Sunday, December 24, 2017

Sediaan Sirup Larutan Sejati


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Tujuan Percobaan
Mengetahui cara pembuatan sediaan sirup larutan sejati serta komponen yang menunjang stabilitas sediaan tersebut.

1.2  Dasar Teori
Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atausolvent. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Definisi lain, larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut,sebagai pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Suatu larutan didefinisikan sebagai campuran fasa tunggal homogen dalam skala molekuler. Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekular dalam cairan tersebut. Bagian terbesar dalam sistem larutan adalah pelarut (solvent) yang menentukan fasa larutan. Bagian yang terlarut dinamakan solute yang merupakan fasa terdispersi dalam bentuk molekul atau ion dalam pelarut.
Sediaan larutan sejati dalam farmasi pada umumnya terdiri dari :
1.     Bahan berkhasiat : bahan obat yang akan dibuat dalam sediaan larutan
2.     Bahan pembantu, yang terdiri dari :
§  Pelarut           
§  Pengatur pH   
§  Pengawet
§  Antioksidan
§  Flavour          
§  Pengental       
Penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan , umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur. Sediaan padat secara kimia umumnya lebih stabil dibanding senyawa dalam larutan dan dapat dikemas lebih ringkas dan ringan. Untuk semua larutan , terutama yang mengandung pelarut mudah menguap, harus digunakan wadah tertutup rapat dan terhindar dari panas berlebih. Jika senyawa tidak stabil dan mudah mengalami degradasi secara fotokimia, penggunaan wadah tahan cahaya perlu dipertimbangkan.
Bentuk sediaan larutan digolongkan menurut cara pemberiannya, misalnya larutan oral, larutan topikal atau penggolongan didasarkan pada sistem pelarut seperti spirit, tingtur dan larutan air. Larutan yang diberikan secara parenteral disebut injeksi.
Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air. Larutan oral dapat diformulasikan untuk diberikan langsung secara oral kepada pasien atau dalam bentuk lebih pekat yang harus diencerkan lebih dulu sebelum diberikan.
Sirup termasuk kedalam larutan oral. Sirop (Sirupi) adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi. Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai sirup atau Sirupus Simpleks. Penggunaan istilah sirup juga digunakan untuk bentuk sediaan cair lain yang dibuat dengan pengental dan pemanis, termasuk suspensi oral.
Disamping sukrosa dan gula lain, senyawa poliol tertentu seperti sorbitol dan gliserin dapat digunakan dalam larutan oral untuk menghambat panghabluran dan untuk mengubah kelarutan, rasa, dan sifat lain zat pembawa. Pada umumnya sediaan sirup merupakan sediaan dengan dosis berulang (multile dose) dengan kadar kontaminasi mikroorganisme sangat besar, oleh sebab itu diperlukan pengawet yang merupakan salah satu bahan pembantu yang ditambahkan untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme. Umumnya juga ditambahkan antimikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri,jamur dan ragi.
Adanya  mikroorganisme didalam sediaan akan mempengaruhi stabilita sediaan atau potensi bahan berkhasiat. Sebagai antioksidan di dalam sediaan larutan berfungsi sebagai proteksi terhadap bahan aktif yang mudah teroksida oleh oksigen. Bahan pengental ditambahkan untuk menaikkan konsistensi sediaan, sehingga dosis pemakaian lebih tepat. Dalam sediaan larutan pada umumnya ditambahkan flavour untuk memperbaiki penampilan sediaan dan mempermudah pemberian terutama pada anak-anak. Flavour terdiri dari :


