BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
· Membuat
sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator alam dan mengamati stabilitas
sediaan emulsi.
· Membuat
sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator sintesis dan mengamati stabilitas
sediaan emulsi.
1.2 Dasar Teori
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya
terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh
pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, 2005)
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV, Hal 6)
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau
larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (FI III. Halaman 9 )
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang
tidak tercampur, biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi
butir-butir kecil dalam cairan yang lain ( sistem dispersi, formulasi suspensi
dan emulsi Halaman 56 ).
Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa
emulsiadalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat
pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Dalam semua cairan terdapat tekanan yang menyebabkan tetesan dari
cairan yang mempunyai bentuk pada permukaan paling bawah dengan hubungannya
dengan ukuran yaitu bentuk bola. Karena itu, jika dua tetesan dalam kontak satu
sama lain, mereka berkoalesen membentuk satu tetesan yang lebih besar karena
hasil ini dalam penurunan total permukaan ditunjukkan oleh massa cairan yang
dihadirkan kembali. Tanggung jawab kekuatan untuk keadaan ini dapat diukur dan
dikenal sebagai tegangan permukaan dari cairan jika kontak dengan udara atau
dengan uapnya sendiri dan “Tegangan antar muka” jika cairan kontak dengan
cairan yang lainnya. Bahan yang mana bila ditambahkan ke dalam cairan, tegangan
antar mukanya lebih rendah apada batas cairan disebut juga surface agent atau
bahan pembasah.
Tegangan antar muka ini dapat diatasi dengan cepat
untuk membuat cairan hancur menjadi globul yang lebih kecil. Bagaimanapun, jika
tidak dilakukan sesuatu untuk mencegah efek dari tegangan ini, globul akan
berkoalesens dan emulsi akan pecah. Dapat dilihat bahwa efek dari tegangan ini dapat
dicegah dengan tiga cara ; dengan maksud agar beberapa bahan yang akan
menurunkan tegangan antar muka antar cairan; dengan maksud agar beberapa bahan
dapat memutuskan teangan antar muka dari dua cairan dan menahannya bersama-sama
melalui kekuatan yang dahsyat; atau dengan maksud agar beberapa bahan akan
membentuk lapisan sekitar globvul dari fase terdispersi dan menjaganya secara
mekanik dari pembentukan koalesen.
a.
Teori
tegangan permukaan
Pendek kata, dasar teori ini adalah bahwa analisis dihasilkan jika
beberapa bahan dimasukkan ke tegangan antar muka yang lebih rendah antara
cairan. Teori ini kurang diterima dan membuatnya mungkin untuk menghasilkan
system dua fase yang stabil. Suatu surfaktan yang memiliki tegangan antar muka
yang lebih rendah dan menghambat kecendrungan tetesan-tetesan dari fine
berkoalesen dan mempertahankan ukurannya yang kecil sebagai gayaq penstabil
dalam emulsi.
b.
Teori
Oriented-Wedge
Teori ini menjelaskan fenomena dari pembentukan emulsi berdasarkan
kelarutan sedikit dari sejumlah bahan pengemulsi. Jumlah ini memiliki afinitas
yang besar dari air dan vice versa. Dugaan bahwa bahan pengemulsi seperti sabun
mengubahnya menjadi lapisan monomolekuler dari semua kelompok dari polaritas
yang sama dari sisi lapisan. Pengubahan dari setiap molekul setiap tetesan air,
memberikan bentuk Wedge. Oleh karena itu,kurva dari lapisan molekul dan
