ngawur' jawabnya kalau ditanya.
Soalnya, semakin si Nenek 'engeh' sama muka gue dan temen gue, si Nenek udah 'agak nyambung' diajak ngobrolnya. Yaa meskipun gue tanya tidurnya dimana, dan dia malah jawab 'pohon', dengan singkat, muka yang flat dan nggak lihat wajah gue haha. Tapi better dari sebelumnya kok.
Jadi nggak sabar, nunggu misi Up Project selanjutnya.
Mau dengar cerita si Nenek yang lain aja.
Nggak tau apa aja.
Yang penting, kita mah dengerin ajaa.
Dan maunya doi emang kita cuma disuruh dengerin aja.
Kalau nggak nyambung yaa paling kita ketawa bareng sama si Nenek aja ahah.
Itu kenapa belakangnya 'aja' semua dah.
Oiya, si Nenek ini emang udah ada jadwal khususnya buat kita. Jadi kita pasti bakal cari doi kalau ngejalanin misi.
Seeya!
Di Dalam Diri
Jangan sibuk mencari.
Tapi sibuklah menjadi.
Dan kamu akan menemukan pencarian itu di dalam diri.
Siapa Aku
Ada banyak yang ingin kuceritakan padamu.
Tapi rasa 'siapa aku' lebih kuat untuk tak mengajakmu bicara.
Thursday, November 28, 2019
Ia Tetap Ada
Monday, November 25, 2019
Pedoman Hidup Gue
Saturday, November 23, 2019
Ke-berulang Kalinya
Petikan Gitar
Salah yang Sama
Diam Untuk Satu
Jangan Bergerak
The Power of..
Wednesday, November 20, 2019
Tak Lebih
Tatanan Hurufmu
Sunday, November 17, 2019
Ucapan Tak Berarti
Jangan katakan semuanya baik-baik saja.
Aku hancur.
Kau paham itu?
Kau bilang tak rela jika melihatku seperti ini. Tapi ini semua, adalah kamu alasannya!
Bodohnya aku berulang kali percaya dengan kebohongan nyata yang kau buat.
Ya, Aku bodoh!
Saturday, November 16, 2019
Thursday, November 14, 2019
Tuesday, November 12, 2019
Tentang Penilaian
Sunday, November 10, 2019
Friday, November 8, 2019
Wednesday, November 6, 2019
Tulus Itu Mudah, Hanya Saja Tak Ingin
Berlomba-lomba untuk menjadi cantik atau tampan di jaman sekarang, mudah; asal punya uang.
Yang sulit itu berlomba-lomba untuk menjadi tulus dalam kebaikan; meski kita punya banyak uang.
Pasti Akan Terlihat
Tak perlu berpura-pura dalam hal apapun.
Tak perlu juga menjelaskan kebaikan apa yang kamu punya.
Toh kalau memang kamu baik,
Hal itu akan terlihat dengan sendirinya.
Monday, November 4, 2019
Ibu Bapak Guruku
Pelajaran gue sulit, meski belajarnya mudah. Tapi kan tetap aja nggak all out. Ya kan?
Jadi rindu masa-masa ngisi LKS sekolah dulu deh. Tiap turun LKS yang wanginya itu khas banget kenapasiiiih, pasti langsung gue habeeek beberapa BAB. Malah kadang biarpun minggu pertama masih di BAB 1, gue hantam itu doi sampai episode akhir.
***
Ohiyaa, sering banget gue dengar, katanya nilai pelajaran itu gimana gurunya yah? Ahahha yaa bener juga sih.
Gue punya beberapa point dari nilai-nilai gue nih.
Fisika kelas 9 gue bagus -tiap doi baru selesai diktein soal, gue langsung maju buat ngumpulin buku gue. Dan yang lain masih ngerjain, herman kenapa gue segitu semangatnya yaa buat deket sama Pak J.
Yang gue suka dari ini adalah lirikan mata temen-temen kelas yang ngeliat gue dengan mata nggak biasa ahaha.
Masuk SMA (Pak W) eh jeblok sejeblok-jebloknyaaaa. Kayaknya gue yang salah sih.
Kimia di SMP sedikit; nggak terlalu paham. Kelas 10 mengenalnya lagi, kelas 11 mencoba mengerti, dan kelas 12 (Bu C) nilai kimia gue indaaah!
Kenapa bagusnya di kelas 12? Karena gue baru sadar target; farmasi gue membutuhkan ilmu itu.
Agama SMP gitu-gitu aja, agama SMA (Bu S) meningkat dong. Karena mulai SMA itu gue hijrah hehe jadi kebawa deh aura-aura santrinya.
MTK SMP standar, di kelas 10gue tertinggi -nggak mau kalah sama Tetehnya kata Bu H wkw.
Saingan beraaad gue di MTK, temen gue, N*el ahah. Jadi weh kelas 11-12 nilai gue adu balap sama dia :(
Sunda SMP standar juga, di SMA tertinggi dong. Kamu anak kesayangan Ibuuuu, kata Bu A hehe.
English SMP ancur, kelas 11-12 excelent! Gue makin excited banget belajar english, karena gurunya itu cantiiiik (Ms. Ati) mirip gue katanya ahahahalu. Ms. Ria thankyouuu banget, nilai T.O aku tertinggi loh. Dih shombong. Bodo wee.
Yang lain? Flat.
Olahraga, sudah pasteeeh, biar nggak ikut renang juga nggak masalah -Pak W kenal Mama gue wkw.
Bahasa, standar banget. Karena dulu gue nggak bisa menulis secara 'bahasa', eh sekarang malah hobby.
Yang gue kecewa sama diri gue di SMA dulu, gue kalah waktu bikin cerpen huhu -Buuu sekarang saya punya beberapa bahan cerpen nih, apa mau buat baru lagi :(
PLH, dulu gue nggak begitu aware sama lingkungan. Jadi masih bodo amat. Sekarang?beeeh. Sama aja ahaha.
Biologi, standar deh kayaknya.
SBK, stabil bagusnya. Gue jago di seni lukis (pokoknya yang berhubungan sama tangan) doang tapi ahah.
TIK, standar jugaaaaaa yakarena hebat di mapel itu jam terbang kali heeey. Da ngebosenin ih belajarnya ahah. Nyalin angka, rumus - nyalin angka, rumus. Maaf nih yaa pecinta monitor hehe.
***
Huh, terkadang terpintas pikiran buat bisa belajar di Sekolah lagi. Ngisi LKS, jawab soal di papan tulis, sok pinter depan guru -maju aja dulu, bisa nggak bisa belakangan ahah.
