Analisis Senyawa Nipagin dan
Nipasol dengan Metode HPLC
(High Performance Liquid Chromatography)
(High Performance Liquid Chromatography)
LAPORAN PRAKTIKUM
Tanggal Praktikum:
11 Desember 2018
Dosen:
Zaldy Rusli, M.Farm
Oleh:
WILDA
DIAN SARI
0661
15 075

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi
Allah Tuhan semesta alam, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan segala kemudahan, rahmat dan karunia-Nya sehingga
laporan praktikum yang berjudul ‘Analisis Senyawa Nipagin dan Nipasol dengan
Metode HPLC (High Performance Liquid Chromatography)’ ini dapat diselesaikan.
Shalawat dan salam tak lupa pula penulis curahkan kepada Baginda kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia.
Adapun tujuan penulisan laporan
praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metode Fisiko Kimia pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019.
1. Bapak
Zaldy Rusli,M.Farm., selaku dosen pengampu mata kuliah Metode Fisiko Kimia.
2. Seluruh
dosen pengampu mata kuliah Metode Fisikokimia.
3. Seluruh
pihak dan staf Program Studi Farmasi Universitas Pakuan.
4. Orang
Tua dan teman-teman yang ikut mendukung proses penulisan laporan sampai
selesai.
Doa penulis semoga segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT, Amin. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
segi materi maupun dari segi penyajian. Namun penulis juga berharap semoga
laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Atas segala bentuk
dukungan, penulis mengucapkan terimakasih.
Bogor,
11 Desember 2018
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
BAB I: PENDAHULUAN..............................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang.................................................................................................
1
1.2 Tujuan...............................................................................................................
2
1.2.1 Tujuan
Penulisan..................................................................................
2
1.2.2 Tujuan Pembahasan.............................................................................
3
1.3 Hipotesis...........................................................................................................
3
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
4
2.1 Nipagin.............................................................................................................
4
2.2 Nipasol.............................................................................................................
5
2.3 Kromatografi
................................................................................................... 5
2.4 High
Performance Liquid Chromatography (HPLC)......................................
6
2.4.1 Prinsip
Kerja HPLC.............................................................................
6
2.4.2 Komponen
HPLC.................................................................................
8
2.4.3 Teknik
HPLC........................................................................................
16
2.4.4 Manfaat
HPLC.....................................................................................
16
2.4.5 Jenis
HPLC...........................................................................................
17
BAB III: METODE KERJA.......................................................................................... 18
3.1 Waktu
dan Tempat Penelitian..........................................................................
18
3.2 Alat
dan Bahan.................................................................................................
18
3.2.1 Alat.......................................................................................................
18
3.2.2 Bahan....................................................................................................
19
3.3 Cara
Kerja........................................................................................................
19
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................
22
4.1 Hasil.................................................................................................................
22
4.2 Pembahasan......................................................................................................
28
BAB V: KESIMPULAN
................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
33
LAMPIRAN
................................................................................................................... 34
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Definisi
zat pengawet menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.445/MENKES/PER/V/1998 adalah zat atau bahan kimia yang dapat mencegah terjadinya
kerusakan atau dekomposisi pada kosmetika yang disebabkan oleh adanya
mikroorganisme. Agen antimikroba digunakan untuk agen kimia yang terdapat dalam
kosmetika atau produk rumah tangga, baik yang memiliki aktivitas bakterisidal maupun
bakteriostatik selama penggunaannya. Namun penggunaan
pengawet harus sesuai dengan persyaratan yaitu untuk persyaratan metil paraben,
propil paraben yang diizinkan menurut Asean Cosmetic Method No 01 dan peraturan
BPOM RI No: HK.00.05.42.1018 adalah kadar Metil Paraben dan Propil Paraben
maksimal 0,4%, kadar fenoksietanol maksimal 0,1% dan kadar pengawet campuran
maksimal 0,8%.
Kimia analitik
merupakan cabang ilmu mengenai analisis material untuk dapat mengetahui
komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional kimia analitik
dibagi menjadi dua macam yaitu kuantitatif dan kualitatif. Kimia analisis
kuantitatif bertujuan untuk dapat mengetahui jumlah unsur dan mengidentifikasi
senyawa dalam suatu cuplikan. Berdasarkan metodenya, kimia analitik dibagi
menjadi, antara lain spektroskopi, spektroskopi massa, kromatografi, elektroforesis,
kristalografi, mikroskopi, dan elektrokimia.
Kromatografi
adalah metode atau teknik yang digunakan untuk bermacam-macam jenis teknik
pemisahan campuran yang berdasarkan pada perbedaan kecepatan
perambatan komponen pada medium tertentu. Pada tahun
1903 Michael Tsweet adalah penemu kromatografi yang mencoba memisahkan
pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur
(caso4). Istilah kromatografi diciptakan oleh Tsweest untuk melukiskan
daerah-daerah yang berwarna yang bergerak kebawah kolom. Terdapat dua
fase pada kromatografi yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan
komponen campuran dan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.
Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal, sedangkan komponen
yang mudah larut pada fase gerak akan bergerak lebih cepat.
High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) atau kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan
sebuah teknis analisis obat yang paling cepat berkembang. Cara ini digunakan untuk
menganalisis beragam obat pada sediaan dan cairan biologi karena metodenya yang
sederhana dan kepekaannya yang tinggi. KCKT adalah
teknik yang paling banyak digunakan untuk mengukur kuantitas obat-obat dalam
formulasi.
Perkembangan HPLC
berawal dari proses pemisahan campuran yang berdasarkan absorpsi dari partisi
ke arah yang lebih luas yaitu proses pemisahan berdasarkan afinitas. Filtrasi
gel dan ion yang berpasangan, namun proses pemisahannya tetap dilaksanakan pada
kolom yang disertai penggunaan pelarut pengembang dengan tekanan tinggi.
Nipagin dan Nipasol adalah zat atau
bahan pengawet yang merupakan suatu senyawa fenolik yang dapat stabil di udara,
sensitif terhadap pemaparan cahaya, tahan panas dan tahan dingin termasuk pada
uap steril, namun stabilitasnya dapat menurun dengan meningkatnya pH yang menyebabkan
hidrolisis. Mekanisme kerja nipagin dan nipasol yaitu dengan menghilangkan
permeabilitas membran sehingga isi sitoplasma dapat keluar dan menghambat
sistem transport elektrolit yang lebih efektif terhadap kapang dan khamir
dibandingkan dengan bakteri, serta lebih efektif dalam menghambat bakteri gram
positif dibandingkan dengan bakteri gram negatif.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Penulisan
Laporan ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Fisiko Kimia pada
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019 yang diampu oleh dosen Zaldy Rusli,
M.Farm., Apt.
1.2.2
Tujuan
Pembahasan
a. Pembahasan
ini bagi kami berguna sebagai wahana latihan dalam pembuatan Laporan.
b. Dengan
adanya pembahasan ini tentunya akan semakin memperkaya ilmu pengetahuan kita,
khususnya tentang HPLC.
c. Pembahasan
ini digunakan untuk mengetahui dan memahami tentang manfaat, prinsip dan cara
kerja dari HPLC.
d. Pembahasan
ini digunakan untuk mengidentifikasi
adanya nipagin dan nipasol pada sediaan kosmetik dan sirup.
e. Pembahasan
ini digunakan untuk dapat
menentukan dan menghitung kadar nipagin dan nipasol dalam sediaan kosmetik
dan sirup.
1.3 Hipotesis
HPLC mampu mendeteksi adanya
nipagin dan nipasol dalam suatu krim dan sirup.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metil
Paraben (Sumber FI III, Hal 373)

