Tuesday, March 19, 2019

Tuhan, Izinkan Aku Menangis Karenanya

Untuk belajar sesuatu yang baru tak harus duduk di bangku sekolah.
Untuk mendapatkan sesuatu yang bermanfaat tak harus memanfaatkan orang lain.
Semua bisa didapat dengan mudah, dipertemukan dengan orang baik dan bisa saling berbagi.

Izinkan aku menangis karenanya,
Izinkan aku menangis meratapi kehidupannya,
Izinkan aku menangis mendengar doa terdalamnya,
Izinkan aku menangis melihat kuat senyum tulusnya.
Izinkan aku Tuhaaan..

Gue pernah bilang, memberi nggak harus menunggu lebih karena pada nyatanya melihat mereka mengartikan kita sudah lebih dari mereka.
Jadi butuh alasan apa lagi yang membuat kita menunda hal baik?

Jujur, kalau melihat isi dompet dan menghubungkannya dengan keinginan yang harus gue dapatkan, itu semua nggak akan pernah cukup bahkan kurang banget. Tapi jika menghubungkannya dengan keadaan mereka yang (mohon maaf) sangat amat membutuhkan, itu semua lebih dari cukup, banget.

Nominal yang buat kita yang nggak seberapa, bahkan bisa kita keluarkan lebih lagi untuk hal lain. Adalah "Terlalu banyak" untuknya. Pedih nggak sih dengar itu dari ucapannya.

Alasan berbagi padanya bukan karena gue memiliki lebih, bukan. Tapi jujur gue paham betul berada di posisi yang seperti itu.
Tuhan menitipkan rezeki ini ke gue untuknya, jadi ini milik mereka bukan gue. Gue cuma memberi hak mereka yang masih ada di gue, that's it. Gue nggak mau masih ada orang yang merasakan kekurangan di negara yang katanya udah merdeka, dimana yang kaya semakin kaya, dan yang kurang semakin menghilang.

Allah tak akan pernah melupakan kebaikan yang kau beri, kesusahan orang lain yang kau atasi, dan mata yang hampir saja menangis lalu kau buat bahagia.

***

20 menit bersamanya, gue benar-benar memahami arti syukur. Ya, bukan hanya sekedar kata tapi lebih dari itu semua. Semakin benci untuk mengeluh karena hidup yang biasa gue keluhkan adalah harapan yang orang lain inginkan.
Dan bukan hanya bersyukur soal kehidupan finansial darinya, tapi bersyukur karena gue masih dikelilingi keluarga yang masih lengkap di setiap waktu.

Melihatnya mengingatkan gue dengan Kakek gue di kampung. Mirip banget, kalau diajak ngobrol pasti selalu nebar senyum.

Sekilas gue tulis tentangnya. Karena beliau nggak ingin identitasnya diketahui publik; takut membuat anak-anaknya malu.

Kakek M**** menjual mainan anak-anak pakai sepeda tuanya sambil keliling. Masih kurang jelas tepatnya beliau berjualan dimana, tapi waktu bertemu beliau, beliau mau untuk berjualan di Parung; setelah gue dan teman gue kasih solusi.

Dimana pun Kakek berada fii amanillah yaa Kek, sehat selalu di umur yang hampir seabad ini, semoga Allah mempertemukan kita lagi di kemudian hari. Tetap lukis wajah itu dengan senyum tulusmu Kek :')

No comments:

Baban's Words Part 2

FGVV?ds000,,,,,,,,,,,,,,M9320W-NHJ