Asli, gue rindu masa-masa putih abu. Dan buat gue rindu adalah bukan hanya, sekedar, suatu ungkapan kangen, tapi jauh diatas itu.
Atau mungkin menurutmu biasa aja? Tapi aku tetap tidak.
***
Tepat 4 tahun lalu, waktu terakhir gue bisa melakukan apa yang menjadi kebebasan gue dalam hal yang nggak bisa gue lakukan lagi sekarang.
Rindu semua yang terjadi secara singkat selama 3 tahun itu.
Mencoba membawa diri gue kembali pada ingatan itu. Ingatan yang sejatinya nggak akan bisa gue lupa. Karena sampai kapanpun cerita-cerita indah itu akan tetap tersimpan baik disana. Siapapun yang membacanya, akan merasakan rindu yang sama, akan selalu mengingatnya dan ingin lagi mengulangnya.
Gue rindu semua yang pernah menjadi bagian canda, tawa, tangis dan semua yang pernah gue rasakan. Sekalipun itu tembok toilet, yang warnanya nggak dijual diseluruh toko cat di dunia; tertutup sama coretan mereka (anak-anak yang kehabisan buku) yang absurd tapi suka bikin ketawa buat yang baca haha.
Mungkin disini gue akan mengenang kisah-kisah indah gue bersama semua yang pernah ada dalam cerita gue. Termasuk kamu, iya kamu. Tapi sebelumnya gue akan tulis kisah gue bersama orang-orang yang berjasa buat gue sampai saat ini. Guru gue.
1. Pak Riswan. Duh, sebenarnya gue takut dan agak ragu mau nulis cerita tentang gue sama Pak Riswan selama di SMA haha. Nyuwun sewu nggeh Pak hehe. Mungkin kalau gue tulis semua cerita tentang gue dan beliau. Nggak akan kebagian posisi buat cerita gue sama yang lain haha. Buanyak bangettt.
Pak Riswan, guru ekonomi dan kakak pembina ekskul gue saat di SMA. Tapi di luar itu, dia adalah teman gue saat gue sedih, selalu jadi teman curhat gue saat gue butuh solusi, selalu jadi orang yang paling bisa ngeledek gue sampai gue stuck dan nangis.
Pak Riswan juga wali kelas gue saat kelas 1, bukan sekedar wali kelas untuk kami semua. Ia menjadi segalanya disana, sebagai orang tua juga sahabat. Ia yang selalu mengerti apa yang anak-anaknya inginkan, selalu menuruti dan mendukungnya selama itu baik untuk kami. Ia yang rela duduk beralaskan tanah saat kami semua jatuh kotor dan tak tau harus apa. Ia membawa semua energi positifnya untuk kami agar bangkit terbangun dari sana. Dan ia selalu berhasil melakukan itu.
Cinta. Itu yang kami rasakan pada saat itu.
Beliau itu katanya bisa baca pikiran seseorang. Percaya ngga percaya, tapi yang Ia tebak tentang apapun yang sedang gue pikirin, itu selalu benar!
Duh, kayaknya gue udah aja deh sampai sini ceritanya, gue takut haha. Intinya Pak Riswan satu-satunya guru yang buat gue berharap 'semoga kelak anak gue nanti, punya guru seperti beliau'.
Mungkin itu cukup untuk mewakilkan perasaan gue betapa indahnya gue mengenal dan memiliki guru seperti beliau.
2. Bu Ety. Guru biologi dan beliau adalah wali kelas gue di kelas 2. Dulu, Ia bilang kalau bisa melihat 'sesuatu'. Entah benar atau enggak.
Beliau aktif di social media (facebook), saat itu facebook gue masih aktif dan masih sering gue menulis quotes disana. Pada saat jam pelajarannya, nggak sadar kalau gue sedikit melamun saat itu, sampai beliau menyangkut-pautkan pelajarannya sama kata "Dekat jauh dua ribu, mending ngejauh, ya Wilda?", dengan nada agak lebih keras saat menyebut nama gue. Gue tersentak dan sadar kalau itu status gue di facebook.