pembentukan suatu minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak yang tergantung
pada baik kelarutan minyak atau sejumlah kelarutan dari molekul yang lebih
besar. Tahun ini telah dikritik bahwa tidak mungkin pembentukan lapisan
monomolekuler dalam system emulsi; dengan tidak adanya kelompok polar tertentu
dalam banyak bahan pengemulsi yang umum; dan tidak dijelaskan kenapa beberapa
bahan yang bukan bahan pengemulsi untuk bahan tersebut dalam pembentukan
emulsi.
c.
Teori
lapisan plastis
Berdasarkan teori ini bahan pengemulsi disimpan pada permukaan sertiap
tetesan dari fase terdispersi dalam membentuk lapisan plastis. Lapisan ini
mencegah kontak dan koalesen cairan yang terdifusi. Oleh karena itui, efek dari
bahan pengemulsi murni secara mekanik dan tidak tergantung pada tegangan antar
muka apapun. Pembentukan emulsi air dal;am minyak atau minyak dalam air
dijelaskan berdasarkan kelarutan selektif dari bahan pengemulsi yang digunakan
bahwa kelarutan memberikan peningkatan kepada emulsi minyak dalam air dan
kelarutan minyak membentuk emulsi air dalam minyak.
Emulsifikasi dapat digambarkan lalu keterlibatannya pertama dalam
pembentukannya baik dalam larutan koloidal atau larutan sejati dari bahan
pengemulsi dalam salah satu cairan dan berikutnya dalam pengendapan sejumlah
kecil bahan ini melalui kontak dengan cairan lain. Oleh karena itu, lapisan
yang terbentuk dipertahankan dalam kondisi plastis melalui kontak dengan cairan
dimana dia larut. Setiap globul akan disediakan bersama penyaluran pelindung
yang kan melindunginya dari kontak dengan globul lain dari cairan yang sama dan
mencegah koalesen. Peningkatan viskositas dari fase kontinu melalui penambahan
sejumlah zat tambahan dari bahan pengemulsi yang sama yang akan menambah
stabilitas sediaan melalui perintangan pergerakan dari partikel yang disalut
dan mencegahnya kontak satu sama lain. Sebaliknya penambahan beberapa bahan
akan menurunkan viskositas ataupun mengembalikan bahan pengemulsi yang kurang
larut dalam fase kontinu baik secara fisik atau kimia akan membuat produk
kurang stabil dan jika digunakan dalam jumlah yang cukup akan menyebabkan
emulsi pecah.
Komponen emulsi
A. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk
emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas:
a.
Fase
dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair
lainnya.
b.
Fase
pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar ( bahan
pendukung ) emulsi tersebut.
c.
Emulgator
: bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Contoh emulgator:
· Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GO
· Tragacanth : Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth
· Agar-agar : Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan
· Condrus : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan
· CMC-Na : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang digunakan
Klasifikasi emulgator menurut sumbernya:
Emulgator
alam : emulgator yang berasal dari bahan alam.
Emulgator
buatan : emulgator yang berasal bahan-bahan sintetis.
1. Bahan Alam:
a.
Polisakarida: acasia (gom arab),
tragakan, Na-alginat, Starch/amilum, caragen, pektin dan agar.
b. Senyawa yang
mengandung sterol: Beeswax, Wool-fat.
2. Polisakarida
semisintetis : Metyl selulosa, Na-Carboxymethylselulosa (CMC).
3. Emulgator
sintetik : Surfaktan, sabun &alkali (kerugian : inkompatibel terhadap
asam), alkohol (cetyl alkohol, glyceril), carbowaxes (PEG), lesitin
(fosfolipid)
B. Komponen Tambahan yaitu bahan
tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang
lebih baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan pengawet
Tipe-tipe emulsi
1.
Tipe
emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar
atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase
eksternal.
2.
Tipe
emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau
terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal.
Macam-macam emulsi
1.
Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa
dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil
dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
2.
Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung
banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki.
Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek local.
3.
Injeksi
Sediaan steril berupa larutan,
emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.Contoh : Vit. A diserap
cepat melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.
Ketidakstabilan emulsi
1.
Creaming
: terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase dispersi
lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya
jika dikocok perlahan akan terdispersi kembali.
2.
Koalesensi
dan cacking (breaking): pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel
rusak dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang
memisah. Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena:
a. Peristiwa kimia : penambahan alkohol,
perubahan pH
b. Peristiwa fisika : pemanasan,
pendinginan, penyaringan
c. Peristiwa biologi : fermentasi bakteri,
jamur, ragi.
3.
Inversi
fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau
sebaliknya sifatnya irreversible.
BAB II
METODE
KERJA
1.1 Data Preformulasi
Zat Aktif
Paraffin Liquidum (Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6 hlm.
445, FI IV hlm. 652)
Pemerian : Transparan, tidak berwarna,
cairan kental, tidak berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika
dingin dan berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan :
Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air. Larut dalam jenis minyak
lemak hangat.
Stabilitas :
Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Khasiat :
Laksativ
(pencahar)
Dosis : Emulsi
oral : 15 – 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)
HLB Butuh :
10 – 12 (M/A). 5 – 6 (A/M)
OTT :
Dengan oksidator kuat.
Penyimpanan :
Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan sejuk.
Zat Tambahan
Emulgator Sistem HLB
Span 80 (Sorbitan Monooleat) (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal.
675, Martindale hal. 577)
Pemerian : Cairan kental seperti minyak
berwarna kuning.
Kelarutan : Praktis tidak larut tetapi
terdispersi dalam air dan propilen glikol, tercampur dalam alcohol dan
methanol, 1 bagian span, larut dalam 100 bagian minyak
biji kapas, sedikit larut dalam etil asetat.
Khasiat :
Emulgator, surfaktan non ionik,
peningkat kelarutan.
Bobot jenis :
1,01 g/ml.
Konsentrasi :
Emulgator A/M = 1-15%, emulgator M/A = 1-10%
Stabilitas : Stabil terhadap
asam dan basa lemah.
Penyimpanan : Wadah bertutup rapat dan pada tempat sejuk dan kering.
HLB :
4,3
OTT :
Dengan asam atau basa kuat, terjadi pembentukan sabun dengan basa
kuat.
Tween
80 (FI
edisi IV hal. 687 Handbook
of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hlm. 549)
Pemerian : Cairan seperti minyak, jernih berwarna
kuning muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan : Sangat mudah
larut dalam air; larut dalam etanol; tidak larut dalam minyak mineral.
OTT : Perubahan
warna dan atau
