BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Mengetahui
cara pembuatan sediaan sirup
larutan sejati serta komponen yang menunjang stabilitas sediaan tersebut.
1.2
Dasar
Teori
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang
terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam
larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan
disebut pelarut atausolvent. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam
larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses
pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan
disebut pelarutan atau solvasi. Definisi lain, larutan adalah
sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut,sebagai pelarut digunakan air
suling kecuali dinyatakan lain. Suatu larutan didefinisikan sebagai campuran
fasa tunggal homogen dalam skala molekuler. Larutan terjadi apabila suatu zat
padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara
molekular dalam cairan tersebut. Bagian terbesar dalam sistem larutan adalah
pelarut (solvent) yang menentukan
fasa larutan. Bagian yang terlarut dinamakan solute yang merupakan fasa terdispersi dalam bentuk molekul atau
ion dalam pelarut.
Sediaan
larutan sejati dalam farmasi pada umumnya terdiri dari :
1. Bahan
berkhasiat : bahan obat yang akan dibuat dalam sediaan larutan
2. Bahan
pembantu, yang terdiri dari :
§ Pelarut
§ Pengatur
pH
§ Pengawet
§ Antioksidan
§ Flavour
§ Pengental
Penggunaan larutan
sebagai bentuk sediaan , umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan
memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Sediaan
padat secara kimia umumnya lebih stabil dibanding senyawa dalam larutan dan
dapat dikemas lebih ringkas dan ringan. Untuk semua larutan , terutama yang
mengandung pelarut mudah menguap, harus digunakan wadah tertutup rapat dan
terhindar dari panas berlebih. Jika senyawa tidak stabil dan mudah mengalami degradasi
secara fotokimia, penggunaan wadah tahan cahaya perlu dipertimbangkan.
Bentuk sediaan larutan
digolongkan menurut cara pemberiannya, misalnya larutan oral, larutan topikal
atau penggolongan didasarkan pada sistem pelarut seperti spirit, tingtur dan larutan
air. Larutan yang diberikan secara parenteral disebut injeksi.
Larutan oral adalah
sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat
dengan atau tanpa bahan pengaroma,pemanis atau pewarna yang larut dalam air
atau campuran kosolven-air. Larutan oral dapat diformulasikan untuk diberikan
langsung secara oral kepada pasien atau dalam bentuk lebih pekat yang harus
diencerkan lebih dulu sebelum diberikan.
Sirup termasuk kedalam
larutan oral. Sirop (Sirupi) adalah
sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar
tinggi. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai sirup atau Sirupus Simpleks. Penggunaan istilah
sirup juga digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang dibuat dengan
pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral.
Disamping sukrosa dan
gula lain, senyawa poliol tertentu seperti sorbitol dan gliserin dapat digunakan
dalam larutan oral untuk menghambat panghabluran dan untuk mengubah kelarutan,
rasa, dan sifat lain zat pembawa. Pada umumnya sediaan sirup merupakan sediaan
dengan dosis berulang (multile dose) dengan kadar kontaminasi mikroorganisme
sangat besar, oleh sebab itu diperlukan pengawet yang merupakan salah satu
bahan pembantu yang ditambahkan untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme.
Umumnya juga ditambahkan antimikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri,jamur
dan ragi.
Adanya mikroorganisme didalam sediaan akan
mempengaruhi stabilita sediaan atau potensi bahan berkhasiat. Sebagai
antioksidan di dalam sediaan larutan berfungsi sebagai proteksi terhadap bahan
aktif yang mudah teroksida oleh oksigen. Bahan pengental ditambahkan untuk
menaikkan konsistensi sediaan, sehingga dosis pemakaian lebih tepat. Dalam
sediaan larutan pada umumnya ditambahkan flavour untuk memperbaiki penampilan
sediaan dan mempermudah pemberian terutama pada anak-anak. Flavour terdiri dari
:
a. Pemanis
Sukrosa merupakan bahan pemanis yang
banyak dipakai karena secara kimia dan fisika stabil dalam pH larutan 4,0-8,0
dalam pemakaian sering dikombinasikan dengan sorbitol,gliserin dan poliol yang
lainnya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kristal gula pada penyimpanan.