Yaa ampun ternyata Bu Ety baca. Gue malu karena Bu Ety dan teman sekelas tau itu, karena kalau Bu Ety yang udah ngajar, pasti kelas sepi karena semua perhatian tertuju padanya haha. Harapan gue saat itu, semoga aja nggak ada yang paham sama arti dari status gue.
Waktu gue ulang tahun, gue beli kue yang gue persembahkan untuk Bu Ety dan teman-teman di kelas. Tapi sebelumnya, gue, Bu Ety, Rere, Cuni dan 1 atau 2 teman gue yang lain; maaf banget gue nggak ingat siapa yang ada disana saat itu, kita ada di ruang guru yang keadaannya lumayan sepi karena masih banyak yang mengajar dan sebagian juga udah pulang.
"Ini kue siapa?" Saat gue membuka box kuenya.
"Kue Wilda ibu, Wilda kan ulangtahun." Dengan nada yang sedikit manja.
"Siapa yang beli?"
"Wilda bu, kan Wilda yang ulangtahun."
"Ooo bener pake uang Wilda, bukan orangtua?"
"Wilda ngumpulin uang buat beli ini, Bu."
"Mmm, pinternya anak Ibu."
Dan entah kenapa gue kayak habis di peluk cium gitu sama Bu Ety saat itu.
"Coba Rere, ambilin Ibu minum segelas ya, Ibu haus nih daritadi ngajar, capek."
"Iya bu."
Byaaaar seketika kepala gue basah ketumpahan air segelas yang lewat di atas kepala gue itu. Ternyata itu skenarionya Bu Ety buat ngerjain gueee. Gue yang ngga sadar ternyata gue punya wali kelas yang sekonyol itu, mau kesal, rasanya ngga pantas banget. Entah kenapa gue malah suka, menurut gue itu artinya beliau anggap kita itu dekat. "Yaah, maaf ya Wilda, Ibu sengaja." "Ibuuuuuu.." dengan nada merengeknya gue. Dan Bu Ety cuma tertawa. Sambil gue mengeringkan semua itu, Bu Ety beri gue doa, teman-teman gue yang lain juga. Dan gue Aamiinin itu semua.
Lumayan lama di ruang guru, akhirnya gue dan yang lain ke kelas termasuk Bu Ety. Kita semua lesehan di tengah kelas, karena bangku kelas gue letter U, jadi masih bisa untuk lesehan disana. Yang masih gue ingat kalo ngga salah, Bu Ety memimpin doa buat gue dan mengajak teman kelas gue yang lain buat sama-sama mendoakan gue. Dan kue itu akhirnya dipotong rata sampai teman sekelas kebagian.
3. Pak Asep. Bapak kesiswaan di SMA gue yang sekaligus mengajar pelajaran sejarah. Gue kagum sama beliau, yang ngga pernah absen di upacara setiap hari Senin. Dia tuh kayak kamu, selalu ada, ehh.
Pak Asep selalu keliling lapangan buat melihat sepatu-sepatu para siswa yang ngga memenuhi (SNS) standar nasional sekolah, kalau ngga sesuai, Pak Asep selalu minta orang itu buat lepas sepatu alias nyeker. Sepatu-sepatu terkumpul hingga banyaknya tak terkira haha. Pak Asep juga selalu rutin mengabsen siswa yang telat upacara, mungkin sampai buku catatannya penuh dengan nama-nama yang selalu melanggar peraturan 'dia lagi-dia lagi'. Dan razia sepatu itu ngga hanya berlaku di lapangan saat upacara aja. Tapi kapanpun dan dimanapun selama beliau masih bernafas di sekolah. Kalau dia lihat ada siswa yang memakai sepatu tidak ber-SNS pasti akan kena sama hukumannya. Hukumannya banyak banget dan aneh-aneh. Kenapa gue bisa tau? Karena gue adalah orang yang selalu ia cari. Duuuh Pak Asep haha.