Sinonim : Nipagin; methylis
parahydroxybenzoas
Penggunaan : Antimicrobial preservative
(oral solutions 0,015-0,2%)
Deskripsi : Merupakan kristal tidak
berwarna atau serbuk kristal berwarna putih; tidak berbau atau hamper tidak
berbau dan sedikit mempunyai rasa panas
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian
propilenglikol; 3 bagian etanol 95%; 60 bagian gliserin; dan 400 bagian air
Stabilitas : Larutan metil paraben
pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120°C selama 20 menit,
tanpa penguraian. Larutan ini stabil selama kurang lebih 4 tahun dalam suhu
kamar, sedangkan pada pH 8 atau lebih dapat meningkatkan laju hidrolisis.
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba dari metil
paraben atau golongan paraben yang lain sangat dapat mengurangi efektivitas
dari surfaktan nonionik, seperti polysorbate 80. Tetapi adanya propilenglikol
(10%) menunjukkan peningkatan potensi aktivitas antibakteri dari paraben,
sehingga dapat mencegah interaksi antara metilparaben dan polysorbate.
Inkompatibel dengan beberapa senyawa, seperti bentonit, magnesium trisilicate,
talc, tragacanth, sodium alginate, essential oils, sorbitol dan atropine.
2.2 Nipasol
Propil
Paraben (FI Edisi III, hal. 535)

