Saturday, May 17, 2025

Kecewaku bukan karena pergimu
Tapi karena kau yang seolah meyakinkanku 
Bahwa sejak saat itu aku tak lagi ditinggalkan
Cintanya sangat sederhana
Tapi perginya begitu bergemuruh hingga meninggalkan luka
Ia pamit dengan lembut, tapi banyak yang hancur dan patah
Dan sejak saat itu, hatiku sudah tak lagi utuh

Aku membencinya sejak saat itu
Saat putihnya rasaku, ia tinggal dengan penjelasan yang abu
Dadaku sudah sesak dengan penuhnya tanda tanya
Waktu berlalu, dan kau datang ingin memberi warna
Seolah kau tak pernah merasa bersalah telah menumpahkan tinta hitam ini

Lagi, aku membaca pesan terakhirnya
Lantas aku menyesal
Untuk apa sih?
Mengingat untuk mengenangnya atau menambah rasa benci ini lagi?
Dia bilang akan selalu ada
Tapi kenyataannya, ia merelakan kepergianku
Memang tak ada yang bisa dipercaya
Jadi tak apa, kan?
Jika kebencian menjadi pilihan
Tumbuhnya tak tergesa-gesa
Karena bunga yang indah tau
Semua yang istimewa butuh waktu untuk mekar
Cinta tak harus berisik
Dalam diam pun cinta tetap utuh
Aku percaya ketenangan dan ketulusan bisa lebih cepat sampai pada pemiliknya
Aku masih menanti kedatanganmu
Meski kau tak pernah memberitahu kepulanganmu
Tak apa jika aku abai waktu
Bukankah aku masih menjadi rumah?
Dirimu bagai pelangi di kala senja
Membuatku selalu ingin berhenti sejenak,
Diam menatap, senyum menggebu
Dan berharap ini terjadi sampai gelap
Meski ku tahu kedatanganmu hanya sekejap
Ada harap yang tak bisa dijelaskan
Saat mata kami saling bertatap, seolah semesta tau
Dua insan ini masih memiliki arah pulang yang sama
Jika senja telah berubah menjadi malam
Kupastikan aku tak akan pulang ketakutan karena gelap
Karena kau telah memberi cahayamu untuk kubawa menerangi jalan pulangku
Dirimu meneduhkan
Meski tak menghangatkan
Setidaknya aku tak sakit tertusuk hujan
Izinkan kusinggah sejenak, ya?
Waktu berlalu lamanya
Dan rasa ini tetap pada tempatnya
Pertemuan yang tak pernah kita duga 
Tak ada saling sapa seperti saat dulu
Hanya detak jantung yang saling mengerti tanpa banyak kata
Dirimu adalah wujud nyata dari kenyamanan
Datang menenangkan, dan gelisah saat ditinggalkan
Diam-mu adalah bentuk rasa cukup
Tak berlebihan, namun sudah membuatku penuh rasa syukur
Dan pergi-mu adalah rasa ikhlasku
Tanpa pamit namun berakhir dengan pelukan yang pelik
Keyakinanku sangat dalam
Aku bahkan sudah menganggapmu rumah, meski kau belum dibangun
Gilanya lagi, aku sudah merasa pulang dan selalu ingin tinggal
Dalam keasingan ini
Aku selalu mendoakanmu dari kejauhan yang diam
Aku tak pernah menuntutmu pulang
Meski aku masih berada disini
Tempat terakhir kau pergi meninggalkan
Jika yang hilang itu kamu
Aku tak akan pernah berhenti mencari
Meski aku tersesat jauh di belantara
Kupastikan aku akan menemukanmu
Tapi jika yang menghilang itu aku,
Artinya aku sedang menuruti inginmu
Berharap kau kembali untuk yang kesekian kalinya
Percayalah, 
Rasa ini tak pernah ingkar untuk mencintamu
Jiwa ini tak pernah lelah untuk menanti
Raga ini selalu ingin memintamu pulang
Seperti langit yang selalu menanti matahari tenggelam dalam peluknya
Keyakinanku ini tak akan pernah bosan
Bahkan jika matahari itu mulai meredup
Aku akan menjadi cakrawala yang setia menunggumu pulang