presipitasi terjadi dengan berbagai zat fenol, tannin,
dan bahan
seperti tar.
Stabilitas : Stabil
pada elektrolit, asam lemah,dan basa
lemah.
Khasiat :
Bahan pengemulsi (emulgator)
Bobot jenis : 1,06 – 1,09 g/ml.
Konsentrasi : Emulgator
M/A = 1-15%
Emulgator A/M = 1-10%
HLB :
15,0
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, sejuk dan kering.
CMC Na. (Carboxymethylcellulose sodium) (Handbook Of Pharmaceutical Exipent
edisi VI halaman 120; Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 175; Remington edisi
21 halaman 1073).
Pemerian : Serbuk atau granul,
putih sampai krem, higroskopis.
Kelarutan : Mudah
terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak larut dalam etanol, eter, dan pelarut organik lain.
Stabilitas : Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan
terjadi pada pH dibawah 2. Viscositas larutan berkurang
dengan cepat jika pH diatas 10. Menunjukkan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9. Bisa
disterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1 jam, tapi terjadi
pengurangan viskositas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
OTT :
Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam besi dan beberapa logam seperti aluminium,
merkuri dan zink juga dengan gom xanthan; pengendapan terjadi pada pH dibawah 2
dan pada saat pencampuran dengan etanol 95%.; Membentuk kompleks dengan gelatin
dan pektin.
Khasiat :
Emulsifying
agent, bahan pengental.
Konsentrasi = 0,25 – 1%
untuk emulsifying agent.
Aquadest FI IV hal. 112
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak
berbau.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polar
Kegunaan : Sebagai pelarut
Stabilitas : Dalam semua keadaan fisik (es, cairan, udara).
OTT : Bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain
yang rentan terhadap hidrolisis, bereaksi
keras dengan logam alkali.
Penyimpanan : Wadah
tertutup baik.
Violet
Pemerian :
Serbuk kuning kemerahan, di dalam larutan memberikan warna ungu muda.
Kelarutan :
Mudah larut dalam air, gliserin dan propilen glikol (50%), sedikit larut dalam propilen glikol.
OTT :
Asam askorbat, gelatin, dan glukosa.
Kegunaan :
Sebagai pewarna.
Penyimpanan : Wadah tertutup
rapat dan tempat sejuk dan kering.
Essence
Aggur
Pemerian : Terbuat dari ekstrak yang masih segar diproses secara mekanik.
Kelarutan : Mudah larut dalam alkohol 90 %, asam
asetat glasial.
Kegunaan :
Flavouring agent.
Stabilitas : Dapat disimpan dalam wadah gelas
dan plastik.
Penyimpanan :
Wadah tertutup dan tempat yang sejuk, kering, dan terhindar dari
cahaya
matahari
1.2 Cara Kerja
A.
Alat
dan Bahan
Alat:
· Batang
pengaduk
· Beaker
glass
· Botol
UC 1000
· Cawan
uap
· Lap
· Mixer
· Mortar
· Neraca
analitik
· Penangas
air
· Pipet
tetes
· Spatel
Bahan:
· Aquadest
· CMC Na
· Paraffin Liquid
· Emulgid
B.
Cara
Kerja
1. Ditimbang
emulgid dan paraffin liquid sesuai yang
dibutuhkan.
2. Ditara
botol UC 1000 ad 60 ml.
3. Dididihkan
aquadest.
4. Dimasukkan emulgid ke dalam cawan tambahkan paraffin liquid
kemudian diuapkan ad lebur dan homogen.
5. Lalu dipindahkan hasil tersebut kedalam cawan mixer kemudian di
mixer ad corpus emulsi.
6. Ditambahkan
aqua panas sedikit sambil tetap
dimixer.
7. Dimasukan
kedalam botol yang sudah ditara,
ditambahkan aqua panas ad 60 ml. Kocok sampai homogen.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Formula dan Perhitungan
Bahan
|
Formula
I
|
Formula
II
|
Paraffin
Liquid
|
15 %
|
15 %
|
Emulgid
|
4
%
|
5
%
|
Aqua panas ad
|
60 ml
|
60
l
|
Perhitungan
§ Formula I
Paraffin
Liquid
15% = 

