Saturday, May 20, 2017

Entah Siapa Kamu

Namanya sudah tak lagi asing ku dengar. Karena selalu ku sebut dalam sujudku.
Maaf aku tak mengharap padamu lebih dulu, karena Pencipta mu lebih istimewa. Biarkan Dia ikut menemani. Karena apapun yang dilakukan-Nya, aku percaya pasti indah.

Kita berjalan pelan. Masing-masing saling memberatkan langkah untuk maju ke depan. Tapi aku tau ini bukan keraguan. Karena kita tau yang instant tidak selalu baik. Slow but sure, entah apa yang akan terjadi nanti, yang terpenting kita tak terburu-buru dalam melangkah.

Rasanya ingin sekali menceritakan tentang semuanya. Apa yang aku lakukan dulu-kemarin-sekarang-esok-lusa-nanti. Jadi pendengar yang nyaman dari cerita-ceritamu. Tapi mungkin waktunya bukan saat ini. Aku percaya ia akan datang disaat yang tepat. Saat kita telah mempercayai cinta.

Sunday, May 7, 2017

Melepas Rindu dengan Air Mata







































Kosong?
Hampa?
Iya.
Mungkin ini yang terjadi saat harapan tak lagi sesuai dengan kenyataan.

Aku merindukannya.
Rindu dengan dia yang selalu bersamaku.
Semua terasa sangat berbeda tanpa kehadirannya.
Yang setiap detik selalu aku lihat, kini tak lagi.
Kini, bertemu dengannya harus dengan waktu khusus dan pertemuannya pun tak sepanjang dulu.
Kepergiannya selalu akan ku anggap kalau kita akan bertemu lagi.
Sampai pada akhirnya, aku berharap waktu itu datang mengembalikan dia untuk ada bersamaku.
Tapi itu bukan kenyataan, itu hanya khayalan nyata yang membuatku kecewa dan kecewa.

Aku tak egois, aku menginginkannya karena aku membutuhkannya.
Tuhan, sampaikan rindu ini padanya, kembalikan Ia padaku.

Wednesday, May 3, 2017

Laporan Praktikum Semi Solid


LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT

SEMI SOLIDA

Tanggal Praktikum :    12 April 2017

Disusun Oleh:
Kelompok 7


Wilda Dian Sari          0661 15 075
Fathia Hanifa             0661 15 077
Melatie Kasi               0661 15 078
Retno Ajeng                0661 15 079
Suherlina                    0661 15 080


Dosen Pembimbing :
Drs. Muztabadihardja., Apt
Septia Andini, S.Farm., Apt
Bayu Sandi S.Farm,Apt

Asisten Dosen:
Ria Komalasari
Taufik Gunawan

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2017



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Mengetahui cara pembuatan sediaan semi solid dengan bermacam-macam basis semi solida.
1.2 Dasar Teori
A. Salep
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput  lendir. Dasar salep yang digunakan  sebagai  pembawa  dibagi dalam 4 kelompok:  dasar  salep  senyawa  hidrokarbon,  dasar  salep  serap,  dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut (Ansel, 1995).
Salep merupakan sediaan semisolid berbahan dasar lemak ditujukan untuk kulit dan mukosa. Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi  dalam 4 kelompok yaitu: dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang bisa dicuci dengan  air dan dasar salep yang larut dalam air. Setiap bahan salep menggunakan  salah satu  dasar salep tersebut :
1.               Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai  dasar salep berlemak seperti vaselin album (petrolatum), parafin liquidum.  Vaselin  album  adalah  golongan  lemak  mineral  diperoleh  dari  minyak bumi,titik cair sekitar 10-50°C, mengikat 30% air, tidak berbau, transparan, konsistensi lunak. Hanya sejumlah  kecil komponen  air dapat dicampurkan ke dalamnya. Sifat dasar salep hidrokarbon  sukar dicuci, tidak mengering dan tidak berubah  dalam waktu lama. Salep ini  ditujukan  untuk  memperpanjang kontak bahan  obat  dengan  kulit dan bertindak sebagai  penutup.  Dasar salep  hidrokarbon terutama digunakan sebagai bahan emolien.