Aku percaya kamulah takdirku
Jika memang bukan,
Aku akan tetap memilihmu
Bahkan di takdir yang berbeda
Tujuanku pun entah kemana sejak awal
Tak ada arah, hanya berjalan sampai ujung kemudian kembali
Singgah berkali-kali sampai tak sadar kalau hatiku selalu ingin tinggal di tempat ini
Entah kau perjalanan akhir atau hanya sekedar persinggahan terbaik
Entah cinta atau bodoh
Disaat kau menyakiti, aku bertahan
Dan berharap kau akan berubah
Harusnya aku pergi dan meninggalkan 
Tapi kenapa sulit untuk diri ini menerima inginnya Tuhan
Tentang kita?
Mungkin saat ini sudah bukan kita
Bisa jadi kami, ataupun kalian
Bukankah kau sendiri yang telah mengganti itu?
Tak apa, aku hanya bantu mengingatkan
Ragu adalah sepintas rasa yang pernah ada dalam pikiranku
Tapi aku lebih takut kehilanganmu daripada menghadapinya
Meski banyak beribu pilihan disana, kau adalah satu dari pilihan itu
Aku disini, bertahan, dan tak ingin pergi.
Meski semua yang kulewati tak pernah mudah,
Tapi karena alasannya itu kamu, semua layak untuk kujalani
Selama kita saling ingin
Kita akan selalu baik-baik saja
Dan meski dunia ini berubah
Asal tanganmu tetap menggenggamku
Aku terlupa akan rasa takut
Aku tak pernah bosan
Karena aku selalu punya alasan baru untuk jatuh cinta denganmu
Kau bukan hanya sekedar berhak untuk dicintai
Tapi sangat layak untuk diperjuangkan
Jikalau nanti kau berubah,
Aku tetap memilih untuk mencintaimu
Meski dengan caraku yang baru
Bersamamu,
Aku sungguh yakin
Karena denganmu,
Aku merasa pulang

Wednesday, May 14, 2025

Baban's Words

1vvqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqqvvvvvvvvvvvvvvvvvv jmmm                 ....00000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000000nh9jjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj vjjjjjjjjjjjjjjjjjo9=[---r4z4nb
187; poxd    kkz 5 

Sunday, May 11, 2025

Dari sekian banyak Tuhan menciptakan organ tubuh, aku hanya percaya pada hati
Karena ia tak mampu kubohongi, bahwa semua sudah baik-baik saja 
Aku selalu mengatakan 
Bahwa aku sudah selesai
Sudah lama usai
Namun aku tak bisa mecegah pikiranku untuk mengingatnya
Tak bisa menghentikan rasa yang ternyata masih berjalan tiap harinya
Aku terombang-ambing pada logikaku sendiri
Tak ada yang bisa menenangkanku, kecuali dirinya
Namun sayang, dirinya telah lama pergi
Lantas, bagaimana aku?
Kau bilang pohon ini memang harus gugur untuk menumbuhkan daun yang baru dan lebih segar lagi
Jelas aku membiarkannya
Karena aku sangat ingin melihat pertumbuhan itu
Tapi justru pohon ini semakin layu
Gugur perlahan
Bahkan rantingnya pun ikut mengering meski telah kusiram

Mungkin jika aku tahu sejak awal, arti pohon yang kita pernah tanam ini adalah kebersamaan kita
Tak akan kubiarkan tiap helai daunnya jatuh
Kini ia seakan mati sendirian 
Karena akarnya selalu hidup tapi tidak dengan kehidupan di atasnya

Dulu aku suka senja
Karena itu pertanda bahwa sebentar lagi aku dan ia akan bertemu
Iya, setiap malam
Entah itu bertemu langsung atau hanya sekedar sapa di Whatsapp
Namun sejak hari ini,
Aku tak lagi menyukainya
Ternyata sudah terlalu jauh
Dan mungkin Ia sudah setengah perjalanan saat balik arah waktu lalu
Kesendirian ini membuatku nyaman sampai tak tahu kapan perjalanan ini berakhir
Biarlah.
Saat itu aku berjalan dengannya
Berpegangan tangan yang ternyata telah lama patah
Raganya yang tak lagi utuh untukku
Bahkan bahunya rapuh saat ku bersandar
Namun tetap dipaksakan untuk tetap berada di sampingku
Itu semua karena ego pintaku
Aku tak lagi menyebutmu dalam sujudku dan pintaku pada Tuhan
Tapi entah kenapa namamu seakan terlalu mudah untuk terucap dalam jeda pikirku
Semua yang kulalui, selalu kulibatkan denganmu
Aku memang salah,
Tapi aku tak tahu caranya menghentikan ini semua
Masih ada namanya
Masih ada karya itu
Masih ada kenangannya
Tapi tidak dengan pemiliknya