Iya, gue siswa bandel yang ada dicerita diatas haha. Gue yang selalu telat upacara karena kena macet di angkot, gue yang pernah nyeker pas upacara, gue yang namanya selalu ada disetiap lembar buku catatannya, gue yang selalu jadi incerannya karena gue murid yang paling sering melanggar aturan sekolah, entah itu karena gue pake jilbab abu kebiruan disaat peraturan mengharuskan warna putih, entah juga karena gue selalu pakai rok rempel, waktu itu peraturan sekolah mengharuskan rok span. Haha jadi ingat waktu rok remple gue disita terus di simpan di atas lemari ruang guru, untungnya gue bawa rok span sih haha, setelah rok gue balik karena gue mohon-mohon, ternyata balik dan ada tanda tangannya. Itu tanda biar gue ngga akan pakai rok itu lagi, haha tapi tetap aja bagi gue peraturan itu harus di langgar. Saat itu ya, sekarang mah ya masih ahaa dan gue yang setiap lagi KBM selalu sibuk mikirin 'gue taro mana ni sepatu gue' 'ah kalau disana pasti ketauan, disini juga', dulu SMA gue harus lepas sepatu kalau di dalam kelas, entah sekarang peraturan itu masih berlaku atau engga disana. Anehnya, Pak Asep itu selalu hafal persembunyian sepatu gue. Dan pernah gue balik telat, lama dari biasanya cuma karena gue sibuk cari sepatu gue yang disembunyiin sama Pak Asep karena ketauan. Pak Asep lewat depan kelas gue, karena kebetulan saat itu gue disana, dengan senyumannya yang khas dan masih terbayang sampai saat ini, yang gue artikan itu adalah suatu ungkapan 'Emang kamu aja yang bisa ngumpet-ngumpetin sepatu haha'. Gue sapa dan tanya beliau sambil pakai drama mata yang berkaca-kaca kayak di fim-film, tapi itu tidak berhasil buat Pak Asep luluh gaesss. Dan ah gue pasrah. Yang gue ingat posisi gue saat itu di depan kelas, menopang kedua tangan gue dengan posisi kepala mendangak ke atas. Dan apa yang terjadi setelahnya, gue lihat sepatu gue ada diatas pohon pepaya depan kelas gue. Kalau ngga salah, pohon pepayanya lumayan tinggi saat itu. Aduuh, mau marah, beliau guru, kan gue jadi gemeshhh. Untungnya sih Pak Asep udah bosan buat nulis nama gue di buku favoritnya itu, tapi perasaan gue tetap ngga berubah buat ngga mengganti sepatu gue ini haha. Dan lo harus tau, hidup gue ngga pernah tenang setiap lihat Pak Asep di sekolah, nafas gue seakan tersendat-sendat haha.
Dan semua cerita tentang aku dengannya, tetap menjadi cerita indah untukku ceritakan pada anak-anakku nanti, 'nak, nanti jangan kayak mamamu ini yaa' haha.
4. Bu Aan. Guru yang paling buat gue berkesan dengan kata-katanya saat gue dan beliau di perpus waktu jam istirahat, saat kelas 2. Beliau bilang gini "Ibu suka sama kamu, di setiap kelas pasti ada aja murid yang ibu suka. Ibu resep deh sama kamu, Wilda. Kamu cakep." Dan semenjak itu kita jadi dekat. Pulang bareng, makan bareng. Lah kok kayak pacaran ya haha. Iya, gue emang sedekat itu sama beliau. Bahkan guru yang paling sering gue tanyain kabar, sekalipun cuma "Ibu sehat?", ya cuma Bu Aan. Kalau jam istirahat, gue pasti sering ke ruang guru buat bertemu beliau dan menemaninya disana. Karena beliau sudah berumur dan kakinya juga sering sakit sampai pernah jatuh di kamar mandi. Ia selalu bawa bekal kalau mengajar, karena sulit kalau harus ke kantin dan mungkin ngga enak juga kalau setiap hari harus menyuruh seseorang membelikan makanan.