2.               Dasar salep serap
Dasar salep serap dibagi dalam 2 tipe, yaitu bentuk anhidrat (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat [adeps lanae]) dan bentuk emulsi (lanolin dan cold cream) yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan tambahan. Adeps lanae ialah lemak murni dari lemak bulu domba, keras dan melekat sehingga sukar dioleskan, mudah mengikat air. Adeps lanae hyrosue atau lanolin ialah adeps lanae dengan aqua 25-27%.
Dasar salep berminyak terdiri dari minyak hidrofob seperti vaselin, paraffin cair,  minyak  tumbuhan,  silicon.  Sifat  dasar  salep  ini:  tidak  mengandung  air, hidrofob,  tidak  larut  air,  tidak  tercuci  oleh  air.  Dasar  salep  absorbsi  meliputi minyak hidrofil seperti adeps lanae, hidrofilik petrolatum.  Dua tipe dasar salep absorbsi: dasar salep anhidrus dapat menyerap air dan membentuk emulsi A/M. (Voigt, 1994).
Hanya sejumlah komponen  kecil berair dapat dicampurkan  ke dalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai  emolien,  dan sukar dicuci,  tidak  mengering  dan tidak tampak  berubah dalam waktu lama (Anonim, 1995).
Dasar salep serap dapat dibagi dalam 2 kelompok: dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin  anhidrat),  dan emulsi  air dalam  minyak  yang  dapat  bercampur  dengan sejumlah  larutan  air  tambahan  (lanolin).  Dasar  salep  serap  juga  bermanfaat sebagai emolien (Anonim, 1995).
3.               Dasar salep yang dapat dicuci dengan air
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air mudah dicuci dari kulit. Beberapa bahan  obat  dapat  menjadi  lebih  efektif  menggunakan  dasar  salep  ini  daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik (Anonim, 1995).


4.               Dasar salep larut dalam air
Disebut juga kelompok dasar salep tak berlemak dan  terdiri  dari  konstituen  larut  air. Dasar  salep  jenis  ini  memberikan  banyak keuntungan   seperti   dasar   salep   yang   dapat   dicuci   dengan   air   dan   tidak mengandung  bahan  tak  larut  dalam  air  seperti  parafin,  lanolin  anhidrat  atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut gel (Anonim, 1995).
Pemilihan dasar salep tergantung beberapa faktor seperti khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan  stabilitas yang diinginkan.  Misalnya obat-obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon daripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang mengandung air (Anonim, 1995).

B.  Krim
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
Krim terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe krim, yaitu :
1.                   Tipe M/A atau O/W
Krim m/a (vanishing cream) yang digunakan melalui kulit akan hilang tanpa bekas. Pembuatan krim m/a sering menggunakan zat pengemulsi campuran dari surfaktan (jenis lemak yang ampifil) yang umumnya merupakan rantai panjang alcohol walaupun untuk beberapa sediaan kosmetik pemakaian asam lemak lebih popular.


2.                   Tipe A/M atau W/O, 
Yaitu minyak terdispersi dalam air.Krim berminyak mengandung zat pengemulsi A/M yang spesifik seperti adeps lane, wool alcohol atau ester asam lemak dengan atau garam dari asam lemak dengan logam bervalensi 2, misal Ca.

Krim A/M dan M/A membutuhkan emulgator yang berbeda-beda.Jika emulgator tidak tepat, dapat terjadi pembalikan fasa.
Pada umumnya senyawa peningkat penetrasi akan meningkatkan permeabilitas kulit dengan mengurangi tahanan difusi stratum corneum dengan cara merusaknya secara reversible. Contoh; dimetil sulfida (DMSO), zat ini bersifat dipolar, aprotik dan dapat bercampur dengan air, pelarut organik pada umumnya.
Metode Pembuatan:
1.     Metode Pelelehan ( fusion) Zat khasiat maupun pembawa dilelehkan bersama-sama, setelah meleleh diaduk sampai dingin. Yang harus diperhatikan: kestabilan zat khasiat.
2.     Metode Triturasi Zat yng tidak larut dicampur dengan sedikit basis, sisa basis ditambahkan terakhir. Di sini dapat juga digunakan bantuan zat organik untuk melarutkan zat khasiatnya. Pada skala industri dibuat dalam skala batch yang cukup besar dan keberhasilan produksi sangat tergantung dari tahap-tahap pembuatan dan proses pemindahan dari satu tahap pembuatan ke tahap yang lain. Untuk menjaga stabilitas zat berkhasiat pada penyimpanan perlu diperhatikan, antara lain: . Kondisi temperatur /suhu . Kontaminasi dengan kotoran . Kemungkinan hilangnya komponen yang mudah menguap.