Nama
resmi : Propylis Parabenum
Nama
lain : Propil paraben,
nipasol
Rumus
molekul : C10H13O3
Bobot
molekul : 180,21
Pemerian : serbuk hablur putih,
tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : sangat sukar larut dalam
air, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat pengawet
2.3 Kromatografi
Kromatografi
merupakan suatu teknik atau metode proses pemisahan campuran fisik dimana komponen yang dipisahkan
terdistribusi dalam 2 fase dari suatu campuran senyawa kimia. Salah satu fase
tersebut adalah lapisan stasioner dengan permukaan yang luas seperti fluida
yang mengalir lembut. Ketika pita tersebut melewati kolom pelebaran yang
disebabkan oleh rancangan kolom dan kondisi pengerjaan, dapat diterangkan
secara kuantitatif dengan pengertian jarak serta teori kolom adalah jantung kromatografi
yaitu suatu metode pemisahan yang sesungguhnya mencapai komponen pada kolom
(Underwood, 2006). Dalam kromatografi, campuran
tersebut dibuat sebagai zona sempit atau kecil pada salah satu ujung media
porus seperti adsorben yang disebut alas atau landasan kromatografi. (Bahti,
Husein H. 2011: 4).
Kromatografi
merupakan salah satu teknik atau metode pemisahan komponen-komponen campuran
yang berdasarkan pada distribusi diferensial dari komponen-komponen sampel
diantara dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik
kromatografi yang dimana fasa gerak dan fasa diamnya menggunakan zat cair
adalah HPLC (High Performance Liquid Chromatography) atau didalam bahasa
Indonesia disebut KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).
2.4 High Performance Liquid
Chromatography (HPLC)
High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) adalah jenis kromatografi yang penggunaannya dapat diterima secara luas dalam menganalisis dan pemurnian
senyawa tertentu pada suatu sampel dalam berbagai bidang. HPLC juga merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan
dengan baik untuk menganalisis kualitatif dan menganalisis kuantitatif. HPLC adalah
sebuah perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut
yang menetes melalui kolom di bawah pengaruh gravitasi, HPLC didukung oleh pompa
yang dapat memberikan tekanan tinggi hingga 400 atm. Hal ini yang membuat HPLC
dapat memisahkan komponen sampel dengan lebih cepat.
2.4.1 Prinsip kerja HPLC
Prinsip dasar HPLC adalah pemisahan
komponen-komponen yang terjadi karena perbedaan kekuatan interaksi antara
solut-solut terhadap fasa diam. Prinsip HPLC dapat diartikan sebagai pemisahan
setiap komponen pada sampel berdasarkan kepolarannya. HPLC menggunakan fasa
gerak untuk memisahkan komponen dari sebuah campuran komponen (analit).
Keunggulan menggunakan HPLC
dibandingkan kromatografi gas yaitu terletak pada kemampuannya untuk
menganalisis cuplikan yang tidak menguap dan labil pada suhu tinggi. HPLC tidak
terbatas pada senyawa organik tapi mampu menganalisis senyawa anorganik, mampu
menganalisis cuplikan yang mempunyai molekul tinggi (beratnya), mampu
menganalisis cuplik yang mempunyai titik didih yang sangat tinggi seperti
polimer. Sedangkan yang membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada
HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Fasa diam yang biasa
digunakan (pada kolom) HPLC jenis fasa terbalik adalah RMe2SiCl,
dimana R adalah rantai alkana C-18 atau C8. Sementara fasa geraknya berupa
larutan yang diatur komposisinya (gradien elusi) misalnya, air:asetonitril 80:20,
hal ini bergantung kepada kepolaran analit yang akan dipisahkan. Campuran
analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya dan waktu retensinya pun akan
berbeda, hal ini akan teramati jelas pada spektrum yang punsak-puncaknya
terpisah.
Prinsip kerja alat HPLC adalah fasa
gerak yang dialirkan melalui kolom menuju detektor dengan bantuan pompa.
Kemudian cuplikan dimasukan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan.
Pada kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran karena perbedan
kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang
lemah atau kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom
terlebih dahulu. Dan sebaliknya solut-solut yang interaksinya kuat dengan fasa
diam akan keluar dari kolom lebih lama atau terakhir. Setiap komponen campuran
yang keluar dari kolom akan terdeteksi oleh detektor yang kemudian direkam
dalam bentuk kromatogram. Kromatogram HPLC hampir serupa dengan kromatogram pada kromatografi gas. Pada
kromatografi gas, jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak
menyatakan kosentrasi komponen dalam campuran.
Pada
dasarnya prinsip kerja HPLC sama dengan kromatografi lapis tipis dan
kromatografi kolom, yang membedakan adalah fasa diam yang digunakan pada HPLC
memiliki ukuran yang lebih kecil sehingga luas permukaan semakin besar sehingga
keseimbangan antar fasa menjadi lebih baik dan efisien. Pada HPLC
tekanan yang tinggi menyebabkan fasa gerak dapat bergerak lebih cepat sehingga
difusi menjadi kecil. Ukuran butir kecil pada fasa diam dan tekanan yang tinggi
dalam fasa gerak pada kromatografi kolom cair secara teori akan menghasilkan
pemisahan yang baik.
HPLC
dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Pada proses kualitatif
cara yang paling umum untuk mengidentifikasi adalah dengan melihat Retention
time (RT). Peak yang mempunyai RT yang sama dengan standard umumnya adalah peak
milik analat, perlu dilihat juga spektrum 3D dari signal kromatogram. Zat yang
sama akan mempunyai spektrum 3D yang sama. Sehingga jika spektrum 3D antara dua
zat berbeda, maka kedua zat tersebut juga dipastikan adalah zat yang berlainan,
meskipun memiliki RT yang sama.
Sample
yang mengandung banyak komponen didalamnya akan mempunyai kromatogram dengan
banyak peak. Bahkan tak jarang adanya antar peak saling bertumpukan (overlap).
Hal ini dapat menyulitkan proses identifikasi dan perhitungan konsentrasi. Oleh
karena itu untuk sample pada jenis-jenis tertentu dapat dilakukan dengan
tahapan preparasi sample yang lebih rumit agar sample yang siap diinjeksikan ke