Kristalisasi terjadi pada daerah leher botol yang dikenal dengan istilah “cap
locking”. Pemanis sintetis yang sering
digunakan antara lain sakarin dengan kadar kemanisan 250-500x sukrosa. Didalam farmasi tidak banyak
digunakan karena menimbulkan rasa pahit setelah pemakaian. Pemanis sintetis
aspartam mempunyai kadar kemanisan sekitar 200 x sukrosa tanpa memberikan rasa
pahit setelah pemakaian.
b. Bahan
Penutup Rasa
Ada empat rasa utama yang dapat
dirasakan oleh indera perasa kita yaitu : pahit, manis,asam dan asin yang dapat
ditutup dengan flavour sebagai berikut :
§ Asin,
ditutupi dengan vanilla,mint,peach,maple
§ Pahit,
ditutupi dengan rasa kacang,coklat,kombinasi mint
§ Manis
, disertai penawar rasa buah,vanilla
§ Asam
, ditutup dengan rasa jeruk, raspberry
Untuk mempertajam flavour yang dipakai
dapat ditambahkan mentol, kloroform dan garam.
c. Pewarna
Ditambahkan
untuk memperbaiki penampilan sediaan larutan. Zat warna yang digunakan tertentu
sesuai dengan ketentuan penggunaan zat warna khususnya untuk obat.
Penambahan
bahan pembantu yang lainnya dalam sediaan sirup berdasarkan data preformulasi
dan disesuaikan dengan sifat bahan berkhasiat yang dibuat. Prosedur pembuatan
sediaan larutan secara umum adalah sebagai berikut :
1. Air
sebagai pelarut atau pembawa harus dididihkan, kemudian didinginkan
2. Penimbangan
bahan berkhasiat dan bahan pembantu
3. Pembuatan
sirupus simpleks sebagai pengental dan pemanis
4. Bahan
berkhasiat dan bahan pembantu berbentuk serbuk dihaluskan dalam mortir.
5. Melarutkan
bahan berkhasiat dengan cara penambahan bahan berkhasiat sedikit-sedikit ke
dalam sejumlah volume pelarut sambil diaduk sampai larut sempurna.
6. Bahan
pembantu dilarutkan dengan cara yang sama ke dalam sebagian pelarut yang
diperlukan
7. Campurkan
bahan-bahan yang sudah larut satu persatu dan aduk sampai homogen
8. Penambahan
flavour dalam keadaan terlarut dalam pelarut yang dapat bercampur dengan
pelarut yang digunakan
9. Tambahkan
sisa pelarut sampai volume sediaan yang dibuat
10. Saring
seluruh larutan melalui kertas saring
11. Masukkan
ke dalam wadah botol yang telah ditara sebelumnya
BAB
II
METODE KERJA
2.1 Preformulasi
· Senyawa : Bromhexin HCl
(Farmakope Indonesia IV)
1. Warna
: Putih atau hampir putih
2. Rasa
:-
3. Bau
: Tidak berbau
4. Penampilan:
Serbuk kristal
5. Komentar
pengujian mikroskopik dan fotomikrograf: -
6. Polimorfisme
o
Solvat
o
Sifat kristal
7. Ukuran
partikel
8. Kelarutan
(mg/ml):
o
Air : sedikit larut dalam air
o
Etanol : sedikit larut
o
NHCL : -
o
Dapar pH 7.4: -
o
Lain lain : sedikit
larut dalam kloroform P, larut dalam aseton
9. Titik
lebur dan DSC
10. Bobot
jenis :
o
Sebenarnya: 412.6
o
Bulk
11. pH,
konsentrasi larutan dalam H2O : -
12. Pka
dan koefisien partisi : -
13. Kecepatan
disolusi dalam: -
o
Permukaan tetap: -
o
Suspensi: -
14. Stabilitas
“bulk” obat:
o
60 oC selama
30 hari :-
o
600 lumen selama 30
hari:-
o
Kelembaban relatif 80%,
25 oC selama 30 hari:-
15. Stabilitas
kelarutan:
o
Ph : -
o
Konstanta kecepatan : -
o
Energi aktivasi : -
16. Indikasi
:
Bromhexin adalah
mukleolitik yang digunakan dalam pengobatan gangguan pernapasan yang terkait
dengan batuk berdahak. Bromhexin biasanya diberikan secara oral dalam dosis
8-16 mg hidroklorida tiga kali sehari. Hal ini juga diberikan melalui suntikan
intravena dan intramaskular atau lambat dihirup sebagai solusi aerosol
17. EfekSamping
:
Efek Samping
gastrointestinal dapat terjadi kadang-kadang dengan bromhexine dan kenaikan
sementara nilai aminotrasferase serum setelah dilapokan. Efek lain yang dilaporkan
merugikan termasuk sakit kepala, psing, berkeringat dan ruam kulit
· Natrium Benzoat
(Farmakope Indonesia IV halaman 984)
1. BM = 144,11.
2. Rumus
molekul = C7H5NaO2.