Adapun kelebihan dari sediaan krim yaitu:    
·                 Mudah menyebar rata
·                 Praktis
·                 Lebih mudah dibersihkan atau dicuci dengan air terutama tipe M/A
·                 Cara kerja langsung pada jaringan setempat
·                 Tidak lengket, terutama pada tipe M/A (minyak dalam air).
·                 Bahan untuk pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun, sehingga       pengaruh absorpsi biasanya tidak diketahui pasien.

Adapun kekurangan dari sediaan krim yaitu:
·                 Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe A/M (air dalam minyak)
karena terganggu system campuran terutama disebabkan karena perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran 2 tipe
krim jika zat pengemulsinya tidak tersatukan.
·                 Susah dalam pembuatannya, karena pembuatan krimharus dalam keadaan panas.
·                 Mudah lengket, terutama tipe A/M (air dalam minyak).
·                 Mudah pecah, disebabkan dalam pembuatan formulanya tidak pas.
·                 Pembuatannya harus secara aseptik.

 



BAB II
METODOLOGI KERJA
2.1 Preformulasi
A.              Asam Salisilat
1.                         Warna                   : Putih
2.                         Rasa                      : Agak Manis
3.                         Bau                        : Tidak Berbau
4.                         Organoleptik         : Hablur Putih (Biasanya berbentuk jarum halus)
5.                         Mikroskopis         :
6.                         Polimorfisa           :
7.                         Ukuran partikel    :
8.                         Kelarutan              :
a.                          Air             : Sukar Larut  (Laut dalam Air Mendidih)
b.                         Metanol    : Mudah Larut
c.                          Benzene    : Sukar Larut
d.                         Dapar pH 7,4        : -
e.                          Lain – Lain           : Eter : Mudah Larut
9.                         Titik Lebur           : 158oC – 161oC
10.                      Bobot jenis
a.                          Sebenarnya           :
b.                         Bulk                      :
11.                      pH ( %dalam air ) :
12.                      pKa koefisien partisi        :
13.                      Kecepatan disolusi           :
14.                      Data stailitas dalam sediaan        :

B.          Gliserin (FI IV hal 413, Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi 6 hal 283).
1.                         Warna                   : tidak berwarna
2.                         Rasa                      : manis diikuti rasa hangat
3.                         Bau                        : tidak berbau
4.                         Penampilan           : cairan seperti sirup, jernih
5.                         Rumus Molekul    : C3H8O3.
6.                         Berat Molekul      : 92,09
7.                         Higroskopik          : jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 derajat.
8.                         Kelarutan              : dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) ; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak lemak.
9.                         Khasiat                  : zat tambahan, pelarut
10.                      Titik Beku             : -1,60 C.
11.                      Konsentrasi           : <50%.
12.                      Berat Jenis                        : Tidak kurang dari 1,249. 1,2620 g/cm3
13.                      OTT                      : Gliserin bisa meledak jika bercampur dengan oksidator kuat seperti kromium trioksida, potasium klorat atau potasium permanganat. Adanya kontaminan besi bisa menggelapkan warna dari campuran yang terdiri dari fenol, salisilat dan tanin. Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam gliseroborat yang merupakan asam yang lebih kuat dari asam borat.
14.                      Stabilitas               : Gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan pemanasan yang bisa menghasilkan akrolein yang beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol 95 % dan propilena glikol secara kimiawi stabil. Gliserin bisa mengkristal jika disimpan pada suhu rendah yang perlu dihangatkan sampai suhu 200 C untuk mencairkannya.
15.                      Penyimpanan        :  Wadah tertutup rapat.