HPLC sudah cukup bersih dari impuritis.
2.4.2 Komponen HPLC
1.
Fasa
Gerak
Fasa gerak dari HPLC merupakan zat
cair yang disebut dengan eluen atau pelarut. Pada HPLC fasa gerak berfungsi
untuk membawa komponen-komponen campuran menuju ke detector dan dapat berinteraksi
dengan solut-solut yang lain. Oleh karena itu, fasa gerak dalam HPLC merupakan
salah satu faktor penetu keberhasilan pada proses pemisahan.
Sebelum digunakan fasa gerak harus
disaring terlebih dahulu untuk menghindari adanya partikel-partikel yang
terdapat pada fase gerak. Selain itu gas yang terdapat dalam fasa gerak juga
harus dihilangkan, karena gas dapat berkumpul dengan komponen yang lain
terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengganggu proses analisis.
Fase gerak yang paling sering
digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan buffer
dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Dan fasa gerak yang sering
digunakan untuk pemisahan dengan fase normal adalah campuran pelarut-pelarut
hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut dengan
jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding fase
terbalik.
Persyaratan zat cair yang digunakan
sebagai fasa gerak pada HPLC adalah sebagai berikut:
a. Zat cair harus bertindak sebagai
pelarut yang baik, untuk cuplikan yang akan dianalisis
b. Zat cair harus jernih, untuk
meghindari penyumbatan pada kolom
c. Zat cair harus murni, untuk
menghindari masuknya kotoran yang dapat mengganggu interpretasi kromatogram
d. Zat cair tidak kental dan harus
sesuai dengan detektor
e. Zat cair harus mudah diperoleh,
murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun
2.
Kolom
Bahan pada kolom HPLC lebih sering
terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada juga yang terbuat dari gelas yang
berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam, tepat terjadinya pemisahan
campuran menjadi komponen-komponen. Kolom utama dapat digunakan untuk menganalisis
atau preparative pada setiap komponen yang keluar dari kolom ditampung dengan tabung yang
berbeda dan kemudian keluaran HPLC dihubungkan dengan fraction collector. Kolom
utama berisi fasa dian dan jenisnya bervariasi tergantung pada keperluan,
misalnya kolom C8, C-18, cyanopropyl, dan penukar ion. Kolom utama untuk HPLC
biasanya berukuran panjang berkisar antara 5-30 cm dengan diameter berkisar
4,5–10 mm.
Kolom pengaman (guard coloumn)
disebut juga pra-kolom karena letaknya sebelum sistem pemasukan cuplikan. Kolom
ini berukuran pendek yaitu 5 cm dengan diameter 4,6 mm, biasanya dilapisi
dengan partikel silica yang berukuran lebih besar dari ukuran partikel kolom
utama. Kolom pengaman mempunyai dua fungsi yaitu untuk menyaring kotoran yang
terbawa oleh fasa gerak dan untuk menjenuhkan fasa gerak dalam rangka
menghindari terjadinya erosi fasa diam oleh aliran pelarut.
Kolom merupakan jantung kromatograf,
kaarena keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pilhan kolom dan
kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Kolom analitik
Garis tengah dalam sekitar 2-6 mm, panjang bergantung pada
jenis kemasan, untuk kemasan pelikel biasanya panjang kolom berkisar antara
50-100 cm, sedangkan untuk kemasan mikropartikel berpori berkisar 10-30
cm.
b. Kolom preparatif
Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dengan panjang
sekitar 25-100 cm.
3.
Pompa
Pada HPLC, pompa berfungsi untuk
mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom yang berisi serbuk halus. Pompa
bertekanan tinggi digunakan pada metode ini akibat penggunaan fasa gerak berupa
zat cair yang akan sukar mengalir pada kolom yang dipadatkan dengan serbuk
halus. Maka dari itu, agar zat cair dapat melewati kolom secara tepat,
dibutuhkan bantuan pompa yang bertekanan tinggi. Pompa digunakan untuk mengalirkan
pelarut sebagai fase mobile dengan kecepatan dan tekanan yang tetap.
Dikenal 3 jenis pompa yang
masing-masing memiliki keuntungan yaitu :
1. Pompa Reciprocating
Pompa
ini terdiri dari ruangan kecil tempat pelarut yang dipompa dengan cara gerakan
piston maju mundur yang dijalankan oleh motor. Gerakan piston memberikan aliran
eluen yang konstan, memiliki volume internal kecil (35-400 mL) menghasilkan
tekanan tinggi (sampai 10.000 psi). Piston berupa batang gelas dan berkontak
lengsung dengan pelarut.
2. Pompa Displacement
Pompa
ini menyerupai syringe (alat suntik) tersiri dari tabung yang dilengkapi
pendorong yang digerakkan oleh motor. Menghasilkan aliran yang cenderung tidak
tergantung pada tekanan balik kolom dan viskositas pelarut. Memiliki
keterbatasan kapasitas pelarut (250
mL) dan tidak mudah untuk pergantian
pelarut.
3. Pompa Pneumatic
Dalam
pompa ini pelarut didorong oleh gas bertekanan tinggi.Pompa jenis ini murah,
tetapi memiliki keterbatasan kapasitas dan tekanan yang dihasilkan (<2000
psi) kecepatan alir bergantung pada viskositas pelarut dan tekanan balik kolom.
Pompa yang digunakan dalam HPLC
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Menghasilkan tekanan sampai 5000 psi
b. Kecepatan alir berkisar antara
0,1-10 mL/menit
c. Bahan tahan korosi
d. Keluaran bebas pulse
4.
Injector
Sample
Sampel-sampel cair dan larutan
disuntikan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir dibawah tekanan
menuju kolom dengan menggunakan alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan
karat dan katup teflon yang telah dilengkapi dengan keluk sampel (sample loop)
internal atau eksternal. Salah satu jenis penyuntik yang digunakan untuk
memasukan sampel ke dalam sistem (kolom) kromatografi adalah penyuntik loop.
Dalam prakteknya, loop tidak perlu diisi penuh, namun bila tidak diisi penuh
akan mengakibatkan buruknya presisi hasil eksperimen dan ketergantungan presisi
tersebut kepada bagaimana operator menggunakan penyuntik.
Yang menjadi faktor ketidak tepatan
pengukuran HPLC salah satunya adalah terletak pada keterulangan pemasukan
cuplikan ke dalam packing kolom.