I miss when I loved you.
Terima Kasih seragam putih!
Sunday, November 3, 2019
Tak Menyesal
Bandung..
Saat itu ia menjadi saksi bisu kerapuhanku,
Saat tak lagi tau apa yang harus kulakukan,
Saat bibir tak sanggup lagi berucap,
Saat tak lagi ada kata menjawab keadaan.
Hanya tetes demi tetes air mata yang mampu memerangi semua.
Bandung menyaksikan.
Ia melihat ku tak percaya,
Ia mendengar ku tersedu,
Ia merasakan kehilanganku,
Ia membiarkan air mataku jatuh tak berhenti.
Jahatnya aku tak bisa melepas Bandung saat itu.
Maaf karenanya aku tak melihatmu,
Tak mengantarmu,
Tak menemanimu.
Tapi doa ku,
Selalu tersirat namamu.
Dan Bandung,
Berhasil membuatku tak membencinya.
Yaa,
Dengan itu semua, justru membuat aku semakin merindunya.
Ingin rasanya mengembalikan diriku padanya.
Mengingat kembali detik demi detik awal kisah itu.
Kisah yang sangat sangat melemahkanku, yang juga membuatku menjadi kuat.
Aku tak pernah menyesal mengenalmu, Bandung.
Aku Titip Sesuatu
Hujan..
Bisakah kutitip benci.
Aku benci terlahir saat Ia menua.
Kini,
Harus kuakui bahwa Ia telah tiada.
Sungguh,
Telah tiada.
Tolong bantu jatuhkan benci ini sejatuh-jatuhnya,
Hingga terhempas deras dari asalnya.
Tuesday, October 29, 2019
Cucumber Facial Mist
Karena ada timun nggak terpakai di kulkas, yaudaa gue buat doi ngerasa berguna aja hidupnya -padahal nggak mampu beli facemist :(
Siapkan alat dan bahan:
1. 1-2 Timun. Tau timun kan? Iya yang bentuknya kayak duren. Sesuaiin jumlahnya sama volume di spray bottle
2. Air matang. Biar mencegah adanya patogen aja wkw. 75% atau jangan lebih dari volume di spray bottle
3. Blender
4. Saringan (kecil)
5. Wadah
6. Spray bottle. Gue pake spray bottle bekas -tuh kan bottle-nya aja bekas, gimana mau beli facemist :(
Nih gue list how to make-nya:
1. Cuci timunnya pakai air. Iyalah kalau pake debu tayamum namanya
2. Potong random, yang penting kecil dan ngga ngerusak blender mama-mu wkw
3. Add airnya
4. Blend sampai halusnya merana, eh merata
5. Tuang ke wadah lain, pakai saringan kecil (mun aya mah)
6. Tuang ke spray bottle. Awas tumpah ahah 7. Taro di kulkas biar fresh dan dipakainya suegeeer
Face mist ini, daily use. Aman banget selama sediaan ngga bau ahah. Anyway facemist yang dibuat dari bahan alam itu biasanya umurnya kurang dari 10 hari. Karena kan ngga pakai pengawet. Jadi buatnya secukupnya aja yaa.
BTW ampas timun-nya jangan dibuang, jadiin masker. Ditempel aja di wajah selama 10-15 menit. Biar apa? Biar adem ahah.
Kandungan air, astringen dan phytochemical dalam timun:
1. Menyegarkan, menyejukkan kulit di cuaca yang lagi demam ini
2. Menenangkan kulit yang panik karena sunburn attack
3. Mengontrol sebum/minyak berlebih kayak gorengan pas lagi diangkat
4. Mengurangi inflamasi/peradangan kulit
5. Bikin glowing uuwuw
6. Melembabkan kulit kering. Kayak dompet akhir bulan
7. Memproduksi collagen
8. Menjaga elastisitas kulit wajah, biar kayak ballon kaliyaa
9. Antiaging
10. Googling! Wkw
Selamat mencoba!
Sunday, October 27, 2019
Semampuku
Tidak menuntut apa yang kita tidak mampu,
Tapi tetap berusaha untuk mencapainya.
Lakukan apa yang kita bisa,
Dan tetap menjadi apa adanya.
Terasa
Bingung itu disaat kita ada diantara 2 pilihan yang kita inginkan.
Dan terasa mudah ketika kita memilih 1 yang kita butuhkan.
Cobalah
Jangan pernah diam,
Karna diam bisa tak berarti.
Jangan pernah menunggu,
Karna menunggu bukan usaha.
Cobalah.
Karna mencoba menjawab semua.
Si Bodoh
Hanya si bodoh yang berkata 'percuma',
Karena setiap usaha yang kita lakukan selalu menghasilkan yang terbaik.
Tanpa kita sadari.
Thursday, October 24, 2019
Up Project
Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak boleh tau. Benar.
Tapiiiii, kebaikan perlu diketahui banyak orang, agar mereka bisa ikut tergerak hatinya untuk melakukan kebaikan.
Surga terlalu luas untuk sendirian. Yuk berbuat baik. Karena kita nggak akan pernah tau kebaikan (kecil) mana yang mengantarkan kita ke surga.
Karena sejatinya manusia itu baik dan peduli. Hanya saja mungkin kita menutupi itu.
Semua bisa baik, tak semua bisa peduli.
Baik itu kebaikan, bagi mereka yang peduli.
Orang baik itu banyak banget, tapi daripada kita mencari, lebih baik kita yang menjadi orang baik itu.
Kebaikan bukan hanya soal memberikan materi atau membantu finansial aja, kata yang baik pun itu adalah kebaikan.
Tapi disini, gue ingin membuat gebrakan agar mereka yang mendengar bisa ikut gue untuk turun bersama. Bantu mereka menggariskan senyum; terutama dengan membantu meringankan kehidupannya.
Karena hidup bukan perkara siapa yang baik atau siapa yang terbaik. Tapi siapa yang melakukan hal baik.
_____
Akhirnya gue putuskan untuk membuat sebuah team. Nggak menargetkan berapa jumlah participants juga, siapa pun bisa ikut bantu, siapa pun bisa berbuat baik. Mau join atau enggak, terserah; gue harap kalian selalu, kapanpun, dimanapun, dengan siapapun, berbuat baik.
Team ini persembahan dari gue dan sahabat-sahabat gue, teruntuk mereka yang (sangat) membutuhkan bantuan apapun yang kami bisa, dan semampu yang kami lakukan.