3. Pemerian = Granul atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau praktis tidak berbau, stabil di udara.
4. Kelarutan = Mudah larut dalam air,
agak sukar larut dalam etanol dan lebih. Mudah larut dalam etanol 90%.
5. Kegunaan = Antioksidan, zat
pengawet.
6. OTT = Tidak bercampur
dengan 4 campuran yaitu : gelatin, garam – garam ferri, garam – garam kalsium,
dan logam – logam berat termasuk perak, dan raksa. Aktivitas pengawet mungkin
berkurang melalui interaksi dengan kaolin atau surfaktan non-ionik.
7. Konsentrasi = 0,02-0,5% (Excipients,
halaman 471).
8. Stabilitas = Larutan yang mengandung
air dapat disterilkan dengan autoclaving atau penyaringan.
· Air suling (aquadest)
(Farmakope Indonesia III halaman 96)
1. BM = 18,02.
2. Rumus
molekul = H2O.
3. Pemerian = Cairan jernih tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
4. Penyimpanan = Dalam wadah tertutup baik.
5. Stabilitas = Air adalah salah
satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus
disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan organik yang
dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi
dari partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak
fungsi air.
6. OTT = Dalam formula air dapat bereaksi
dengan bahan eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.
· Propilenglikol (
Farmakope Indonesia IV hal. 712, Excipient edisi 6 hal. 592 )
1. Rumus
Molekul = CH3CH(OH)CH2OH
2. Berat
Molekul = 76, 09
3. Pemerian = Cairan kental,
jernih,tidak berwarna ,rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab.
4. Kelarutan = Dapat bercampur
dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa
minyak essensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
5. Bj = 1,038 g/cm3
6. OTT = Dengan zat
pengoksidasi seperti Pottasium Permanganat
7. Konsentrasi = 10-25%
8. Stabilitas = Higroskopis dan
harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, lindungi dari cahaya, ditempat
dingin dan kering. Pada suhu yang tinggi akan teroksidasi menjadi
propionaldehid asam laktat, asam piruvat& asam asetat. Stabil jika dicampur
dengan etanol, gliserin, atau air.
9. Khasiat = Bersifat
antimikroba, desinfektan, pelembab, plastisazer, pelarut, stabilitas untuk vitamin.
10. Penyimpanan = Disimpan dalam wadah
tertutup rapat, terlindung dari cahaya ,
sejuk dan kering.
· Essence Melon
1. Pemerian = Cairan berwarna hijau
2. Kegunaan = Flavoring agent
3. Penyimpanan = Dalam wadah tertutup rapat
· Sirup Simpleks ( FI III
hal.567 )
1. Pemerian
: Cairan jernih tidak
berwarna
2. Pembuatan : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan
metal paraben 0,25% b/v secukupnya sehingga diperoleh 100 bagian sirup.
3. Kegunaan : Pemanis, zat tambahan
4. Konsentrasi : 20-60%
5. Penyimpanan : Wadah tertutup rapat, ditempat sejuk.
· OLEUM MENTHAE
PIPERITAE( FI III hal 458)
1. Nama
Lain : Minyak
permen, pepermin oil
2. Nama
Tanaman Asal : Mentha piperita
(L.)
3. Keluarga : Lamiaceae
4. Zat
Berkhasiat Utama / Isi : Menthol,
metilasetat
5. Persyaratan
Kadar : Kadar ester
dihitung sebagai metal asetat tidak kurang dari 4 % dan tidak lebih dari 9 %,
kadar mentol bebas tidak kurang dari 45 %
6. Penggunaan : Karminativa, stimulansia, sebagai obat
mulas
7. Sedian :
8. Aqua
Menthae piperitae (FI)
9. Aluminii
Hydroxydi Compressi ( Form. Nas )
10. Balsamum
album ( Form. Nas )
11. Ferro
Tonicum Solutio ( Form. Nas )
12. Potio
alba ( Form. Nas )
13. Thymoli
Solutio aromatika ( Form. Nas )
14. Zinci
Chloridi Gargarisma ( Form. Nas )
15. Pemerian : Cairan tidak
berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau aromatik, rasa pedas kemudian
dingin
16. Cara
memperoleh : Minyak atsiri
yang diperoleh dengan penyulingan air pucuk berbunga segar, jika perlu
dimurnikan
17. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,
terisi penuh, terlindung dari cahaya.