Terlalu banyak memasukan cuplikan kedalam kolom dapat menyebabkan band broadening. Maka dari itu cuplikan
yang dimasukkan harus kecil beberapa puluh mikroliter. Beberapa teknik
pemasukan cuplikan ke dalam sistem dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Injeksi Syringe
Syringe
disuntikan melalui septum (seal karet) dan untuk ini dirancang syringe yang
tahan tekanan sampai 1500 psi. Akan tetapi keterulangan injeksi stringe ini
sedikit lebih baik dari 2-3 % dan sering lebih jelek.
b. Injeksi Stop Flow
Aliran
pelarut dihentikan sementara, sambungan pada ujung kolom dibuka dan cuplikan
disuntikan langsung kedalam ujung kolom. Setelah menyambung kembali kolom maka
pelarut dialirkan kembali. Untuk memasukkan cuplikan kedalam fasa gerak perlu
dua langkah : sejumlah volume cuplikan disuntikkan ke dalam loop dan posisi
‘load’. Cuplikan masih berada dalam loop ; kran diputar untuk mengubah posisi
‘load’ menjadi posisi ‘injeksi’ dan fasa gerak membawa cuplikan kedalam kolom (kran
cuplikan).
c. Kran Cuplikan
Jenis
pemasukan cuplikan ini disebut juga loop dan paling banyak digunakan. Untuk
memasukan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak perlu 2 langkah, yaitu: sejumlah
volume cuplikan disuntikan ke dalam loop dalam posisi load, cuplikan masih
berada dalam loop; kran diputar untuk mengubah posisi load menjadi posisi
injeksi dan fasa gerak membawa cuplikan ke dalam kolom.
5. Detektor
Ada dua jenis detektor yaitu
detektor selektif, detektor yang peka terhadap golongan senyawa tertentu saja dan
detektor universal, yaitu detektor yang peka terhadap golongan senyawa apapun
kecuali pelarutnya. Diantara detektor yang digunakan dalam KCKT adalah
a.
Detektor
Universal
-
Detektor
Ultra Violet – Visible (Sinar Tampak)
Detektor UV terutama digunakan untuk
pendeteksian senyawa-senyawa organik. Detektor UV dilengkapi dengan pengatur
panjang gelombang, sehingga panjang gelombang UV yang digunakan dapat dipilih
sesuai dengan jenis cuplikan yang diukur.
Detektor UV-Visible (uv-sinar
tampak) paling banyak digunakan, karena sensitivitasnya yang baik mudah
menggunakannya, tidak merusak senyawa yang di analisis, dan memungkinkan untuk
melakukan elusi bergradien. Ada yang dipasang pada panjang gelombang tetap
yaitu pada panjang gelombang 254 nm, dan ada yang panjang gelombangnya dapat
dipilih sesuai dengan diinginkan antara 190-600 nm. Detektor dengan panjang
gelombang variabel ini ada yang dilengkapi alat untuk memilih panjang gelombang
secara otomatis dan dapat me-nol-kan sendiri (allto zero). Detektor jenis ini
juga ada yang menggunakan drode erray (sebagai pengganti photo tube), sehingga
dapat melakukan pembacaan absorban yang kontinyu pada berbagai panjang
gelombang.
-
Detektor
Indeks Bias
Detektor indeks bias memberi respons terhadap senyawa yang
dianalisis apapun, termasuk pelarutnya sendiri. Prinsip dasar kerja detektor
ini adalah perubahan indeks bias karena adanya komponen sampel dalam pelarut.
Detektor ini bersifat tidak merusak (non-destruktif), sensitivitasnya cukup
tinggi (minimum 10-6 g) dan umumnya digunakan dalam pekerjaan
preparatif. Dengan detektor ini tidak dapat dilakukan elusi bergradien.
Detektor ini digunakan dalam kromatografi eklusi dan dalam analisis
karbohidrat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan
detektor indeks bias:
· Bila digunakan lebih dari satu
pelarut, maka campuran dahulu hingga homogen dan bebaskan dari gas terlarutnya.
· Setelah detektor dihidupkan, tunggu
beberapa lama sebelum digunakan sampai detektor stabil.
· Bila digunakan lebih dari satu
detektor yang dipasang berurutan, maka tempatkanlah detektor indeks bias pada
urutan terakhir.
· Untuk saluran pembuangan, gunakanlah
selang teflon berdiameter dalam (inner diameter) yang besar tapi pendek.
· Tempatkan detektor pada kondisi suhu
yang dipelihara tetap.
· Menjaga sel indeks bias selalu
bersih.
· Sel pembanding harus diisi dengan
pelarut yang telah dilewatkan melalui kolom
-
Detektor
Spektrometer Massa
-
Detektor
Spektrometer Inframerah
b.
Detektor
Selektif
-
Detektor
Fluoresensi
Didasarkan kepada prinsip bahwa
molekul-molekul tertentu dapat menyerap energi pada panjang gelombang yang
lebih pendek membentuk suatu keadaan tereksitasi dan kemudian secara hampi
bersamaan turun kembali ke keadaan dasar (ground state) dengan memancarkan
energi pada panjang gelombang yang lebih panjang.
-
Detektor
Konduktivitas Listrik
Detektor elektrokimia biasanya
didasarkan pada daya hantar listrik (konduktometri) dan polarografi. Detektor
jenis konduktometri biasanya digunakan untuk mendeteksi solut-solut yang dapat
mengalami reaksi redoks baik senyawa organik maupun anorganik. Adapun
persyaratan detektor yaitu: cukup sensitif, stabilitas, dan keterulangan
tinggi, tidak erusak cuplikan, respon linier terhadap solut, reliabilitas
tinggi dan mudah digunakan.
Idealnya, suatu detektor harus
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.
Mempunyai
respon terhadap solut yang cepat dan reprousibel
b.
Mempunyia
sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar sangat kecil
c.
Stabil
dalam pengoperasiannya
d.
Mempunyia
sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita
e.
Signal
yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang
luas
f.
Tidak
peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fasa gerak
6.
Rekorder
Rekorder adalah alat yang digunakan untuk
mencetak hasil percobaan pada lembar berupa kumpulan puncak (kromatogram)
kromatogram HPLC yang dihasilkan, berguna untuk menganalisis kualitatif dan
kuantitatif. Luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam campuran dan
jumlah peak menyatakan jumlah komponen. Analisis kualitatif dapat dilakukan
dengan cara membandingkan waktu retensi (rt) analit atau sampel
dengan waktu retensi standar. Sedangkan analisis kuantitatif dapat dilakukan
berdasarkan pada luas peak atau tinggi peak dengan metode standar kalibrasi.
2.4.3 Teknik HPLC
Teknik HPLC merupakan suatu metode
kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan baik untuk pemisahan maupun
