Friday, January 19, 2018

Garis Akhir

Belakangan ini, gue sering berbicara soal 'kematian' dengan sahabat-sahabat gue. Entah pikiran itu terlintas darimana sampai tiba-tiba gue tertarik untuk membahasnya. Gue yang masih belum benar ini, ingin banget bisa menjadi perempuan yang utuh sebagaimana kodrat gue sebagai perempuan.
Gue sering berpikir, apa yang mendekati dan gue dapati lebih dulu. Ia atau kematian. Jikalau kematian, untuk apa gue harus menangis mengharapkan ia datang lebih dulu tapi pada kenyataannya yang datang justru sebaliknya.
Keduanya adalah rahasia-Nya. Semua sudah diatur. Tapi tidak dengan sikap kita yang selama ini tidak kita jaga. Itu yang harus diatur. Agar kita siap menghadapi dua atau satu diantaranya.
Ada yang bertanya. "Kenapa gue di lahirkan ke dunia, kalau ternyata gue ngga berjalan lurus?" Gue ngga akan jawab sepenuhnya disini, membahas dalam keadaan mayoritas tidak semua sama adalah boomerang buat gue. Gue nggak berhak untuk itu, karena gue cuma orang biasa. Gue cuma bisa jawab ini. Kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Apa yang kau lakukan, itu pasti yang terbaik untukmu. Tapi ingat, apa yang menurutmu itu terbaik untukmu, tidak akan selalu sama dengan apa yang orang lain katakan. Pada intinya, kita semua punya panutan hidup terbaik. Apa-apa yang ingin kita lakukan, jangan ambil keputusan itu sendiri. Lihatlah dari apa yang terbaik di depanmu. Samakan itu. Karena itu pasti yang terbaik.

Tuhan. Aku kuat kan? Aku bisa kan? Aku percaya dengan-Mu. Maafkan aku yang lebih ingin menulis jalan ceritaku sendiri
Aku takut. Takut menjadi orang yang pandai dan banyak berbicara sementara aku masih belum seperti itu atau tidak mengamalkannya.

No comments:

Baban's Words Part 2

FGVV?ds000,,,,,,,,,,,,,,M9320W-NHJ