3.1.
Alat & Bahan
A. Alat
1. Mortir 6. Penangas
air 11. Rak tabung
2. Stamper 7. Spatula 12. Alumunium
foil
3. Beaker
Glass 8.
Timbangan 13.
Cawan uap
4. Pipet
tetes 9. Lap 14. Gelas
Ukur
5. Batang
pengaduk 10. Tabung sedimentasi 15. Kertas Perkamen
B.
Bahan
1. Aquades
2. Amonium
Klorida
3. Gula
4. Natrium
Benzoat
5. Pewarna
hijau
6. Essence
melon
2.2 Cara
Kerja
1. Dididihkan
aqua didalam beaker glass diatas penangas air
2. Botol
tempat oabt dikalibrasi 100 ml
3. Ditimbang
bahan berkhasiat dan bahan pembantu lainnya
4. Dilarutkan
sirupus simpleks dengan sedikit air panas
5. Bahan
berkhasiat dan bahan pembantu dihaluskan dalam mortir
6. Bahan
berkhasiat dilarutkan dengan cara ditambahkan ke dalam sejumlah volume pelarut
sambil diaduk hingga larut sempurna
7. Bahan
pembantu dilarutkan dengan cara yang sama dengan bahan berkhasiat dengan cara
ditambahkan ke dalam sebagian pelarut yang diperlukan
8. Dicampurkan
bahan-bahan yang telah larut satu persatu sambil diaduk hingga homogen
9. Ditambahkan
sirupus simpleks sesuai formula sambil diaduk hingga homogen
10. Ditambahkan
essence dan pewarna secukupnya,diaduk hingga homogen
11. Kemudian
sediaan sirup dimasukkan kedalam botol obat yang telah dikalibrasi 100 ml,
ditambahkan aqua ad 100 ml dan tabung kemudian ditutup.
12. Sebelum
disimpan dilakukan beberapa pengujian
13. Dilakukan
pengujian massa jenis sirup dengan menggunakan piknometer
14. Dilakukan
pengujian pH dengan menggunakan kertas indikator pH universal
BAB
III
HASIL
& PEMBAHASAN
3.1 Formula dan Perhitungan
A. Formula
Formula
|
1
|
2
|
3
|
Bromhexine
HCL
|
0,08
%
|
0,08
%
|
0,08
%
|
Sirupus
simpleks
|
20%
|
25%
|
30%
|
Na-Benzoat
|
0,1%
|
0,1%
|
0,1%
|
Essence
(Melon)
|
2
tetes
|
2
tetes
|
2
tetes
|
Pewarna
(Hijau)
|
1
tetes
|
1
tetes
|
1
tetes
|
Aqua
ad
|
100
ml
|
100
ml
|
100
ml
|
4.2. Data Hasil Percobaan
A. Formula 1
Pengamatan
|
Hari ke-
|
|||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Warna
|
Hijau(+++)
|
Hijau(+++)
|
Hijau(+++)
|
Hijau
(++)
|
Hijau
(++)
|
Hijau
(++)
|
Bau/Aroma
|
Melon
- mint (+++)
|
Melon
- mint
(+++)
|
Melon
- mint
(+++)
|
Melon
- mint
(++)
|
Melon
- mint
(++)
|
Melon
- mint
(++)
|
Rasa
|
Manis
(+++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
Endapan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jernih
|
(+++)
|
(+++)
|
(+++)
|
(++)
|
(++)
|
(++)
|
Tinggi
|
5,3
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5,3
|
BJ
|
1,2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1,2
|
PH
|
7,28
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7,22
|
Viskositas
|
1,17
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1,10
|
B. Formula 2
Pengamatan
|
Hari
ke-
|
|||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Warna
|
Hijau(+++)
|
Hijau(+++)
|
Hijau(+++)
|
Hijau (++)
|
Hijau (++)
|
Hijau (++)
|
Bau/Aroma
|
Melon - mint (+++)
|
Melon - mint
(+++)
|
Melon - mint
(+++)
|
Melon - mint
(++)
|
Melon - mint
(++)
|
Melon - mint
(++)
|
Rasa
|
Manis
(+++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
Endapan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jernih
|
(+++)
|
(+++)
|
(+++)
|
(++)
|
(++)
|
(++)
|
Tinggi
|
5,9
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5,9