Banyak banget yang udah diceritain sama beliau, tentang KBMnya, siswa, nilai siswa, keluarganya, bahkan sampai hobbynya merajut pun gue tau. Dan gue punya tas rajutannya, hasilnya bagus. Waktu itu beliau main ke rumah, membawa semua hasil rajutan pesanan orang lain. And I'm so interested. Akhirnya kita pergi ke toko bahan buat beli bahan apa aja yang dibutuhin buat bikin tas rajut yang gue ingin. Kita juga sempat makan bareng, waktu itu kita makan bakso dan gue di traktir sama Bu Aan. Bu Aan juga pernah ngasih gue sebuah bross cantik banget, dan gue suka. Dan satu lagi yang ngga akan gue lupa kalau Bu Aan pernah ngasih gue nilai tertinggi seangkatan di nilai ujian gue, tapi gue lupa ujian apa, entah UAS entah praktek, sampai gue merasa ngga enak hati di kelas, karena saat itu list nilainya di tempel di depan pintu yang semua orang bisa lihat.
Gue berterimakasih banget pokoknya buat semua yang udah Bu Aan lakuin ke gue. Semoga Bu Aan baca ini dan tetap sehat selalu, Aamiin.
Duh, pokoknya masih banyak deh cerita gue sama beliau. Gue sayang sama Bu Aan meskipun kalau di kelas suka ngomel, tapi gue tau kalau omelannya itu bukan buat gue haha.
5. Bu Helga. Guru matematika favorit gue karena udah ngasih nilai ke gue tertinggi seangkatan haha, bukan, bukan karena itu alasannya. Kita emang udah akrab banget sampai ia punya panggilan khusus buat gue, 'WDS'. Dan gue ngga nyangka selama kita cerita-cerita cukup banyak, ternyata dia guru matematika teteh gue waktu di Nevar 17, saat itu dia bilang "pantes aja kamu pinter, teteh kamu kan pinter banget matematikanya waktu sama Ibu" "aah, Ibu bisa aja" Padahal pinternya teteh gue itu ngga ada hubungannya sama sekali sama gue kalau di rumah. Ohiya, beliau juga saudaranya Alla, sahabat gue yang sebelumnya pernah gue ceritain. Jadi makin dekat aja kan kita haha. Sampai mama waktu itu main ke rumah Bu Helga karena ada suatu kepentingan sama suaminya. Eit, jangan aneh mikirnya. Dan Bu Helga pun udah tau rumah gue. Intinya sekarang gue rindu panggilan ibu-ibu yang manggil gue 'WDS' haha.
6. Miss. Ati. Guru bahasa inggris cantik, waktu gue kelas 2. Kata Aji (teman kelas 2 dan 3) sih, gue mirip Miss. Ati, tapi kayaknya cantikkan gue deh, haha engga ya cuma bercanda. Beliau guru yang udah buat gue pertama kali jatuh cinta sama bahasa inggris. Kita dekat. Sampai ia manggil gue dengan sebutan 'da'. Karena 'da' itu panggilan dekat gue kalau di rumah. Udah sering juga kita cerita-cerita (tentang kuliah gue), curhat-curhatan, lumayan banyak juga sih.
7. Miss. Ria. Guru bahasa inggris gue waktu kelas 3. Gue akrab sama beliau sampai kita udah sering banget pulang bareng karena rumah yang searah. Entah gimana gue bisa seakrab itu. Setiap perjalanan pulang kita selalu cerita apa aja yang menurut kita absurd, cerita tentang Si Dika (gondrong) teman sekelas gue juga pernah. Pernah juga gue mengantar beliau buat check lab darah, tapi gue lupa waktu itu ia sakit apa. Sampai ia menanyakan rumah gue dimana, dan ternyata ia temannya anak Pa Rt yang rumahnya di belakang rumah gue haha.
8. Pak Wanto. Guru olahraga gue yang paling ganteng! Kalau ketemu sama gue yang selalu ditanya pasti teteh gue, hadeuh. Iya selain Bu Helga, Pak Wanto juga guru teteh gue waktu di Nevar 17. Kalau mama gue ke sekolah dan ketemu sama Pa Wanto, udah, nyambung.
Semua guru, baik sama gue. Tapi 8 nama guru di atas adalah orang yang buat gue berkesan selama gue berada disana. Sesempit inikah dunia sampai gue bisa dekat dengan mereka semua dan buat gue punya kesan tersendiri pada ceritanya masing-masing.