CMC
Na
2% = 

Aqua
untuk CMC Na = 20 x 0,6 = 12
ml
Aqua
ad = 60 ml – (
9 + 0,6 + 12 ) = 38,4 ml
§ Formula II
Paraffin
Liquid
15% = 

CMC
Na
2% = 

Aqua
untuk CMC Na = 20 x 0,6 = 12
ml
Aqua
ad = 60 ml – (
9 + 0,6 + 12 ) = 38,4 ml
2. Perhitungan emulsi II
§ Formula I
Paraffin
Liquid
15% = 

Emulgid
4 % = 

Aqua
ad = 60 ml – (
9 + 2,4) = 48,6 ml
§ Formula II
Paraffin
Liquid
15% = 

Emulgid
4 % = 

Aqua
ad = 60 ml – (
9 + 2,4) = 48,6 ml
3. Perhitungan Bobot
Jenis
Emulsi I
Formula
1 →
=
=2,04 gr/ml


Formula
2 →
=
=1,04 gr/ml


Emulsi II
Formula
1 →
=
= 1,01 gr/ml


Formula
2 →
=
= 0,99 gr/ml


3.2 Data Pengamatan
Ø Bobot
Jenis
Formula
1 →1,01 gr/ml
Formula
2 →0,99 gr/ml
Ø Penentuan
Tipe Emulsi
a. Dengan metilen blue
Formula
I → a/m
Formula
II → m/a
b. Dengan Kertas Saring
Formula
I → a/m
Formula
II → m/a
Ø Pengecekkan pH
Formuala I → 7
Formula II→ 8
Ø Pengukuran Tinggi
|
Hari
ke
(
cm )
|
|||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Formula I
|
TS= 3,7
|
TS = 3,3
|
TS = 3,1
|
TS = 3,1
|
TS = 3,2
|
TS = 3,2
|
TA = 2,7
|
TA = 2,7
|
TA =2,4
|
TA =2,4
|
TA = 2,5
|
TA =2,7
|
|
TM= 1
|
TM= 0,6
|
TM= 0,6
|
TM=0,6
|
TM = 0,5
|
TM= 0,4
|
|
Formula II
|
TS = 3,8
|
TS = 3,5
|
TS = 3,3
|
TS =3,3
|
TS = 3,2
|
TS =3,1
|
TM = 0,7
|
TM = 0,5
|
TM = 0,4
|
TM =0,4
|
TM = 0,4
|
TM =0,3
|
|
TE= 2,1
|
TE= 2,0
|
TE=2,9
|
TE=2,9
|
TE=2,8
|
TE=2,8
|
Keterangan
TS
: Tinggi Seluruhnya
TA
: Tinggi Air
TM
: Tinggi Minyak
TE
: Tinggi Emulsi
3.3 Pembahasan
Emulsi merupakan
campuran dari dua cairan yaitu fase minyak dan fase air yang tidak dapat
bercampur dalam keadaan normal, namun dengan adanya bantuan dari suatu
emulgator keduanya dapat bercampur menjadi homogen. Emulgator diartikan sebagai
suatu bahan yang memiliki bagian hidrofil dan lipofil sehingga menyebabkan fase
air dan fase minyak bercampur. Percobaan ini menggunakan emulgator golongan
hidrokoloid yaitu CMC-Na. secara umum emulsi dibedakan atas emulsa vera (emulsi
alam) dan emulsa spuria (emulsi buatan).
Emulgator yang
digunakan adalah emugator alam yaitu CMC-Na . CMC Na merupakan komponen yang
penting agar memperoleh emulsi yang stabil ( sebagai emulgator ), karena
kestabilan emulsi merupakan faktor yang penting karena menentukan mutu dan
kualitas suatu emulsi. Lalu emulgator sintetis yang digunakan adalah Parafin liquid
yang merupakan minyak cair kental tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa . Larut dalam aseton, benzen, kloroform, carbon disulfida eter dan
petroleum eter, tidak bercampur dengan minyak menguap dan lemak pada, praktis
tidak larut dalam etanol 95%, gliserin dan air.Kestabilan
emulsi banyak dipengaruhi oleh
emulgator yang digunakan dalam formulasi.
Penggunaan emulgator haruslah disesuaikan dengan sifat kestabilan dari zat
aktif.Emulsi yang baik adalah emulsi yang berwarna seperti putih susu, tidak
terjadi pemisahan selama penyimpanan, dan jika dikocok atau diberi gaya dan
tekanan, viskositasnya akan bertambah kecil sehingga emulsi tersebut mudah
dituang. Pada saat pembuatan emulsi diberikan penambahan air panas dengan tujuan untuk mempermudah proses pencampuran air dan
minyak. Blender juga digunakan untuk mencampurkan kedua fase agar semakin
meningkatkan homogenitasnya. Sediaan yang telah dibuat lalu diamati
pemisahannya.
Pada hari ke 1
pengamatan (hari ke 2 setelah pembuatan), emulsi terpisah menjadi 2 bgian
yang berupa lapisan keruh/putih susu dan lapisan jernih yang menandakan
emulsi terpecah. Pada kadar cmc-Na 1 % emulsi bisa dikatakan lebih stabil
karena pemisahan berlangsung lebih lambat .Tinggi H lebih stabil dimana
pada pengamatan H-1 sampai H-3 setelah proses pembuatan menandakan pemisahan