C.              Vaselin album (Farmakope Indonesia IV hal. 822, Handbook of Excipients 6th edition hal. 331)
1.               Pemerian : Putih atau kekuningan, massa berminyak, transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0C.
2.               Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin, atau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam benzene, karbon disulfit, dalam kloroform, larut dalam heksan dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri.
3.               Konsentrasi : 10-30%
4.               Kegunaan : emolien dan basis salep.
5.               OTT : merupakan bahan inert yang tidak dapat bercampur dengan banyak bahan.
6.               Stabilitas : jika teroksidasi dapat menimbulkan warna dan bau yang tidak dikehendaki. Untuk mencegah ditambahkan antioksidan.
7.               Wadah dan penyimpanan : di tempat tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.

D.              Oleum cocos (FI III hal.456 dan Handbook Of Pharmaceutical Exipient hal.6)
1.               Pemerian         : putih, hampir putih, praktis tidak berbau, sukar larut.
2.               Kelarutan        : mudah larut dalam karbon tetraklorida, kloroform, eter, toluene, sukar larut dalam etanol, praktispraktis tidak larut air.
3.               Stabilitas         : mudah teroksidasi dan terhidrolisis

E.    Aquadest (FI IV hal. 112)
1.                                   Pemerian                     : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
2.                                   Kelarutan                    : Dapat bercampur dengan pelarut polar
3.                                   Rumus molekul          : H2O.
4.                                   BM                  : 18,02
5.                                   Kegunaan                    : Sebagai pelarut
6.                                   Stabilitas                     : Dalam semua keadaan fisik (es, cairan, udara).
7.                                   OTT                : Bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis, bereaksi keras dengan logam alkali.
8.                                   Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.



2.2            Cara Kerja
A.              Alat dan Bahan   
Alat:


1.               Batang Pengaduk
2.               Beaker Glass
3.               Cawan uap
4.               Gelas Ukur
5.               Kaca Arloji
6.               Kertas Perkamen
7.               Mortir dan Stamper
8.               Penangas air
9.               Pipet Tetes
10.            Pot Plastik
11.            Spatel
12.            Timbangan analitik


Bahan:


1.               Asam salisilat
2.               Aquades
3.               Emulgid
4.               Gliserin
5.               Oleum cocos
6.               Vaselin



B.              Cara Kerja
Metode fusion
1.               Disiapkan alat dan bahan.
2.               Ditimbang bahan berkhasiat yang akan digunakan, gerus halus sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki
3.               Ditimbang basis semi solida yang tahan pemanasan, panaskan di atas penangas air sampai lumer
4.               Untuk sediaan cream pemanasan fasa air dan fasa minyak masing – masing dilakukan pada suhu 70oC
5.               Setelah dipanaskan, dimasukkan ke dalam mortar, aduk homogen sampai dingin dan terbentuk masa semi solida
6.               Ditambahkan basis yang sudah dingin sedikit demi sedikit ke dalam bahan berkhasiat yang telah digerus, aduk sampai homogen dan tercampur dengan rata. Apabila bahan berkhasiat yang dipakai tahan pemanansan pada saat dicampurkan pada basis pada saat dilelehkan

Metode triturasi
1.               Disiapkan alat dan bahan.
2.               Ditimbang bahan berkhasiat yang akan digunakan, gerus halus sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki
3.               Ditimbang basis semi solida campurkan satu sama lainnya daalam mortar sambil digerus hingga homogen
4.               Ditambahkan basis yang sudah tercampur sedikit demi sedikit ke dalam mortar yang telah berisi zat berkhasiat. Bahan berkhasiat dapat dilarutkan dahulu dalam pelarut yang dapat bercampur dengan basis yang digunakan atau didispersikan dalam keadeaan padat. Dapat digunakan pelarut organic untuk melarutkan zat aktifnya
5.               Diaduk sampai homogen dan tercampur dengan rata