Gue sebut team ini dengan nama "Up Project". Why 'Up'?
'Up' disini bukan mengartikan menyerah, penolakan atau ketidaksanggupan, tapi 'Up' yang mengartikan sesuatu yang menaikkan, mengangkat, juga mengingatkan.
Menaikkan taraf hidup mereka, mengangkat derajat mereka, dan mengingatkan sesama untuk "Yuk berbuat baik yuk!".
Dan 'Up' yang gue pilih juga ada kepanjangannya. Untuk Perhatian. Nah, kata perhatian ini yang ingin gue underline di tagline Up Project ini. Karena perhatian itu diciptakan untuk dibagikan, kepada siapapun, sesama atau makhluk hidup sekalipun.
_____
Nggak ada sekalipun kata disini yang mengarah ke- sok baik, pencitraan, agar dianggap baik atau apapun itu. Bebas, mau mendefinisikan Up Project seperti apa. But Up Project just wanna do the best for all.
Bantu kami dengan doa, agar team ini bisa berjalan sesuai dengan visi-misi yang sudah kami buat.
Dan siapapun kamu, bisa menjadi bagian dari kami :)
Monday, October 21, 2019
Berjalan Hanya Untuk Menemani
Waktu pasti memaafkan.
Karena pada hakikatnya bukan waktu yang menunggu.
Waktu tetap menjalankan tugasnya, berjalan.
Siapa yang tertinggal, waktu tak peduli.
Karena ia hanya ditakdirkan untuk menemani.
Sunday, October 20, 2019
Terputihkan
Terkadang ada pertanyaan yang tak harus dijawab dengan sebuah jawaban.
Mungkin,
Segores pernyataan dapat memutihkan yang abu.
Bahkan yang telah menghitam.
Pernyataan dari Pertanyaan
Aku bukan siapa,
Tapi haruskah aku mengapa?
Tak kuingat jelas kita saling bertatap kapan.
Entah pula dari penjelasan yang bagaimana?
Mungkin, katamu tak apa.
Hey, hatimu dimana?
Ada yang Terjadi
Tak ada yang terjadi antara aku dan kamu.
Tapi Tuhan,
Sangat memahami ini.
Bahkan lebih dari yang kita pahami.
Setidaknya Ada Jawaban
Bertahan atau mempertahankan itu sangatlah tidak mudah.
Terkadang butuh isak air mata untuk kuat berdiri disana,
Meski pada akhirnya sang waktu menjemput namun yang diperjuangkan tak lagi di sisi.
Kurasa itu lebih baik dari rasa penasaranku selama ini.
Candu
Tak ada yang memaksa bersama.
Mungkin awalnya hanya ego yang menjadi candu.
Dan,
Tuhan menyetujui.
Hingga Gelap Terlelap
Aku lupa kapan terakhir aku indah disana.
Mungkin sangat lama,
Saat yang sama, terakhir aku dan kamu melelapkan gelap.
Saturday, October 19, 2019
Dari Celah-Celah
Aku tak punya banyak waktu.
Sibukku merampas semuanya.
Tapi kau hadir melewati celah, katamu.
Lantas, mana mungkin kubiarkan waktu merampasnya lagi.
Bukan Inginmu
Tidak diprioritaskan bukan berarti tak dianggap.
Jika keinginanmu hanya itu,
Tepat,
Kau salah orang.
Friday, October 18, 2019
Bantu Mereka
Kita sudah lebih baik.
Jika tau arti bersyukur,
Dengan membantu mereka menggariskan senyum.
Tuesday, October 15, 2019
Aku Rangkul Mereka
Dulu,
Aku membantah kata mereka bahwa semua adalah sama.
Kini,
Aku merangkul mereka.
Sunday, October 13, 2019
Sejenak
Aku dengan sibukku.
Kamu dengan sibukmu.
Kau tau ini melelahkan.
Tolong jangan gaduh,
Setidaknya sejenak kau istirahat.
Untuk Kita Semua
Jangan mengeluh.
Jangan bosan.
Jangan marah.
Jangan kesal.
Jangan kecewa.
Jangan bicara negative.
Jangan berbuat negative.
Positive selalu.
Bersyukur selalu.
Tuhan ada.
Tuhan lihat.
Tuhan bantu.
Mulai sekarang, wajib positive, dalam banyak hal yang dapat mempengaruhi future kita.
Tak Semua
Semua bisa berubah,
Tak semua bisa menjadi jahat.
Semua bisa diam.
Tak semua bisa membisu.
Aku,
Bisa pergi.
Tapi tak bisa jauh.
Menuju Malam
Seharian ini aku lelah.
Bukan sibuk seperti yang mereka tau.
Aku ingin bercerita,
Mau mendengar?
Saturday, October 12, 2019
Akan Kutahan Ini
Ada perjalanan yang belum tuntas.
Bukan karena dilupakan,
Atau pura-pura lupa.
Hanya ingin menyibukkan diri dengan pijakan di jalan lain agar tak jatuh mendalam.
Tak apa meski tertancap rungsing dan pusing sebentar.
Tuesday, October 8, 2019
Dia Dekat
Cinta itu dekat,
Ada di dalam diri.
Untuk diri sendiri lebih dulu,
Karena cinta untuk diri sendiri akan menghadirkan cinta untuk mereka,
Semua.
Kamu
Aku tak menyuruhmu untuk mendengar ocehan oranglain tentangmu.
Aku hanya tak ingin kau menghukum dirimu sendiri atas ocehan itu.
Peduli terhadap dirimu adalah kamu.
Kita Tak Pernah Saling
Aku pernah diam.
Aku pernah bertahan.
Atas dirimu.
Aku mencoba diam.
Aku mencoba bertahan.
Namun kau hanya melihatku.
Aku diam.
Aku bertahan.
Dan kau hanya menanti.
Sebelum ini hanya aku.
Yaa,
Dan ini bukan kerjasama yang baik.
Aroma Kopi
Malam menemani,
Sandaran menjadi saksi,
Kita pernah bercerita tentang kopi.
Belum sempat untuk kulupai,
Ternyata ada cerita lain tentang kopi,
Yang kau nikmati,
Bersama dia.
Monday, October 7, 2019
Masih Ada Selain Kamu
Berbuat baik bukan berarti harus merasa lebih baik dari oranglain.
Oranglain bisa saja lebih baik darimu,
Namun ia memilih untuk tak menyombongkannya.
Sunday, October 6, 2019
Santuuuy
🙍: Kenapa elo baik?