tidak terus berlansung atau stabil. Dari data tersebut dapat disimpulkan emulsi
menggunakan CMC-Na 1 % lebih stabil dibanding dengan menggunakan CMC-Na 2% yang
memiliki nilai kurang stabil (turun-naik).
Stabilitas emulsi
dipengaruhi salah satunya oleh harga HLB (Hidrophilic and Lipophilic Balance),
yaitu suatu karakteristik surfaktan yang menunjukkan keseimbangan antara
hidrofil dan lipofil, apabila surfaktan
dimasukkan kedalam emulsi W/O, maka gugus hidrofil akan ke fase air sedangkan
gugus lipofil akan ke fase minyak (sehingga HLB besar artinya surfaktan
bersifat hidrofil,dan HLB kecil artinya
surfaktan bersifat lipofil).
Pada pembuatan emulsi perlu ditambahkan bahan pengawet
karena sediaan ini mengandung air dalam jumlah yang besar sehingga mudah
ditumbuhi mikroorganisme yang dapat merusak kestabilan emulsi. Bahan pengawet
yang digunakan adalah Natrium benzoat dengan kadar0,1 %. Bahan pengawet ini
dipilih karena dianggap merupakan bahan pengawet yang tidak bereaksi dengan
bahan-bahan penyusun emulsi yang dibuat.
Evaluasi yang dilakukan adalah perhitungan BJ, pengukuran
tinggi, pengukuran pH dan penentuan tipe
emulsi. Perhitungan BJ dilakukan dengan menggunakan suatu alat yaitu
piknometer. Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan pH indikator ke dalam
sediaan kemudian dibandingkan dengan tabel perubahan warna. Penentuan tipe emulsi
dilakukan dengan dua cara, yang pertama dengan menambahkan menggunakan Methylen
Blue dan didapatkan hasil emulsi berwarna biru pada formula 1.Hal ini
menunjukan bahwa emulsi yang dibuat mempunyai tipe M/A (minyak dalam air). Cara
yang kedua denganmenggunakan kertas saring. Dilakukan
dengan meneteskan sedikit emulsi ke atas kertas saring. Setelah dilakukan,
didapatkan hasil emulsi membentuk noda seperti air pada kertas saring. Hal ini
menunjukan bahwa emulsi mempunyai tipe A/Mair dalam minyak).
Untuk itu dalam pembuatan emulsi ada beberapa factor yang
harus diperhatikan untuk menjaga kestabilan emulsi tersebut, diantaranya adalah
· Penggunaan zat-zat yang mempertinggi
viskositas
· Perbandingan opitimum dari minyak
dan air. Emulsi dengan minyak 2/3-3/4 bagian meskipun disimpan lama tidak
akan terpisah dalam lapisan-lapisan
· Penggunaan alat khusus untuk membuat
emulsa homogen
BAB IV
KESIMPULAN
Dari
praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
· Emulsi merupakan suatu dispersi
dimana fase terdispersinya terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang
terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
· Emulsi
I menggunakan emulgator alam yaitu CMC-Na dan emulsi II menggunakan emulgator
sintetis yaitu Emulgid.
· Sediaan
yang paling baik yaitu sediaan pada emulsi I formula 1 dengan tipe emulsi A/M
(Air dalam Minyak) karena paling stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
1995. Farmakope Indonesia III.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim,
1995. Farmakope Indonesia IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ansel,
Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI
Press.

LABEL
|
ETIKET
Netto : 60ml
Emulsi
TRIAFIN®
Paraffin liquidum
![]()
PT.
SEHAT FARMA
Bogor – Indonesia
|
Komposisi:
Mengandung
paraffin liquidum 15 %
Indikasi:
Melemvbekkan feses pada konstipasi,
peradangan sekitar anus misal hemoroid, pasca operasi.
Dosis:
Anak
6 – 12 thn: 1 sendok takar obat. Dewasa: 2 sendok takar obat.
Efek
Samping:
Alergi kulit
Info lebih lengkap lihat brosur
|
Netto : 60ml
Emulsi
TRIAFIN®
Paraffin liquidum
![]()
No.
Reg : DBL 066113101
No.
Batch : 05062015
Exp.
Date : juni 2015
|
|
|
|
No comments:
Post a Comment