Pertemukanlah aku kembali dengan mereka....aku merindukan suara-suara itu.
Selain guru, orang berjasa buat gue selanjutnya adalah teteh kantin dan Si Bapak (suaminya), yang gue ngga tau nama mereka akhirnya gue panggil beliau bapak dan teteh meskipun yang lain manggilnya bunda, tapi gue maunya teteh dan ngga usah maksa gue buat ikutan manggil 'bunda' karena gue ngga suka panggilan bunda haha.
Mereka yang udah ngasih gue makan setiap gue lapar, yang ngasih gue minum setiap gue haus, yang selalu menjadi pendengar yang baik kalau gue curhat, yang selalu ngasih solusi saat gue cerita masalah-masalah gue, dan yang selalu sms gue tiap malam buat ngirimin pulsa haha.
Bicara soal teteh kantin, gue jadi inget umi. Yang rumahnya selalu jadi tempat gue mencari ketenangan, entah dari keindahan taman di halamannya, entah dari sikap-sikap baik keluarganya ke gue yang selalu manggil gue "neng Wilda" dan ngebiarin gue melakukan hal apapun disana yang gue suka. Tapi umi selalu marah tiap gue masak mie disana dengan cabe yang banyaknya ngga kira-kira. Iii bukan umi pelit, tapi umi ngga mau gue sakit perut. Gue sayang sama mereka semua. Dan gue rindu.
Sekarang rumahnya udah dibatasi tembok. Jadi ngga bisa lagi kerumahnya cuma dengan satu langkah kaya dulu.
Dulu, gue masih sering bertemu sama umi dan anaknya yang seumuran sama gue di pasar, umi belanja belanjaan buat di warungnya. Tapi sekarang gue udah ngga pernah ketemu umi lagi. Semoga umi sehat selalu dan berkah kehidupannya, karena umi orang baik.
Wilda rindu mau ketemu umi..
Gue merindukan The Xonic (kelas 1 SMA), dimana setiap gue ngepel kelas, kalian selalu buat kesal gue karena ulah kalian semua gaesss. Sampai Dwi bilang "Kita salah masuk kelas, Wil". Cuma Dwi (cowo), Indri sama Ardi yang mengerti gue saat itu haha. Ohiya, dulu cuma Dwi, teman yang paling sering lihat air mata gue kalau di sekolah. Saat gue merasa sendiri, benar-benar nggak ada siapapun di samping gue dan nggak tau harus apa. Gue pasti carinya Dwi. Hmm, Kabarnya dia kuliah di Bangka Belitung, jurusan Perminyakan kalau nggak salah. Sehat selalu ya Wi. Karena lu, gue kuat sampai sekarang.
Dan gue pun merindukan Abiost (kelas 2 & 3 SMA), yang paling punya banyak cerita setiap harinya gue disana.
Gue selalu lihat kalian semua dari kejauhan. Maaf gue belum mendekat. Tapi doa gue selalu yang terbaik buat orang yang pernah gue kenal dan ada bersama gue, termasuk kalian semua, Teman Seperjuangan!
Please jangan berpikir kalau gue itu sombong atau lupa sama kalian. Suatu saat kalian pasti akan mengerti 'gue kenapa'.
Dan hal yang paling gue rindukan lagi adalah mengerjakan LKS yang selalu udah gue kerjain di rumah lebih dulu. Karena sekarang tugas gue udah bukan sekedar nyari jawaban yang ada di halaman sebelumnya. Tapi lebih dari itu, bahkan kadang google pun ngga bisa bantu gue.
Masih ada orang yang punya cerita lain sama gue, tapi gue ngga mau bahas disini. Karena menurut gue ini aib buat masing-masing. Dan kalau kamu tau, kamu pasti bakal bikin pintu kamar kamu jadi bolong karena kamu tonjok haha. Entah kesalnya sama gue atau orang itu yang udah buat gue nangis kejer di kelas.
Dan cerita tentang kamu, itu masih akan ku simpan dan ku jaga baik-baik sampai menjadi rahasia negara, karena aku aset negara haha.