🙋: Baik itu naluri; siapa aja bisa. Nah, jahat itu pilihan
🙍: Dulu gue jahat banget yaa :(
🙋: Gpp, yang penting elo ngga gue jahatin kan? Haha
🙍: Banyak yang bilang ke gue "elo lagi sama Wilda?", "ko elo bisa sih sama dia?". Aneh ya mereka tuh
🙋: Haha biarin aja. Nyamannya mereka ya mungkin begitu. Jangan diusik nanti baper haha
🙍: Elo jadi jelek deh, di mata mereka :(
🙋: Salah gue sih, gue kalo udah kesel banget sama orang, keliatan banget. Ngga bisa fake
🙍: Tapi kan elo bisa aja jelasin awalnya gimana?
🙋: Mulut mereka banyak, tangan gue cuma dua. Lagi juga nyari pembelaan diri itu capee. Kerasnya suara mereka, itu bakal nutupin telinganya sendiri kalau kita ajak ngomong. Percuma.
🙍: Will, kalo gue udah temenan sama lu, tapi mereka tetep nggak suka sama lu, gimana?
🙋: Gpp kali Buu haha. Nggak semua orang harus disukai banyak orang ko. Santai ajaa
🙋: Kayak elo sekarang dateng. Apa gue ngebahas yang dulu? Apa gue tanya kenapa elo ngomongin gue yang engga-engga dulu? Yang dulu ya dulu. Semua orang bisa bisa berubah tiap detiknya. Jadi sayang kalau kita acuh sama kebaikan baru
***
Satu-satunya yang tidak akan membuatmu menyesal atas itu selamanya ialah perilaku akhlaq baikmu kepada semua orang; walaupun mereka menyambutmu dengan tidak baik. Sebab seorang mukmin yang paling mulia disisi Allah SWT adalah yang berakhlaq baik —M. Al-Bagir.
Jangan mau makan hasil cernaan orang lain. Kita harus coba makanan itu sendiri. Karena proses metabolisme tubuh setiap orang, responnya berbeda.
Friday, October 4, 2019
Thursday, October 3, 2019
Rindu Ini Menyakiti
Rindu mana yang lebih menyakitkan,
Dari merindukan seseorang yang telah tiada.
Pedih!
Sebab disimpan sakit,
Pun ditemu pada siapa.
Tuesday, October 1, 2019
Sunday, September 29, 2019
Efektivitas Penggunaan Antibiotika pada Anak Penderita Demam Tifoid
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA ANAK
PENDERITA DEMAM TIFOID DI RS DR. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR PERIODE 2017–2018
Wilda Dian Sari1) Lea P. Sjamsudin2)
dan Lusi Indriani3)
Program
Studi Farmasi FMIPA UNPAK – Bogor
ABSTRAK
Demam
tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi
yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh
feses atau urin orang yang terinfeksi. Tujuan penelitian ini yaitu menilai
efektivitas penggunaan antibiotika pada anak penderita demam tifoid di ruang
rawat inap RS Dr. H. Marzoeki Mahdi periode 2017-2018. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian Non-Eksperimental dan
merupakan studi Retrospektif Cross
Sectional, dianalisis secara
deskriptif.
Populasi yang diperoleh sebanyak 48 sampel dengan metode pengambilan data
secara purposive
sampling
melalui
pengukuran kondisi klinis (suhu tubuh) dan hasil laboratorium (tes widal dan
jumlah leukosit) pasien dan dianalisis dengan uji Wilcoxon. Hasil penilaian efektivitas penggunaan antibiotika
berdasarkan kondisi
klinis sebesar 94% dan
hasil laboratorium sebesar 64%, dan penggunaan antibiotik yang efektif
dalam menormalkan leukosit
dan
suhu tubuh adalah ceftriaxone masing-masing sebesar 61% dan 82%.
Kata Kunci : Efektivitas, antibiotika,
demam tifoid,
RS Dr. H. Marzoeki Mahdi
ABSTRACT
Typhoid
fever is an infection disease caused by Salmonella typhi bacteria that enters
the body through food and drink that is contaminated with feces or urine of an infected
person. The
purpose of this study is to assess the effectiveness of the use of antibiotics
in children with typhoid fever in the inpatient room of Dr. Hospital. H. Marzoeki Mahdi for the period
2017-2018. This research is a
Non-Experimental type of research and is a Cross Sectional Retrospective study
and analyzed descriptivel. The
population obtained as many as 48 samples with the method of data collection by
purposive sampling through measurement of clinical conditions (body
temperature) and laboratory results (widal test and the number of leukocytes)
of patients and anlyzed by Wilcoxon test.
The results of the assessment of the effectiveness of antibiotic use
based on clinical conditions were 94% and laboratory results were 64%, and the
effective use of antibiotis in normalizing leukocytes and body temperature was
ceftriaxone by 61% and 82%, respectively.
Keywords : Effectiveness,
antibiotics, typhoid fever, Dr. H.
Marzoeki Mahdi Hospital
PENDAHULUAN
Demam
tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi
yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh
feses atau urin orang yang terinfeksi (WHO, 2015). Penyebab yang sering terjadi
yaitu faktor higiene pribadi, higiene
makanan atau minuman serta sanitasi lingkungan (Padila, 2013).
Demam
tifoid sering terjadi di daerah endemik, seringkali terjadi ketika awal musim
hujan ataupun musim kemarau (Nafiah, 2018). WHO memperkirakan angka kejadian
demam tifoid yang terjadi di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta kasus/tahun
dengan angka kematian mencapai 600.000 orang, dimana 70% kematiannya terjadi di
Asia (DepKes RI, 2013). Di Indonesia kejadian demam tifoid memiliki angka yang
cukup tinggi yaitu sekitar 500/100.000 kasus (KeMenKes
RI, 2006). Prevalensi
demam tifoid di Indonesia sebesar 1,6% terjadi pada dewasa dan 4,3% terjadi
pada anak-anak (RisKesDas, 2007). Kekebalan tubuh anak-anak
belum sekuat tubuh orang dewasa juga ditambah jajan yang sembarangan atau tidak
mencuci tangan sebelum makan (Nafiah, 2018). Demam tifoid
termasuk penyakit dengan peringkat ketiga pasien rawat inap terbanyak di rumah
sakit Indonesia. Pada tahun 2010 penderita demam tifoid yang dirawat inap di
Rumah Sakit sebanyak 41.081 kasus dan 274 diantaranya meninggal dunia (DepKes RI, 2011).