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dengan teknik HPLC berdasarkan pada
pengukuran luas area standar. Pada prakteknya, metode pembandingan area standar
dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu
konsentrasi standar. Maka dari itu, dilakukan dengan menggunakan teknik kurva
kalibrasi. (Wiji, dkk. 2010 : 17).
2.4.4 Manfaat HPLC
Kegunaan
umum HPLC adalah untuk pemisahan dan pemurnian senyawa obat serta untuk
analisis kuantitatif senyawa obat dalam sediaan farmasetika. HPLC juga
digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif senyawa obat berdasarkan
pada parameter waktu retensi senyawa obat standar serta senyawa obat dalam
sampel (Gandjar dan Rohman, 2012).
· Untuk
pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis
· Analisis
ketidakmurnian (impurities)
· Analisis
senyawa-senyawa tidak mudah menguap (non volatile)
· Penentuan
molekul-molekul netral, ionik, maupun sekelumit (trace element), dalam jumlah
banyak, dan dalam skala proses industri (Gandjar dan Rohman, 2007)
Pemisahan
senyawa pada HPLC diatur oleh distribusi senyawa dalam fase gerak dan fase
diam. Penggunaan kromatografi cair berhasil dalam menghadapi kebutuhan
penggabungan secara tepat dari berbagai kondisi operasional seperti jenis
kolom, fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.4.5 Jenis HPLC
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya,
HPLC dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a.
Fase
Normal HPLC
HPLC jenis
ini secara essensial sama dengan kromatografi kolom. Kolom ini diisi dengan
partikel silika yang sangat kecil dan pelarut nonpolar seperti heksan sebuah
kolom sederhana memiliki diameter internal 4,6 mm dengan panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa
polar dalam campuran melalui kolom akan melekat lebih lama pada silika yang
polar dibanding dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang
non polar kemudian akan lebih cepat melewati kolom. Apabila pasangan fasa diam
lebih polar daripada fasa geraknya maka sistem ini disebut HPLC fase normal.
b.
Fase
Balik HPLC
Pada HPLC ini, ukuran kolomnya sama
tetapi silika dimodifikasi menjadi non polar melalui pelekatan hidrokarbon
dengan rantai panjang pada permukaannya secara sederhana berupa atom karbon 8
atau 18. Dalam kasus ini, terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan
molekul polar dalam campuran yang melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak
sekuat interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang berlekatan pada silika
(fasa diam) dan molekul-molekul polar dalam larutan. Oleh karena itu
molekul-molekul polar akan lebih cepat bergerak melalui kolom. Sedangkan
molekul-molekul non polar akan bergerak lambat karena interaksi dengan gugus
hidrokarbon.
HPLC juga
dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada
mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:
1. Kromatografi Adsorbsi
2. Kromatografi fase terikat (Kromatografi Partisi)
3. Kromatografi penukar ion
4. Kromatografi Pasangan ion
5. Kromatografi Eksklusi Ukuran
6. Kromatografi Afinitas
BAB III
METODOLOGI KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2018 di Laboratorium Penelitian Farmasi
Universitas Pakuan Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Batang pengaduk
2. Beakerglass
3. Bulb
4.
Degassing ultrasonic Restch tipe T460
No. V935922013 EY
5. Erlenmeyer
6.
HPLC dengan kolom reversed phase C18
7. Labu ukur
8.
Mikropipet Nichiryo 5000DG
9. Mortir
dan Stamper
10.
Penyaring membran filter Whatman 0,45 μm
11. Penyaring
millipore
12.
Penyaring vakum
13.
Pipet tetes
14. Sendok
tanduk
15.
Sonikator
16. Syringe
17.
Timbangan analitik
18.
Vial
3.2.2
Bahan
1. Aquabidest
2. Aquabidest
grade for HPLC
3. Asam
sulfat pekat
4. HCl
(semuanya berderajat p.a., E.Merck)
5. Metanol
grade for HPLC
6. Sediaan
krim pelembab wajah
7. Zat
baku metil paraben
8. Zat
baku propil paraben
3.3 Cara Kerja
Formula
Sirup
a.
Nipagin 0,158
gr
b. Nipasol
0,012 gr
c. Aquadest ad 60 ml
·
Ditimbang nipagin dan nipasol
·
Dibuat sediaan larutan
·
Kemudian ditambahkan dengan aquadest ad
60 ml.
A.
Penyiapan
Sampel Krim
· Ditimbang
1 gram samepl krim.
· Dimasukan
1 gram sampel kedalam erlenmayer 100 ml.
· Ditambahkan
1 ml H2SO4 pekat 2 N, kemudian diaduk kuat.
· Ditambahkan
30 ml methanol kemudian dikocok kuat
(erlenmayer tertutup).
· Disaring,
menggunakan kertas saring.
· Diambil
1 ml kedalam gelas ukur.
· Dimasukan
kedalam labu ukur 10 ml (triplo).
B.
Penyiapan
Sampel Liquid
· Ditimbang
Metil Paraben sebanyak 70 mg dan Propil Paraben sebanyak 50 mg.
· Dimasukan
kedalam labu ukur 100 ml.
· Ditambahkan
3 ml methanol samapi larut.
· Ditambhakan
aquadest sampai 60 ml.
· Diambil
masing-masing 0,2 ml (triplo).
· Ditambahkan
1 ml larutan H2SO4, ditambahkan sampai 10 ml dengan aquadest.
C.
Pembuatn
Blanko
· Dibuat
larutan dengan campuran methanol dan
air dengan perbandingan 7:3.
· Kemudian
dikocok sampai homogen.
· Disaring
dengan menggunakan membrane filter
0,2 µm.
D.
Pembuatan
Fase Gerak
· Fase
gerak dibuat dengan campuran methanol
dan aquadest.
· Kemudian
campuran ini diaring dengan menggunakan penyaring vakum.
· Digunakan
membrane berpori 0,2 µm.
E.
Pembuatan
Larutan Baku
1.
Pembuatan
Larutan Induk
· Ditimbang
Metil Paraben 0,0494 g dan Propil Paraben 0,0281 g.
· Dimasukan
kedalam labu ukur 50 ml.
· Dilarutkan
dengan pelarut campur sampai bersih.
· Kemudian
ditambahkan 50 ml dengan pelarut campur.
2. Pembuatan Kurva Baku
· Dilakukan
dicampur tidak dipisah .
· Dilakukan
dengan memipet larutan induk propil paraben 0,1ml; 0,3ml; 0,5ml; 0,7ml; 0,9ml,
dan metil Paraben 0,1ml; 0,2ml; 0,3ml; 0,4ml; 0,5ml.
· Dimasukan
kedalam labu ukur 10 ml.
· Kemudian
ditambahkan 1 ml H2SO4
· Ditambahkan
pelarut campur 10 ml
· Disaring
dengan Millipore dan didegassing selama 15 menit.
· Diinjeksikan
sebanyak 40 µL dengan kecepatan alir fase gerak 1,2 ml/ menit.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan

Gambar
4.1.1 Kromatogram Larutan Blanko Metil

Gambar
4.1.2 Kromatogram Larutan Blanko Propil

Gambar
4.1.3 Kromatogram Larutan Standar Ulangan 1

Gambar
4.1.4 Kromatogram Larutan Standar Ulangan 2

Gambar
4.1.5 Kromatogram Larutan Standar Ulangan 3

Gambar
4.1.6 Kromatogram Larutan Standar Ulangan 4

Gambar
4.1.7 Kromatogram Larutan Standar Ulangan 5

Gambar
4.1.8 Kromatogram Larutan Sampel Krim Ulangan 1

Gambar
4.1.9 Kromatogram Larutan Sampel Krim Ulangan 2

Gambar
4.1.10 Kromatogram Larutan Sampel Sirup Ulangan 1

Gambar
4.1.11 Kromatogram Larutan Sampel Sirup Ulangan 2
Tabel
1. Data Keseluruhan
Sampel
|
Tr (Min)
|
Luas Area
|
Konsentrasi
Ppm
|
Kadar
|
|||
B (Propil)
|
A (Metil)
|
B (Propil)
|
A (Metil)
|
B (Propil) Ppm
|
A (Metil) Ppm
|
||
Metil
|
2.417
|
1.292
|
1468292
|
153693
|
24.5
|
||
Propil
|
2.400
|
134936
|
14.05
|
||||
Std 1
|
2.442
|
23004
|
10
|
||||
Std 2
|
2.408
|
1.258
|
73769
|
57310
|
20
|
||
Std 3
|
2.408
|
1.258
|
75148
|
34614
|
30
|
||
Std 4
|
2.408
|
1.242
|
43406
|
19485
|
40
|
||
Std 5
|
2.400
|
1.258
|
115387
|
40029
|
50
|
||
Kosmetik 1
|
2.392
|
1.242
|
16904
|
11345
|
3,975
|
4,221
|
|
Kosmetik 2
|
2.400
|
1.275
|
145498
|
54707
|
|||
Cair 1
|
2.408
|
1.258
|
59597
|
21695
|
1,471
|
5,758
|
|
Cair 2
|
2.392
|
1.242
|
25468
|
23778
|
|
4.2 Pembahasan
Pada percobaan
praktikum kali ini mengenai penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam sediaan
krim dan sirup dengan menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography
(HPLC) atau kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
yang bertujuan untuk mendapatkan luas area yang terbentuk pada suatu sampel.
Pada
praktikum ini bahan yang akan digunakan adalah senyawa nipagin dan nipasol yang
terkandung dalam suatu produk kosmetik atau krim yang terdapat dipasaran serta
pada suatu sirup. Nipagin nipasol merupakan senyawa fenolik
yang dapat berkhasiat sebagai antibakteri, sehingga nipagin nipasol sering digunakan
sebagai bahan pengawet produk-produk farmasi yang meliputi obat-obatan,
kosmetik dan makanan. Konsentrasi yang umumnya digunakan sebanyak 0,2-0,4%.
Sampel krim
yang akan diuji, dilarutkan terlebih dahulu dengan metanol karena kelarutan
dari propil paraben adalah larut dengan etanol, aseton, 250 bagian gliserin dan
sukar larut dalam air. Penggunaan penambahan H2SO4 adalah sebagai pembentuk suasana
asam, karena propil dan metil paraben efektif sebagai pengawet pada rentang Ph
4-8 (Rowe., dkk, 2005).
Fase gerak merupakan
fase yang bergerak dengan arah yang telah ditentukan, berfungsi untuk membawa
komponen-komponen campuran menuju detektor serta dapat berinteraksi dengan
solute-solute. Sedangkan fase diam adalah partikel yang terletak didalam tabung
kolom yang secara tetap tidak bergerak. Metode ini menggunakan fasa terbalik karena fasa gerak atau eluen yang digunakan adalah metanol dan aquabidest 7:3, sedangkan fasa diam yang
digunakan adalah nipagin. Interaksi yang lemah akan keluar
terlebih dahulu dan interaksi yang kuat akan keluar lebih lama atau terakhir.
Fasa gerak dan fasa diam berbeda kepolarannya, tujuannya agar sampel uji tidak
bereaksi dengan fasa diamnya saat melewati kolom HPLC.
Preparasi
larutan standar dan sampel menggunakan membran filter whatman dengan ukuran 0,2
μm untuk proses pemurnian larutan
standar maupun sampel yang dipisahkan dari pengotornya dan mencegah
partikel-partikel kecil yang tidak larut tadi, masuk kedalam kolom. Kemudian dibuat kurva kalibrasi dari deret larutan standar dengan
konsentrasi yang telah ditentukan.
Metode yang digunakan
adalah HPLC yang merupakan suatu metode
pemisahan dari analit berdasarkan perbedaan interaksi pada fasa diam dan fasa
diamnya. Sehingga akan didapatkan waktu retensi yang berbeda-beda antara
komponen yang satu dengan komponen yang lainnya. LC (Liquid Chromatography) memiliki
kekuatan pemisahan yang sangat ampuh, bahkan untuk komponen-komponen yang
berhubungan sangat erat. LC harus ditingkatkan kecepatannya, diotomasasi, dan
harus disesuaikan dengan sampel-sampel yang lebih kecil, waktu elusi yang
beberapa jam (Underwood, Day. 2002 : 553).
Pada
dasarnya prinsip kerja HPLC atau metode kromatografi cair-cair dapat
menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Analsis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada
pengukuran luas atau area puncak dalam kromatogram. Analisis kualitatif dengan
teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas area standar. Pada prakteknya,
metode pembandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan data yang
akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi standar. Oleh karena itu,
dilakukan dengan menggunakan teknik
kurva kalibrasi. (Wiji, dkk. 2010 : 17). Pada proses
kualitatif cara yang diidentifikasinya adalah dengan melihat retention time
(rt) atau pengukuran luas area standarnya. Kemudian melihat dari spektrum 3D
dari sinyal kromatogram. Zat yang sama akan mempunyai spektrum 3D yang juga sama,
sehingga jika spektrum 3D antara dua zat berbeda, maka kedua zat tersebut juga
sama. Sehingga jika spektrum 3D antara dua zat berbeda, maka kedua zat tersebut
juga dipastikan adalah zat yang berlainan, meskipun memiliki rt yang sama.
Mekanisme
kerja HPLC adalah dengan bantuan pompa fasa gerak cair dor.
Cuplikan dialirkan melalui kolom ke detektor, kemudian cuplikan dimasukkan
ke dalam fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom, terjadi pemisahan
komponen-komponen campuran dikarenakan perbedaan kekuatan interaksi antara
solut-solut terhadap fasa diam. Pelarut yang digunakan harus mempunyai
kemurnian tinggi dikarenakan sedikitnya jumlah sampel yang digunakan, sehingga
jika pelarut kurang murni maka akan mempengaruhi hasil pemisahan. Fungsi HPLC
pada umumnya yaitu untuk pemisahan dan pemurnian senyawa obat, untuk analisis kuantitatif
dan kualitatif senyawa obat dalam sediaan farmasetika berdasarkan parameter
waktu retensi senyawa obat standar serta senyawa obat dalam sampel.
Pada saat penggunaan
alat High Performance Liquid Chromatography (HPLC), instrumen HPLC harus dalam
kondisi optimal agar hasil yang didapatkan baik. Larutan sampel, standar maupun
blanko harus dilakukan degassing fungsinya untuk menghilangkan gelembung udara atau
gas yang terlarut
dalam pelarut fasa gerak, karena jika gelembung terkumpul dalam
kepala pompa atau detektor maka akan mengganggu kondisi HPLC. Selain itu, pelarut harus di saring
dahulu agar bebas dari partikel-partikel kecil yang tidak larut.
Sebelum
melakukan pengujian, dilakukan pengaturan pada alat HPLC nya, dimana pada
masing-masing larutan wadah terpisah. A (18 kuning) untuk larutan
bufer, B (hijau) untuk larutan asetonitril, C (biru) untuk larutan metanol
sebagai fase gerak, D (merah) untuk air. Kemudian detektor uv dinyalakan,
setelah semuanya telah siap kemudian dilakukan pengujian sampel. Kemudian
diinjeksikan sampel uji yang sebelumnya telah disaring dengan membrane
filter 0,2 µm dengan volume injeksi 40 µl. Didalam kolom HPLC,
senyawa-senyawa akan keluar berdasarkan tingkat kepolarannya. Nipagin akan
keluar terlebih dahulu dibandingkan dengan nipasol. Kemudian detektor akan
menganalisis senyawa yang keluar dari kolom, dan direkam dengan bentuk
kromatogram. Detektor yang digunakan adalah detektor UV, karena metil dan
propil paraben merupakan senyawa organik yang dapat menyerap sinar UV. Panjang
gelombang yang digunakan adalah 245 nm, hal ini dikarenakan panjang gelombang
metanol adalah 205 nm serta panjang gelombang air adalah 190 nm. Serta laju
alir yang digunakan adalah 1,2 ml/menit.
Penentuan peak metil
dan propil paraben pada kromatogram larutan standar ini dilakukan dengan
mengamati peak yang waktu retensinya relatif tetap atau sama pada setiap
konsentrasi larutan standar serta memperhatikan juga luas area peaknya. Nipagin
bersifat polar sehingga peaknya keluar lebih dulu tetapi jika bersifat non
polar maka peaknya tertahan lebih lama dengan kolom sehingga puncak peaknya
keluar di akhir. Semakin tinggi ppm semakin tinggi kadar dan luas area yang
terbentuk.
Berdasarkan hasil data
yang kami peroleh pada deret standar terdapat kemunculan peak yang dicurigai
terdapat metil dan propil paraben.akan tetapi pada hasil kromatogram, kandungan
metil paraben lebih mendominasi, hal ini dikarenakan adanya selisih waktu
retensi dari sampel krim tidak jauh berbeda dengan waktu retensi metil paraben.
Data yang diperoleh berdasarkan grafik, sedikit melebar dan tidak simetris, hal
ini dikarenakan adanya difusi transfer massa dan difusi longitudinal didalam
kolom. Difusi transfer massa terjadi karena kecepatan komponen yang tidak
merata sedangkan difusi longitudinal terjadi karena penyebaran komponen yang
tidak sama. Faktor yang menyebabkan puncak tidak simetris dan melebar adalah
laju alir eluen, ketebalan stasioner kolom, ukuran partikel analit dan laju
difusi sehingga dapat terjadi overlapping analit yang belum terpisahkan dalam
kolom. Semakin tinggi laju difusinya semakin sulit komponen dalam sampel
dipisahkan secara efisien.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil dan data pengamatan yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:
1.
High Perfomance Liquid Chromatography
(HPLC) dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
2.
Pemisahan dengan HPLC ini
dilakukan dengan fase terbalik dengan fase gerak Metanol : air. 7: 3 dan fasa
diamnya C18 (deaoksilsilana).
3. Pada
sediaan krim wajah teridentifikasi adanya kandungan propil paraben dengan kadar
3,975 ppm dan metil paraben 4,221 ppm.
4. Pada
sediaan sirup teridentifikasi adanya kandungan propil paraben dengan kadar
5,758 ppm dan metil paraben 1,471 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Bahti.
2011. Teknik Pemisahan Kimia dan Fisika. Universitas Padjajaran.
Bandung.
Basset, J. 1994.
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:EGC
Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis Kimia
Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Dirjen POM.
1979. Farmakope Indonesia Edisi III.
Depkes RI: Jakarta
Gandjar, I.G dan
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka: Yogyakarta.
Hendayana,
Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Press
Khopkar.1990.
Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.
Putra,
Effendy., Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi., Jurusan
Farmasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.
Underwood.2006. Analisis Kuantitatif.
Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN
1. Perhitungan
· Perhitungan Liquid
Nipagin =
0,070 gr = 70 mg
=
70.000 µg/ 60 ml
=
1166 ppm = 0,12%
Nipagin =