|
BJ
|
1,2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1,2
|
PH
|
7,39
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7,2
|
Viskositas
|
1,65
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1,4
|
C. Formula 3
Pengamatan
|
Hari
ke-
|
|||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Warna
|
Hijau(+++)
|
Hijau(+++)
|
Hijau(+++)
|
Hijau (++)
|
Hijau (++)
|
Hijau (++)
|
Bau/Aroma
|
Melon - mint (+++)
|
Melon - mint
(+++)
|
Melon - mint
(+++)
|
Melon - mint
(++)
|
Melon - mint
(++)
|
Melon - mint
(++)
|
Rasa
|
Manis
(+++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
manis
(++)
|
Endapan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jernih
|
(+++)
|
(+++)
|
(+++)
|
(++)
|
(++)
|
(++)
|
Tinggi
|
5,8
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5,8
|
BJ
|
1,2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1,2
|
PH
|
7,32
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7,2
|
Viskositas
|
1,67
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1,77
|
B. Perhitungan
· Perhitungan
Sediaan
Formula
1
Bromhexin
hcl = 0,08/100x 100 = 0,08 g
Propilen
glikol = 20/100 x 100 = 20 g
Syrupus
simplex = 20/100 x 100 = 20 g
Na-Benzoat = 0,1/100 x 100 = 0,1 g
Essens
melon = 2 tetes
Essens
mint = 1 tetes
Pewarna
hijau = 1 tetes
Aquadest = ad 100 ml – (0,08+20+20+0,1)
=59,82
ml
Formula
2
Bromhexin
hcl = 0,08/100x 100 = 0,08 g
Propilen
glikol = 20/100 x 100 = 20 g
Syrupus
simplex = 25/100 x 100 = 25 g
Na-Benzoat = 0,1/100 x 100 = 0,1 g
Essens
melon = 2 tetes
Essens
mint = 1 tetes
Pewarna
hijau = 1 tetes
Aquadest = ad 100 ml - (0,08+20+25+0,1)
=54,82
ml
Formula
3
Bromhexin
hcl = 0,08/100x 100 = 0,08 g
Propilen
glikol = 20/100 x 100 = 20 g
Syrupus
simplex = 30/100 x 100 = 30 g
Na-Benzoat = 0,1/100 x 100 = 0,1 g
Essens
melon = 2 tetes
Essens
mint = 1 tetes
Pewarna
hijau = 1 tetes
Aquadest = ad 100 ml - (0,08+20+30+0,1)
=49,82
ml
3.2 Data
Pengamatan
3.3 Pembahasan
Pada
praktikum kali ini, kita akan membuat suatu sediaan sirup dengan bahan aktif
yaitu Bromhexin HCL.Bromhexine sendiri merupakan obat dari golongan mukolitik
(obat yang dapat membantu menurunkan kekentalan sputum, khususnya dari saluran
napas bagian bawah) yang berasal dari turunan sintetik alkaloid tumbuhan
Adhatoda vasica. Olehkarena fungsi diatas, obat ini diindikasikan untuk pasien
dengan radang pada bronkus baik akut maupun kronik (emfisema, bronkitis, dan chronic
asthmatic bronchitis).
Bromhexin
HCL ini dibuat sirup dengan beberapa bahan
pembantu seperti, sirupus simplex, Na-Benzoat, propilen glikol, pewarna,
essence dan aquadest. Di buat sediaan sirup dengan 3 formula yang berbeda
jumlah bahan pembantunya. Penggunaan sirupus simplex pada formula I, II dan
III, yaitu 20%; 25%; 30%. Perasa dan
pewarna yang digunakan, yaitu hijau
dengan aromatik khas melon ditambah sedikit pengaroma mint.
Untuk
formula sirup ini terdiri dari Bromhexin HCL sebagai bahan aktif sediaan,
propilen glikol digunakan sebagai pelarut atau kosolven yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kelarutan suatu obat, dan juga sebagai wetting agent atau
sebagai zat pendispersi juga digunakan untuk menaikkan viskositas dari sirup.