Pengobatan
utama pada kasus demam tifoid adalah dengan pemberian antibiotika yang sesuai
dengan infeksi bakteri. Demam tifoid dapat disembuhkan bila diberikan pengobatan serta tindakan
yang cepat dan tepat (Roespandi dan Nurhamzah, 2007).
Pada penelitian sebelumnya mengenai
efektivitas penggunaan antibiotika pada pasien demam tifoid anak rawat inap di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tahun 2010, pola
antibiotika yang digunakan yaitu amoxicillin, cefotaxime, ceftriaxone dan
kloramfenikol. Obat yang paling banyak digunakan adalah ceftriaxone 46,15%.
Antibiotika yang efektif adalah ceftriaxone karena mempunyai efektivitas terapi
mencapai 100% dengan rawat inap rata-rata yaitu 4 hari.
Mengingat
masih tingginya prevalensi demam tifoid pada anak dan peggunaan antibiotika
yang tidak tepat dapat menimbulkan risiko terjadinya resistensi antibiotika sehingga
dapat mengakibatkan gagalnya efektivitas terapi. Oleh karena itu, untuk
mengetahui keberhasilan terapi antibiotika perlu dilakukan penelitian evaluasi
efektivitas penggunaan antibiotika pada pasien anak demam tifoid berdasarkan karakteristik pasien,
karakteristik antibiotika, kondisi klinis dan hasil laboratorium sebelum dan
sesudah terapi, sehingga dapat membantu dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan dan pengobatan demam tifoid pada anak.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Non-Eksperimental.
Penelitian ini merupakan studi Retrospektif
Cross Sectional. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menilai
efektivitas penggunaan antibiotika pada anak penderita demam tifoid di ruang
rawat inap RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor periode 2017–2018.
Sampel penelitian ini adalah semua
pasien anak yang terdiagnosis demam tifoid yang menjalani perawatan di ruang
rawat inap RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor periode 2017–2018 yang memenunuhi
kriteria inklusi. Adapun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 48 rekam medik.
ANALISIS
DATA
Analisis
data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui dan mendapatkan presentase karakteristik
pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, lama
perawatan,
diagnosa pasien dan karakteristik
antibiotika
yang digunakan yang terdapat pada data rekam medik pasien, kemudian disajikan
dalam bentuk tabel.
Analisis data yang dilakukan untuk menilai
efektivitas penggunaan antibiotika
pada anak penderita demam tifoid dilihat dari kondisi klinis (suhu tubuh) dan hasil pemeriksaan
laboratorium (jumlah leukosit) sebelum dan sesudah perawatan yang dianalisis menggunakan metode statistik non
parametrik yaitu uji Wilcoxon
untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan efektivitas antara kondisi klinis dan hasil laboratorium sebelum dan sesudah
terapi.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
1. Karakteristik Pasien
Karakteristik subjek penelitian ini
dilihat berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama rawat inap yang ditunjukkan pada Tabel 4 berikut:
Tabel
4. Karakteristik
Pasien
No |
Hasil |
Jumlah |
Persentase |
1 |
Usia |
|
|
0-5
th |
16 |
33% |
|
|
6-14
th |
32 |
67% |
2 |
Jenis
Kelamin |
|
|
|
Laki-Laki |
26 |
54% |
|
Perempuan |
22 |
46% |
3 |
Lama
Rawat Inap |
|
|
3-5
hari |
38 |
79% |
|
|
>
5 hari |
10 |
21% |
A.
Berdasarkan Usia
Sebagian besar
pasien yang menderita demam tifoid lebih banyak terjadi pada usia anak-anak (6-14 tahun) yaitu
sebanyak 67% dibandingkan usia balita (0-5 tahun) yaitu 33%. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Klaarje yang menyatakan bahwa angka
kejadian tertinggi adalah pada anak usia
5-9 tahun, karena pada anak usia ini merupakan masa anak mulai mengenal
lingkungan dan bersosialisasi dengan teman-temannya, mereka mulai mengkonsumsi
makanan dan minuman yang tidak diketahui jelas kebersihannya. Hal ini juga
diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pada usia balita
(1-5 tahun) memiliki angka kejadian yang cukup rendah karena pola makan yang
masih diatur oleh ibu mereka sehingga kemungkinan tetrjangkitnya lebih kecil
(Adisasmito, 2006).
B. Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jumlah pasien berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
yaitu 54% dibandingkan dengan pasien berjenis kelamin perempuan yaitu 46%. Hal
ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pasien anak
penderita demam tifoid berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 55,49%
dibandingkan dengan pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 44,51%. Hal ini
dikarenakan anak laki-laki lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah
sehingga memungkinkan terjadinya risiko yang lebih besar terkena demam tifoid
dibandingkan dengan anak perempuan (Musnelina, 2004).
C. Berdasarkan
Lama Perawatan
Lama perawatan
yang paling banyak adalah 3-5 hari yaitu 80% dan yang lebih dari 5 hari yaitu sebanyak
20%. Umumnya perawatan demam tifoid dibutuhkan waktu 7-14 hari untuk mencapai
tingkat kesembuhan (KeMenKes, 2006), namun hal ini tidak sesuai dikarenakan
sebagian besar kondisi klinis pasien sudah mulai membaik, biasanya pada keadaan
ini dokter sudah menyatakan sembuh dan pasien diperbolehkan pulang
(Fitrianggraeni, 2012). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2016), sembuh adalah suatu kondisi dimana
pasien dinyatakan telah bebas dari penyakit yang
diderita, sedangkan membaik adalah suatu kondisi dimana seseorang telah
mencapai suatu keadaan yang lebih baik dari penyakit yang diderita.
2.
Karakteristik Antibiotika
Karakteristik dan penggunaan antibiotika dan pengadaannya di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel
5. Karakteristik Antibiotika
No |
Hasil |
Jumlah
|
Persentase
|
1 |
Jenis
Antibiotik |
|
|
Tunggal |
48 |
100% |
|
|
Kombinasi |
0 |
0% |
2 |
Penggolongan
Antibiotik |
|
|
Kloramfenikol |
0 |
0 |
|
Sulfametoksazol |
0 |
0 |
|
Penisilin |
0 |
0 |
|
Cephalosporin |
48 |
100% |
|
Kuinolon |
0 |
0% |
|
3 |
Antibiotik |
|
|
Inj.
Ceftriaxone |
41 |
85% |
|
Inj.
Cefotaxime |
5 |
10% |
|
|
Inj.