Nipasol =
0,050 gr = 50 mg
=
50.000 µg/ 60 ml
=
833,33 ppm = 0,08%
Nipasol = 

Nipagin + Nipasol =
70 mg + 50 mg = 120 mg
= 120.000 µg/ 60 ml
= 2000 ppm
= 


a.
= 

b.
= 

c.
= 

·
Perhitungan
Larutan Induk
-


-


-


-


-


·
Larutan Standar
-
Metil paraben =0.049 gram x 1000000/
50ml = 980 pp
Konsentrasi : V1 x N1 = V2 x N2
o
0.1ml x 980 ppm = 10 ml
x N2
N2 = 9.8 ppm
o
0.2 ml x 980 ppm = 10 ml
x N2
N2 = 19.6 ppm
o
0.3 ml x 980 ppm = 10 ml
x N2
N2 = 29.4 ppm
o
0.4 ml x 980 ppm = 10 ml
x N2
N2 = 39.2 ppm
o
0.5 ml x 980 ppm = 10 ml
x N2
N2 = 49 ppm
Tunggal=
0.25 ml x 980 ppm = 10 ml x N2
N2 = 24.5 ppm
N2 = 24.5 ppm
-
Propil Paraben = 0.028 gram x 1000000/
50 ml = 562 ppm
Konsentrasi : V1 x N1 = V2 x N2
Konsentrasi : V1 x N1 = V2 x N2
o
0.1ml x 562 ppm = 10 ml
x N2
N2 = 5.65 ppm
o
0.2ml x 562 ppm = 10 ml
x N2
N2 = 16.86 ppm
o
0.3ml x 562 ppm = 10 ml
x N2
N2 = 28.1 ppm
o
0.4ml x 562 ppm = 10 ml
x N2
N2 = 39.34 ppm
o
0.5ml x 562 ppm = 10 ml
x N2
N2 = 50.58 ppm
Tunggal=
0.25 ml x 562 ppm = 10 ml x N2
N2 = 14.05 ppm
N2 = 14.05 ppm
· Kadar
-
Sampel
Kosmetik
o
Kadar metil y = 33026 ; a= 61300 ; b = -6697,2


o Kadarpropil y = 81201 ; a= 19822 ; b=15440


-
Sampel larutan
o Kadar metil y = 22736,5 ; a= 61300
; b = -6697,2


o
Kadar propil y =42532,5 ; a= 19822 ; b=15440


2.
Grafik

Grafik
1. Metil

Grafik 2. Propil
3.
Gambar
















No comments:
Post a Comment