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Formula dan Perhitungan
A.              Formulasi
Salep
Krim
Asam salisilat 5%
Aqua
Gliserin 10%
Asam salisilat 5%
Vaselin
Emulgid 10%

Oleum cocos 20%

B.              Perhitungan
1.               Formulasi Salep Metode Fusion
Asam salisilat 5% =
Gliserin 10% =
Vaselin ad

2.               Formulasi Salep Metode Triturasi
Asam salisilat 5% =
Gliserin 10% =
Vaselin ad
3.               Formulasi Krim Metode Fusion
Asam salisilat 5% =
Emulgid 10% =
Oleum cocos 20% =
Aquadest ad 10 ml – (0,5 + 1,1 + 2,1) = 6,3 ml
4.               Formulasi Krim Metode Triturasi
Asam salisilat 5% =
Emulgid 10% =
Oleum cocos 20% =
Aquadest ad 10 ml – (0,5 + 1 + 2) = 6,5 ml


3.2            Data Pengamatan

A.              Sediaan Salep

Hari
Homogenitas
Fusion
Triturasi
0
Homogen
Homogen
1
Homogen
Homogen
2
Homogen
Homogen
3
Homogen
Homogen
4
Homogen
Homogen
5
Homogen
Homogen
6
Homogen
Homogen



B.              Sediaan Krim

Hari
Homogenitas
Fusion
Triturasi
0
Homogen
Homogen
1
Homogen
Homogen
2
Homogen
Homogen
3
Homogen
Homogen
4
Homogen
Homogen
5
Homogen
Homogen
6
Homogen
Homogen


1.3            Pembahasan

Dalam percobaan kali ini dilakukan proses pembuatan sediaan semi solid yaitu sediaan salep dan krim. Dalam pembuatannya digunakan dua metode yang berbeda yaitu metode fusion dan metode triturasi, serta akan dilakukan perbandingan stabilitas sediaan dalam waktu 6 hari untuk mengetahui metode pembuatan yang paling cocok untuk membuat sediaan salep dan krim.

A.              Salep

Sediaan salep yang dibuat menggunakan bahan aktif asam salisilat, kemudian sebagai basis salep digunakan bahan vaselin, bahan tambahan yang digunakan adalah gliserin dengan fungsi sebagai bahan emolien, yaitu bahan tambahan yang berfungsi untuk mencegah keringnya sediaan salep yang dibuat  untuk melindungi kulit dari iritasi ketika penggunaan salep pada kulit.

Pada proses pembuatan salep menggunakan metode triturasi dimana seluruh bahan seperti zat aktif, basis salep beserta bahan tambahan digerus bersama-sama tanpa dilakukan pemanasan terlebih dahulu pada tiap-tiap bahan tersebut, didapatkan bentuk yang kurang bagus karena salep yang dihasilkan tidak dapat menyatu dengan baik ketika digerus dan cenderung terpisah bagian-bagiannya sehingga sulit untuk digerus, tetapi dengan kecepatan penggerusan yang cepat dapat menghasilkan hasil akhir yang baik sehingga sediaan menjadi homogeny. Dari uji homogenitas menggunakan object glass didapatkan sediaan yang homogen selama 6 hari, tapi kurang bagusnya wujud fisik sediaan salep yang dihasilkan menandakan bahwa sediaan salep apabila dibuat secara metode triturasi kurang cocok, khususnya untuk yang menggunakan formula seperti yang digunakan oleh praktikan dalam percobaan kali ini.

Pada sediaan salep yang dibuat dengan menggunakan metode fusion, yaitu dimana basis dari setiap fase yaitu fase minyak dan fase air dipanaskan terlebih dahulu sehingga didapatkan basis yang lebih mudah digerus dengan bahan aktif, didapatkan sediaan salep yang lebih baik daripada yang dibuat menggunakan metode triturasi. Dalam uji homogenitas didapatkan sediaan yang homogen selama 6 hari. Hal ini menunjukan bahwa sediaan salep dengan formulasi yang digunakan oleh praktikan lebih cocok dibuat menggunakan metode fusion.