Ceftazidime |
2 |
5% |
4 |
Lama
Penggunaan Antibiotik |
|
|
3-5
hari |
40 |
83% |
|
|
>5
hari |
8 |
17% |
Berdasarkan
Tabel 5 jenis antibiotika yang digunakan yaitu jenis tunggal berjumlah 100% dengan penggolongan jenis
antibiotika
yang paling sering digunakan adalah golongan sefalosporin generasi ketiga yang
berjumlah 100% yaitu Ceftriaxone sebesar 85%, Cefotaxime sebesar 10% dan
Ceftazidime sebesar 5% dengan rute pemberian masing-masing dalam bentuk injeksi
atau dengan rute pemberian intravena karena merupakan efek pemberian obat yang
lebih cepat dibandingkan dengan rute pemberian oral. Hal ini disebabkan karena
pertimbangan manfaat dan risiko dari pemberian obat
pada setiap pasien yaitu keadaan
dan kondisi pasien.
Dari hasil
penelitian ini menunjukkan penggunaan antibiotika golongan sefalosporin generasi ketiga menjadi pengobatan utama pada
demam tifoid anak di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor periode 2017-2018. Pengobatan tidak menggunakan
antibiotika drug of choice yaitu golongan kloramfenikol dan penisilin tetapi langsung diberikan
dengan golongan sefalosporin karena diduga lebih cepat untuk menurunkan suhu
tubuh, lama pemberian yang pendek dan dapat diberikan dengan dosis tunggal.
Ceftriaxone merupakan antibiotika yang paling sering digunakan dalam
pengobatan rawat inap dan biasanya
diberikan pada pasien anak-anak. Ceftriaxone juga merupakan salah satu antibiotika alternatif yang menjanjikan bagi pengobatan demam tifoid
anak (Musnelina dkk, 2004).
Pemberian
antibiotika
oral digunakan sebagai terapi lanjutan yang dilakukan pada pasien anak
penderita demam tifoid dengan pertimbangan kondisi klinis pasien membaik (KeMenKes, 2011). Hal ini sesuai dengan Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia, bila terdapat klinis perbaikan, antibiotika intravena dapat diganti dengan preparat oral dengan
antibiotika
golongan yang sama dengan antibiotika intravena sebelumnya (IDAI, 2009). Pada penelitian ini
tidak dilampirkan obat pulang dari tiap pasien, namun ada beberapa pasien yang
mendapatkan terapi antibiotika oral untuk dilanjutkan menjadi obat pulang saat pasien
diizinkan pulang oleh dokter dari rumah sakit seperti cefixime dan cefadroxil. Terapi antibiotika cefixime oral merupakan terapi lanjutan dikarenakan
cefixime merupakan antibiotika yang berada pada golongan antibiotika yang sama dengan cefotaxime
dan ceftriaxone, yaitu golongan sefalosporin generasi ketiga yang memiliki aktivitas yang sama
terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif (Tjay dan Rahardja, 2007). Terapi antibiotika sefadroksil oral juga menjadi pilihan terapi lanjutan
dikarenakan sefadroksil merupakan golongan antibiotika sefalosporin generasi pertama yang efektif
terhadap bakteri Gram positif dan memiliki aktivitas sedang terhadap bakteri Gram negatif dan hanya diberikan secara oral pemberiannya
sehingga dapat digunakan sebagai terapi obat pulang.
Lama
penggunaan antibiotika diperlukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi akibat
perkembangbiakan Salmonella typhi
yang telah menginfeksi
tubuh pasien (Sidabutar dan Satari, 2010). Menurut KeMenKes, penggunaan antibiotika harus disesuaikan dengan diagnosis awal
yang telah dikonfirmasi yang kemudian dilakukan evaluasi berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium dan kondisi klinis pasien. Penggunaan antibiotika pada saat pasien dirawat paling banyak yaitu 3-5 hari
dengan 83% dan >5 hari sebanyak 17%.
3. Kondisi
Klinis dan Hasil Laboratorium
Tabel
6. Kondisi Klinis dan Hasil Laboratorium
No |
Hasil |
Pre |
Post |
|
||
Jumlah |
Persentase
|
Jumlah |
Persentase
|
|||
1 |
Tes
Widal |
|
||||
(+) |
48 |
100% |
|
|
|
|
|
(-) |
0 |
0% |
|
|
|
2 |
Leukosit |
|
|
|
|
|
5,000-10,000 |
23 |
48% |
16 |
70% |
|
|
7 |
30% |
|
||||
<5,000
atau > 10,000 |
25 |
52% |
16 |
64% |
|
|
|
9 |
36% |
|
|||
3 |
Suhu |
|
|
|
|
|
36-37°C |
4 |
8% |
45 |
94% |
|
|
|
>
37°C |
44 |
92% |
3 |
6% |
|
A.
Berdasarkan Tes
Widal
Tes Widal adalah
salah satu pengujian untuk mendiagnosa demam tifoid yang diakibatkan oleh
bakteri Salmonella typhi. Meskipun
diketahui bahwa tes Widal memiliki
banyak kelemahan, tetapi sampai saat in tes Widal merupakan
uji serologis yang paling banyak digunakan untuk menunjang diagnosis demam
tifoid (Puspa, 2005).
Menurut penelitian sebelumnya, tes Widal memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
tergolong sedang yaitu pada kasus demam tifoid dengan hasil biakan positif
(Kalma, 2011). Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa kesembuhan sudah
dialami oleh pasien
walaupun tes Widal masih menunjukkan hasil (+) positif tetapi kondisi
klinis menunjukkan kesembuhan pada pasien tersebut, hal ini didukung oleh
pernyataan literatur yang mengatakan bahwa pada tes Widal pemberian antibiotika mampu
mengahambat kenaikan titer tes
Widal (Handojo, 2004).
Persentase pasien yang keadaannya belum
atau tidak normal sebelum pemberian antibiotika berdasarkan tes Widal adalah
sebanyak 100%, artinya bahwa semua hasil positif tes Widal memperkuat
dengan terinfeksi Salmonella typhi
pada penderita (Fatmawati, 2011). Pada penelitian ini masih terdapat beberapa pasien yang
kadar leukositnya tidak dalam rentang normal pada saat keluar dari rumah sakit
serta masih adanya pasien yang tidak dilakukan tes Widal pada saat keluar dari rumah sakit. Meskipun tes Widal hanya
dilakukan di awal hari perawatan saja, namun pasien tetap mengalami pengobatan
rawat jalan di rumah dengan membawa obat yang telah diresepkan oleh dokter
untuk menuntaskan kesembuhan pasien tersebut.
