Saturday, November 5, 2022

Hidup dari Masa Lalu - Part 1

Gue nggak pernah menyangka ternyata seseorang yang dulu pernah hilang --selama belasan tahun belakangan ini-- bisa gue temukan kembali. Namun kini posisinya berbeda. Dulu kita hanya berteman, dekat saja canggung. Tapi sekarang gue sudah dimiliki olehnya. Gue yang akan hidup bersamanya dalam satu atap yang sama, mandi dari keran yang sama, suapan dengan sendok yang sama, tidur dengan selimut yang sama.

Selebay itu? Aah lo belum merasakan betapa nikmatnya menikah dengan orang kita cintai tapi saling gengsi, gue doakan semoga lo merasakan kebahagiaan gue ini.

Pukul 06.30 pagi.

"Sayaaang, tolong ambilin handuk akuuuu!" Teriaknya mengalahi gelombang bunyi Hiu dalam lautan.

''Sayaaang''

''Sayaaaaaaang''

''..Kan ada di jemuran dalaaam'' Ucap gue sambil menahan kantuk.

''Kemarin siapa yaa yang nyuruh Bibi nyuci?'' Tanyanya memastikan gue yang salah.

''Oh iya lupa'' Batin gue.

"Pake aja yang adaaa" Ucap gue.

"Kamu nyuruh aku ngelap badan pake tissue?"

"Kalau bisa kamu gulung itu badan sekalian" Mencoba melanjutkan tidur gue yang terganggu. Tapi tetap aja nggak bisa.

Dia selalu bangun lebih dulu dari gue. Iya, gue emang nggak punya bakat buat bangun pagi. Tapi untungnya dia nggak pernah complaint soal ini, yang penting subuh gue bisa berjamaah juga dia udah bersyukur banget. Masalah tidur lagi atau enggak, biarlah menjadi urusan gue dan kasur gue.

"Ini handuknya" Meski mata belum terbuka sempurna, jalan masih sempoyongan, tetap aja gue nggak bisa menolak permintaan bos yang satu ini.

"Kamu belum mandi kan?" Sambil menggeser sedikit pintu toilet.

"Bosen ahh." Menyandarkan badan ke tembok.

Makhluk itu mengambil handuk dari tangan gue dan menarik paksa sampai gue berada di dalam toilet. Membasahi kepala gue dengan shower yang sudah dipegang di tangan kirinya sejak tadi. Spontan gue teriak.

"Sayaaang iih!" Seketika gue seger tiba-tiba.

"Kamu bau, mandi nggak!" 

Sedangkan dia malah buru-buru keluar dan menutup pintunya.

"VICKOOOOO!" Teriak gue.

Gue udah kayak kucing dekil and the kumel yang seharian main becekan dipaksa mandi sama majikannya.
Dan gue cuma bisa mendengar ledek tawanya dari dalam toilet. Coba kalau gue bisa liat mukanya, pengen gue tuker aja sama sikat toilet.

Mau nggak mau gue harus mandi di hari Minggu yang selalu diimpikan banyak orang untuk bersantai ini. Yaa mau gimana lagi, pintunya dikunci dari luar sama makhluk yang satu itu.

Pantes aja waktu itu dia kekeh banget minta pasangin double key di pintu toilet. Dulu sih alasannya buat jaga-jaga kalau nanti ada maling terus malingnya mau disekap dan disandera di toilet ini biar badannya kedinginan pada biru kayak avatar katanya.

Sial, ternyata gue malingnya. Anehnya posisi kunci ada di luar, sepertinya memang sudah direncanakan.

"ALVICKO OEMAR, NYALAIN NGGA LAMPUNYA!

Lo harus percaya, ini bukan mati lampu. Tapi ini penyakit kambuhan dia. Dia udah sering banget kayak gini, dia tau gue itu orangnya penakut banget. Dan katanya cuma dengan cara ini rasa takut gue bisa ilang. Ilang gundulmu itu!

"Satuu.." Ucap gue.

"Duaaa.."

"Iiih harusnya aku yang itung" 

"Aku bantuin sayang, biar kamu nggak keberatan." Dengan polosnya

"Oke, mulai sekarang siap ke rumah Ibu sendiri?" Ancam gue.

"Iiih bentaaaaar sayaaaang, cintakuuu, cantikkuuu, istrikuuu, aku lagi pake baju ini nanggung" Ucapnya merayu.

"CEPEEETTTT!" Tapi sayang rayuannya sama sekali nggak mempan.

"Iya iyaaaa sayang"

Lampu pun hidup kembali dengan ancaman gue yang nggak pernah terbantahkan olehnya.

Iya, dia tuh manja banget buat selalu minta ditemenin kalau ke rumah Ibu, mertua gue. Seakan-akan dia ingin menunjukkan "Ini loh gue juga bisa punya pasangan". Yap, benar. Hampir semua saudaranya banyak yang udah menikah lebih dulu. Bahkan keponakan kami dari adiknya pun sudah berusia 1 tahun. Jadi kayaknya dia menikahi gue cuma buat pamer aja. Bahkan gue sempat berpikir, mungkin kita ini dipersatukan karena memang keadaan dan waktunya udah mepet aja kali ya, makanya nikahnya sama yang ada aja, hadeuuuh.

Meski pernikahan kami bisa dibilang baru sepantaran keponakan kami, yang seharusnya masih sweet and romantic, tapi sebaliknya, kami jarang melakukannya --layaknya pasangan baru pada umumnya.-- Ya, kami risih kalau saling di-romantis-in, "Apaan siiih!" mungkin itu kata yang sering kita ucap. Saling meledek, saling menjahili, saling mengadu ke mertua masing-masing, itulah keromantisan kami.

No comments:

Baban's Words Part 2

FGVV?ds000,,,,,,,,,,,,,,M9320W-NHJ