Dalam pembuatan salep sebaiknya disesuaikan antara cara pembuatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam formulasi sediaan, penggunaan vaselin sebagai bahan basis membutuhkan pemanasan terhadap vaselin tersebut, hal ini dikarenakan vaselin merupakan bahan basis salep yang berwujud agak padat sehingga apabila digerus akan sulit bercampur dengan bahan aktif dan bahan tambahan lainnya dan bentuk sediaan pun akan kurang bagus karena tidak homogen. Vaselin tersebut lebih baik dipanasakan terlebih dahulu sehingga menjadi bentuk yang lebih cair sehingga akan mempermudah proses penggerusan dalam lumpang agar didapatkan sediaan yang homogen.



B.              Krim

Pada Pembuatan sediaan krim dibuat menggunakan bahan aktif asam saisilat, kemudian sebagai basis krim digunakan bahan emulgid dan oleum cocos.

Pada proses pembuatan krim menggunakan metode triturasi dimana seluruh bahan seperti zat aktif, basis krim beserta bahan tambahan digerus bersama-sama tanpa dilakukan pemanasan terlebih dahulu pada tiap-tiap bahan tersebut, didapatkan bentuk yang kurang bagus karena krim yang dihasilkan tidak dapat menyatu dengan baik ketika digerus dan ditambahkan aquades cenderung terpisah bagian-bagiannya sehingga sulit untuk digerus, tetapi dengan kecepatan penggerusan yang cepat dapat menghasilkan hasil akhir yang baik sehingga sediaan menjadi homogeny. Dari uji homogenitas menggunakan object glass didapatkan sediaan yang homogen, kurang bagusnya wujud fisik sediaan krim yang dihasilkan menandakan bahwa sediaan krim apabila dibuat secara metode triturasi kurang cocok, khususnya untuk yang menggunakan formula seperti yang digunakan oleh praktikan dalam percobaan kali ini.

Pada sediaan krim yang dibuat dengan menggunakan metode fusion, yaitu dimana basis dari setiap fase yaitu fase minyak dan fase air dipanaskan terlebih dahulu sehingga didapatkan basis yang lebih mudah digerus dengan bahan aktif, didapatkan sediaan krim yang lebih baik daripada yang dibuat menggunakan metode triturasi. Dalam uji homogenitas didapatkan sediaan yang homogen selama 6 hari. Hal ini menunjukan bahwa sediaan krim dengan formulasi yang digunakan oleh praktikan lebih cocok dibuat menggunakan metode fusion.

Dalam pembuatan krim sebaiknya disesuaikan antara cara pembuatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam formulasi sediaan. Untuk penggunaan bahan-bahan yang dipanaskan terlebih dahulu sebaiknya dilakukan penambahan dalam penimbangan untuk mencegah kurangnya bahan yang digunakan, hal ini dikarenakan bahan tersebut dapat menguap sehingga jumlahnya berkurang ketika akan digerus dalam lumpang.




  
BAB V

KESIMPULAN



Dari hasil percobaan yang dilakukan oleh praktikan didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.               Metode pembuatan yang cocok untuk pembuatan salep dan krim dengan formulasi yang digunakan oleh praktikan adalah metode fusion.

2.               Basis salep vaselin dalam cara pembuatan salep sebaiknya dipanaskan terlebih dahulu untuk mendapatkan sediaan yang homogen.


DAFTAR PUSTAKA


Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta.Gadjah Mada University press.

Anonim.1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.Departemen Kesehatan  RI

Anonim.1997.Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Departemen Kesehatan  RI

Anonim.2007.Kapita Selekta Dispensing I.Yogyakarta.fakultas Framsai UGM

Ansel,H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. US press : Jakarta

Dirjen, Pom . 1975. Farmakope Indonesia Edisi IV .Departemen  Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta



Dirjen, Pom. 1979 .Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indosnesia : Jakarta



Lachman, dkk . 2008. Teori Dan Praktek Farmasi Industri Edisi III  , Universitas Indonesia :   Jakarta

Baban's Words Part 2

FGVV?ds000,,,,,,,,,,,,,,M9320W-NHJ