B.
Berdasarkan Kadar Leukosit
Pemeriksaan
jumlah leukosit pada penyakit demam tifoid digunakan sebagai diagnosa
pembanding karena gejala yang terjadi pada kasus demam tifoid hampir sama
dengan kasus infeksi lain. Rentang nilai normal leukosit di RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi
Bogor adalah 5.000–10.000/µL. Persentase pasien dengan kadar leukosit tidak atau
belum normal sebelum pemberian antibiotika yaitu 52%, artinya hampir semua pasien memiliki kadar leukosit tidak normal.
Beberapa
penelitian mendapatkan bahwa jumlah leukosit tidak mempunyai nilai spesifitas,
sensitifitas dan dugaan yang cukup tinggi untuk digunakan dalam membedakan
antara penderita demam tifoid atau bukan, akan tetapi adanya jumlah leukosit
yang tidak dalam rentang normal relatif menjadi dugaan kuat diagnosis demam
tifoid (Juwono, 2004).
Persentase
pasien dengan kadar leukosit normal setelah perawatan yaitu 64%, artinya hanya sebagian pasien dengan kadar
leukosit normal. Sementara 36% memiliki kadar leukosit tidak normal. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
antibiotika
terhadap pasien berdasarkan kadar leukosit 64% efektif dalam menghentikan dan
memusnahkan penyebaran bakteri Salmonella
typhi dalam tubuh pasien. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemberian antibiotika 90% efektif dalam menormalkan kadar leukosit akibat
penyebaran bakteri Salmonella typhi
dalam tubuh pasien (Wahyuno, 2014).
C.
Berdasarkan
Suhu Tubuh
Suhu tubuh menjadi salah satu tanda
vital pasien untuk mengetahui gejala demam yang ditandai dengan suhu tubuh yang
tinggi. Umumnya gejala ini terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi (Nurjannah et al., 2011). Pada penelitian ini,
persentase pasien yang suhunya tidak normal sebelum pemberian antibiotika yaitu 92%,
artinya hampir semua pasien mengalami demam akibat bakteri Salmonella typhi, sementara 8% pasien memiliki suhu normal.
Sedangkan persentase pasien dengan suhu tubuh yang normal setelah pemberian
antibiotika adalah 94%,
sementara tidak normal adalah sebanyak 6%. Hal ini menandakan bahwa pemberian
antibiotika berdasarkan
suhu tubuh 94% efektif menurunkan suhu tubuh pasien, meskipun masih terdapat 6%
pasien yang memiliki suhu tubuh belum normal. Hasil penelitian ini tidak jauh
berbeda pada penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemberian antibiotika 95% efektif
dalam menurunkan suhu tubuh akibat penyebaran bakteri Salmonella typhi dalam tubuh pasien (Wahyono, 2014).
4. Karakteristik
Pasien Berdasarkan Diagnosis Penyakit Penyerta
Tabel
7. Hasil Diagnosis Penyakit Demam Tifoid
No |
Keterangan |
Jumlah |
Persentase |
1 |
Tanpa
Penyakit Penyerta |
25 |
52% |
2 |
Dengan
Penyakit Penyerta |
23 |
48% |
Pada hasil
diagnosa yang telah ditetapkan,
dapat diketahui ada dan tidaknya penyakit penyerta pada pasien anak penderita
demam tifoid. Hasil pada Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 48 pasien, diagnosis penyakit demam tifoid yang dirawat inap paling banyak adalah demam
tifoid tanpa penyakit penyerta sebesar 52%.
Distribusi penyakit penyerta pada pasien
anak penderita demam tifoid dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel
8. Penyakit Penyerta Pada Pasien Anak Penderita Demam Tifoid
No |
Penyakit
Penyerta |
Jumlah |
Persentase |
1 |
Anemia |
1 |
2% |
2 |
Appenditis |
1 |
2% |
3 |
Bronkitis |
1 |
2% |
4 |
Bronkopneumonia |
2 |
4% |
5 |
DBD |
8 |
17% |
6 |
Diare |
1 |
2% |
7 |
Dispepsi |
3 |
6% |
8 |
Febris |
1 |
2% |
9 |
GE |
2 |
4% |
10 |
ISK |
1 |
2% |
11 |
ISPA |
2 |
4% |
12 |
Low
Intake |
2 |
4% |
13 |
Trombositopenia |
1 |
2% |
Dari hasil
Tabel 8, diketahui distribusi penyakit penyerta dari pasien anak
penderita demam tifoid yang banyak diderita adalah
Demam Berdarah Dengue (DBD) sebesar 17%, kemudian diikuti oleh Dispepsia sebesar 6%,
Bronkopneumonia, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Low Intake masing-masing sebesar 4% dan Anemia,
Appenditis, Bronkitis, Diare, Febris, Gastroenteritis (GE), Infeksi
Saluran Kemih (ISK) dan Trombositopenia masing-masing sebanyak 2%.
5. Efektivitas
Penggunaan Antibiotika
Efektivitas penggunaan antibiotika adalah terapi antibiotika yang efektif atau dapat mengurangi gejala
dan tanda penyakit, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 9 berikut:
Tabel
9. Efektivitas Penggunaan Antibiotika
No |
Antibiotik |
Keefektifan |
Leukosit |
Suhu |
||
Jumlah |
Persentase |
Jumlah |
Presentase |
|||
1 |
Inj. Ceftriaxone |
1. Efektif |
29 |
61% |
39 |
82% |
|
|
2. Tidak Efektif |
12 |
25% |
2 |
4% |
2 |
Inj. Cefotaxime |
1. Efektif |
1 |
2% |
4 |
8% |
|
|
2. Tidak Efektif |
4 |
8% |
1 |
2% |
3 |
Inj. Ceftazidime |
1. Efektif |
2 |
4% |
2 |
4% |
|
|
2. Tidak Efektif |
0 |
0% |
0 |
0% |
Total |
48 |
100% |
48 |
100% |
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan antibiotika yang efektif dalam menormalkan jumlah leukosit
pada pasien anak penderita demam
tifoid
adalah ceftriaxone (61%),
ceftazidime (4%) dan
cefotaxime
(2%). Sedangkan hasil penilaian penggunaan antibiotika yang efektif dalam menormalkan suhu tubuh pada pasien
anak penderita demam tifoid adalah ceftriaxone (82%),
cefotaxime (8%) dan ceftazidime (4%).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh penggunaan antibiotika oleh pasien anak penderita demam tifoid di RS Dr. H.