Aku tetap berjalan
Hanya saja tak lari seperti dulu
Luka ini benar menghalangiku melangkah
Kau tau?
Perlahan,
Aku obati luka ini sendiri
Tahun demi tahun,
Aku rasakan perih dan sembuhnya sendiri
Tidak dengan penggantimu
Aku tak lagi menanti
Jadi kau tak perlu keberatan karena aku
Jalani saja apa yang menjadi tujuan akhirmu
Karena jelas bukan lagi aku, kan?
Sedih, 
Sakit,
Hampa.
Mereka yang setia ada di saat-saat aku hilang arah
Aku memang belum sepenuhnya lupa
Namun aku berusaha untuk tak lagi mengingatmu
Aku hampir tak mengenal diriku sendiri saat aku patah
Tak ada lagi impian di sudut jalan sana
Tak ada arah yang harus aku tuju
Semua selesai saat kau berkata harus pergi
Malam-malam panjang menjadi teman baikku setelah kepergianmu
Kesendirianku adalah waktu terbaik setelah kehilanganmu
Dan tanpa sadar,
Dingin kali ini terasa hangat saat aku sedetik mengenangmu

Aku harus menerima keadaan
Aku harus belajar bahwa yang datang pasti pergi
Aku harus paham bahwa yang singgah tak harus tinggal
Tak apa jika hatiku harus gaduh sebentar dengan logikaku
Setidaknya itu akan menenangkanku di kemudian hari
Mengingatmu aku tak pernah menangis
Namun seringkali hatiku basah
Bertemu denganmu, aku tak pernah menyesal
Namun seringkali aku menyalahkan diriku
Rasanya aku marah pada kepergian
Aku tak bisa menerima semua yang hilang
Hanya itu.

Dari kata yang tak pernah sempat terucap
Kini, ia memintanya untuk keluar menemui pemiliknya
Aku berharap ia bisa kukirim pulang
Tapi bukan dengan diriku
Namun dengan tulisan ini
Diriku patah
Ada bagian yang hilang
Entah kemana jalannya arahku
Bahkan anginnya pun menjadi tak terkendali
Aku ingin terbang jauh kembali
Melihat semua kebahagiaan dari atas sana
Meski bahagianya bukan lagi milikku
Malam yang menusuk dengan dinginnya ini
Justru menjadi ruang ternyaman dalam kesendirianku
Tak ada bahu untuk bersandar, namun ada angan yang masih kumiliki
Tak ada tubuh untuk kupeluk, namun ada harap yang masih kusimpan
Di sela-sela hariku
Tak jarang bayangmu hadir
Hanya diam dan menatap
Tak pernah berbicara
Tapi seolah memintaku untuk menemani
Perasaan ini sungguh berantakan
Biarkan aku merapikan kembali semuanya
Hingga nanti semua kembali rapi dan tertata seperti sediakala
Aku tak ingin menerimamu dengan keadaan seperti ini
Aku terlalu takut keadaanku ini akan menyiksamu perlahan
Ia pernah membuatku merasa cukup
Dengan aku tidak memintanya, ia memberi
Namun, 
Pemberian itu aku salah artikan
Maaf jika aku menilaimu itu lebih
Aku tak lagi mencari siapapun
Aku hanya sibuk dengan diriku
Dan sedikit menunggu
Saat aku diam, semua samar
Kupikir aku melihatnya jelas
Kupikir aku mendengarnya jelas
Tapi semua itu hanya bayang dan ilusi
Bayangan lama menoleh lembut
Aku tersenyum,
Diam, 
Dan berpikir,
Dimana si pemilik bayang ini?
Kenapa ia tidak ikut datang menemui?
Hingga kemudian samar-samar bayang itu pergi perlahan
Tapi aku yakin ia masih disini
Karena sampai saat ini harumnya masih ada dan tertinggal

Friday, May 9, 2025

Ternyata selama ini aku hanya berpura-pura
Untuk tidak lagi mengingat tentangnya
Kini, aku sadar
Bahwa rindu itu tak akan pernah bisa pulang bertemu pemiliknya
Dan sampai kapanpun,
Aku tetap merindu

Baban's Words Part 2

FGVV?ds000,,,,,,,,,,,,,,M9320W-NHJ