Selanjutnya Na Benzoat yang digunakan sebagai pengawet yang bersifat
bakteriostatik dimana akan menahan pertumbuhan bakteri dalam sediaan yang
dibuat. Bahan tambahan selanjutnya yaitu syrupus simplex yang digunakan sebagai
pemanis dan dalam jumah dan konsentrasi yang banyak dapat digunakan sebagai
pengawet juga meningkatkan viskositas, untuk pewarna dan perasa yang digunakan
adalah warna hijau juga essense berasa melon serta ditambah sedikit pengaroma
mint untuk menambah rasa saat digunakan karena sediaan sirup yang kita buat ini
adalah ditujukkan bagi penderita gangguan pernafasan seperti batuk. Bahan yang
terakhir yaitu aquadest sebagai pelarut sediaan sirup ini.
Setelah
melalu beberapa pengamatan dalam beberapa hari. Untuk formulasi sirup bromhexin
HCLini dapat dikatakan baik, karena dari awal pembuatan sampai pengecekan hari
ke-6 sediaan sirup relatif stabil ditandai dengan tidak adanya endapan, akan
tetapi warna sirup sedikit berubah, dan aromanya mulai pudar. Salah satu pengawet
yang digunakan, yaitu Na-Benzoat.Untuk melarutkan Bromhexin HCL dan Na-Benzoat
harus dengan air yang mendidih dan sambil dipanaskan, pada saat pencampuran
semua bahan terlarut dengan sempurna, hal tersebut menyebabkan sirup menjadi
stabil. Hasil pengecekan pada hari pertama formula I, II, III hanya rasa dan
warna serta kejernihan yang membuat sirup tidak baik, karena rasa manis yang
mulai menurun dibanding pada hari pertama. Rasa manis serta agak pahit yang
ditimbulkan disebabkan oleh rasa bawaan zat aktif bromhexin HCL tersebut dan
konsentrasi penambahan pemanisnya. Penambahan jumlah volume sirupus simplex tidak
terlalu berpengaruh karena konsentrasinya yang hanya 20, 25, dan 30% saja.
Hingga pengecekan hari ke-6 tidak adanya perubahan rasa yang signifikan. Dari
segi warna dan kejernihan sediaan sirup yang kami buat dan diukur selama 6 hari
terjadi perubahan warna dimana warna hijau yang dihasilkan memudar serta
kejernihannya berkurang sehingga sediaan tersebut menjadi agak keruh. Tetapi
ada formula yang cukup baik pada sediaan sirup bromhexin hcl ini, yaitu formula
III. Karena jika dibandingkan dengan formula I, II, sediaan pada formula III
memiliki rasa yang cukup baik yaitu dengan rasa manis yang lebih kuat serta
rasa pahit yang tidak begitu pekat.
Penyebab
berubahnya kestabilan dari sediaan yang kami buat ini setelah dilakukan
penelusuran ternyata essence dan pewarna yang kami gunakan sudah mencapai exp datesehingga kekeruhan dan warna
yang memudar ini disebabkan kontaminasi dari pewarna dan perasa itu sendiri.
Untuk
pengukuran PH, BJ serta viskositas tidak menunjukan perubahan yang signifikan
dimana ph dari semua formula berada pada kisaran Ph netral yaitu 7. Untuk bobot
jenis juga masih sama dimana tidak adanya perubahan sedangkan untuk viskositas
perubahan yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan. Secara garis besar sediaan
sirup yang kami buat memiliki kstabilan yang lumayan baik hanya saja dari segi
warna,an rasanya yang berkurang dan tidak baik jika di konsumsi.
BAB
IV
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa
untuk membuat sediaan sirup yang baik hal – hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :
· Karakteristik
bahan baku, baik secara kimiawi maupun secara fisik
· Sifat
zat aktif yang akan digunaka
· Kebersihan
wadah dan alat/mesin produksi yang digunakan
· Pemilihan
bahan baku, termasuk air (purified water) yang digunakan harus matang
· Prosedur
pencampuran (harus memperhatikan derajat kelarutan)
· Pengisian
ke dalam wadah (botol)
· Kecepatan
pengadukan/pencampuran
· Perubahan
warna yang terjadi disebabkan kecerobohan praktikan dalam menuangkan zat
pewarna dan perasa yang seharusnya sudah tidak layak digunakan lagi.
· Dari ketiga formula yang
dibuat dapat disimpulkan formula yang paling baik adalah formula nomor 3.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.1979.
Farmakope
Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.1995.
Farmakope
Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Sadiah, Siti, dkk. 2013. Penuntun
Praktikum Semester Genap Farmaseutika
1.
Bogor: Universitas Pakuan Press.
No comments:
Post a Comment