Marzoeki Mahdi Bogor efektif.
Hasil
penelitian ini juga
menunjukkan bahwa penggunaan antibiotika yang tidak efektif dalam menormalkan jumlah leukosit
pada pasien anak penderita demam
tifoid
adalah ceftriaxone (25%)
dan cefotaxime (8%). Sedangkan hasil penilaian penggunaan antibiotika yang tidak efektif dalam menormalkan suhu tubuh pada pasien
adalah
ceftriaxone (4%) dan cefotaxime (2%).
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ketidakefektifan penggunaan antibiotika oleh pasien anak penderita demam tifoid disebabkan karena adanya
penggunaan obat lain yang digunakan pasien dengan penyakit penyerta.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian, dari 48 pasien anak penderita demam tifoid yang dirawat di ruang
rawat inap RS Dr. H. Marzoeki
Mahdi Bogor
periode 2017-2018 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Gambaran
umum karakteristik pasien (usia, jenis kelamin dan lama perawatan) anak
penderita demam tifoid lebih banyak ditemukan jenis kelamin laki-laki (54%)
dengan usia 6-14
tahun (67%) dan lama perawatan 3-5 hari (79%).
2.
Gambaran
umum karakteristik antibiotik (jenis, penggolongan, kelompok dan lama
penggunaan antibiotik) yang paling banyak digunakan adalah jenis tunggal (100%)
dengan golongan
cephalosporin generasi ketiga (100%) yaitu ceftriaxone (85%) dan lama penggunaan 3-5 hari (83%).
3.
Penilaian
efektivitas penggunaan antibiotika berdasarkan
kondisi klinis (suhu tubuh)
sebesar 94% dan hasil pemeriksaan laboratorium (jumlah leukosit) sebesar 64% dengan penggunaan antibiotik yang
paling efektif dalam menormalkan jumlah
leukosit
dan suhu tubuh adalah ceftriaxone dengan masing-masing kefektifan sebesar 61% dan 82%.
1.
Perlu
ditingkatkan dalam pengisian atau kelengkapan lembar rekam medik pasien,
khususnya pada pemeriksaan hasil laboratorium pada tes Widal sehingga memudahkan pendataan dan pembacaan rekam
medik.
2.
Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode prospektif sehingga
dapat dilihat penggunaan terapi antibiotika dan kondisi klinis pasien secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito,
A. W. 2006. Penggunaan Antibiotik pada
Terapi Demam Tifoid Anak di RSAB Harapan Kita. Jakarta: Sari Pediatri, Vol.
8, No.3, Desember 2006. 174-180
DepKes RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan No. 2406/MENKES/PER/XII/2011 Tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika. Jakarta: Depkes RI.
________. 2013. Sistematika
Pedoman Pengendalian Penyak it Demam
Tifoid. Jakarta: Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan
Lingkungan.
Fatmawati,
R., Nahwa, A., Hardian. 2011. Uji
Diagnostik Tes Serologi Widal Dibandingkan Dengan Kultur Darah Sebagai Baku
Emas Untuk Diagnosis Demam Tifoid Pada Anak Di Rsup Dr. Kariadi Semarang.
Semarang: Universitas Diponogoro Semarang Press
Fitrianggraini,
A., Hakim, A. R., Sujono, T. A. 2012. Evaluasi
Pola Penggunan Antibiotik Pada Pasien Anak Demam Tifoid di Instalasi Rawat Inap
RS “X” Tahun 2010-2011. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Handojo,
I. 2004. Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. Surabaya:
Airlangga University Press.
IDAI.
2009. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Juwono.
2004. Ilmu Penyakit Dalam Edisi II. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia. 2016. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]. Available at: http://kbbi.web.id/pusat. Diakses 21
Juni 2016.
Kementrian
Kesehatan RI. 2006. Pedoman Pengendalian
Demam Tifoid. Jakarta: Kemenkes RI.
________. 2011.
Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik. Jakarta: Kemenkes
RI.
Musnelina,
L., Afdhal, A, F., Gani, A., Andayani, P. 2004. Pola Pemberian Antibiotik Pengobatan Demam Tifoid Anak Di Rumah Sakit
Fatmawati Jakarta 2001-2002. Jakarta: Makara Kesehatan, Vol. 8, No. 1:
27-31.
Nafiah,
F. 2018. Kenali Demam Tifoid dan
Mekanismenya. Yogyakarta: Budi Utama
Nurjanah,
S., Fathia, S. 2011. Aktivitas
Antimikroba Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Kering Beku Terhadap
Beberapa Bakteri Patogen. Bogor: IPB Press
Padila.
2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.
Bengkulu: Nuha Medika.
Patmawati, S. Y. 2010. Efektifitas Penggunaan Antibiotik Pada
Pasien Demam Tifoid Anak Rawat Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Puspa,
W. 2005. Kemampuan Uji Tabung Widal Menggunakan
Antigen Import dan Antigen Lokal. Indonesian Jounal of Clinical Pathology
and Medical Laboratory, Vol. 12, No. 1, Nov 2005: 31-37.
RisKesDas.
2007. Riset Kesehatan Dasar_Laporan Kesehatan 2007. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Roespandi,
H., dan Nurhamzah, W. 2007. Buku Saku
Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
Sidabutar,
S., Satari, H, I. 2010. Pilihan Terapi
Empiris Demam Tifoid Pada Anak: Kloramfenikol Atau Seftriakson. Departemen
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RS. Cipto
Mangunkusumo. Sari Pediatri 2010;11 (6): 434-9.
Tjay,
T. H., Rahardja, K. 2007. Obat-Obat
Penting: Khasiat, Penggunaan Dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Ke VI. Cetakan
I, Hal. 263, 270. Jakarta: Gramedia.
Wahyono,
D., Fita, R., 2014. Evaluasi Penggunaan
Antibiotik Pada Pasien Pediatri Rawat Inap. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada Press.
World
Health Organization. 2015. Typhoid Fever.
Terdapat Di: Http://Www.Who.Int/Topics/Typhoid_Fever/En/ [Diakses 9 Juni 2016].
Baban's Words Part 2
FGVV?ds000,,,,,,,,,,,,,,M9320W-NHJ
-
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN CAIR DAN PADAT DATA PREFORMULASI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas M...
-
1. Metode yang menggunakan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan a...
-
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI II MASKARA Tanggal Percobaan: 2 Juni 2018 Kelompok/Kelas: 6/B Dosen Pembimbing: 1. ...