a.      Pemanis
Sukrosa merupakan bahan pemanis yang banyak dipakai karena secara kimia dan fisika stabil dalam pH larutan 4,0-8,0 dalam pemakaian sering dikombinasikan dengan sorbitol,gliserin dan poliol yang lainnya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kristal gula pada penyimpanan. Kristalisasi terjadi pada daerah leher botol yang dikenal dengan istilah “cap locking”. Pemanis sintetis yang sering  digunakan antara lain sakarin dengan kadar kemanisan 250-500x  sukrosa. Didalam farmasi tidak banyak digunakan karena menimbulkan rasa pahit setelah pemakaian. Pemanis sintetis aspartam mempunyai kadar kemanisan sekitar 200 x sukrosa tanpa memberikan rasa pahit setelah pemakaian.
b.     Bahan Penutup Rasa
Ada empat rasa utama yang dapat dirasakan oleh indera perasa kita yaitu : pahit, manis,asam dan asin yang dapat ditutup dengan flavour sebagai berikut :
§  Asin, ditutupi dengan vanilla,mint,peach,maple
§  Pahit, ditutupi dengan rasa kacang,coklat,kombinasi mint
§  Manis , disertai penawar rasa buah,vanilla
§  Asam , ditutup dengan rasa jeruk, raspberry
Untuk mempertajam flavour yang dipakai dapat ditambahkan mentol, kloroform dan garam.
c.      Pewarna
Ditambahkan untuk memperbaiki penampilan sediaan larutan. Zat warna yang digunakan tertentu sesuai dengan ketentuan penggunaan zat warna khususnya untuk obat.
Penambahan bahan pembantu yang lainnya dalam sediaan sirup berdasarkan data preformulasi dan disesuaikan dengan sifat bahan berkhasiat yang dibuat. Prosedur pembuatan sediaan larutan secara umum adalah sebagai berikut :
1.     Air sebagai pelarut atau pembawa harus dididihkan, kemudian didinginkan
2.     Penimbangan bahan berkhasiat dan bahan pembantu
3.     Pembuatan sirupus simpleks sebagai pengental dan pemanis
4.     Bahan berkhasiat dan bahan pembantu berbentuk serbuk dihaluskan dalam mortir.
5.     Melarutkan bahan berkhasiat dengan cara penambahan bahan berkhasiat sedikit-sedikit ke dalam sejumlah volume pelarut sambil diaduk sampai larut sempurna.
6.     Bahan pembantu dilarutkan dengan cara yang sama ke dalam sebagian pelarut yang diperlukan
7.     Campurkan bahan-bahan yang sudah larut satu persatu dan aduk sampai homogen
8.     Penambahan flavour dalam keadaan terlarut dalam pelarut yang dapat bercampur dengan pelarut yang digunakan
9.     Tambahkan sisa pelarut sampai volume sediaan yang dibuat
10.  Saring seluruh larutan melalui kertas saring
11.  Masukkan ke dalam wadah botol yang telah ditara sebelumnya
BAB II
METODE KERJA

2.1 Preformulasi
·       Senyawa : Bromhexin HCl (Farmakope Indonesia IV)
1.     Warna : Putih atau hampir putih
2.     Rasa :-
3.     Bau : Tidak berbau
4.     Penampilan: Serbuk kristal
5.     Komentar pengujian mikroskopik dan fotomikrograf: -
6.     Polimorfisme
o   Solvat
o   Sifat kristal
7.     Ukuran partikel
8.     Kelarutan (mg/ml):
o   Air       : sedikit larut dalam air
o   Etanol : sedikit larut
o   NHCL : -
o   Dapar pH 7.4: -
o   Lain lain : sedikit larut dalam kloroform P, larut dalam aseton
9.     Titik lebur dan DSC
10.  Bobot jenis :
o   Sebenarnya: 412.6
o   Bulk
11.  pH, konsentrasi larutan dalam H2O : -
12.  Pka dan koefisien partisi : -
13.  Kecepatan disolusi dalam: -
o   Permukaan tetap: -
o   Suspensi: -
14.  Stabilitas “bulk” obat:
o   60 oC selama 30 hari :-
o   600 lumen selama 30 hari:-
o   Kelembaban relatif 80%, 25 oC selama 30 hari:-
15.  Stabilitas kelarutan:
o   Ph : -
o   Konstanta kecepatan : -
o   Energi aktivasi : -
16.  Indikasi : 
Bromhexin adalah mukleolitik yang digunakan dalam pengobatan gangguan pernapasan yang terkait dengan batuk berdahak. Bromhexin biasanya diberikan secara oral dalam dosis 8-16 mg hidroklorida tiga kali sehari. Hal ini juga diberikan melalui suntikan intravena dan intramaskular atau lambat dihirup sebagai solusi aerosol
17.  EfekSamping :
Efek Samping gastrointestinal dapat terjadi kadang-kadang dengan bromhexine dan kenaikan sementara nilai aminotrasferase serum setelah dilapokan. Efek lain yang dilaporkan merugikan termasuk sakit kepala, psing, berkeringat dan ruam kulit

·       Natrium Benzoat (Farmakope Indonesia IV halaman 984)
1.     BM                              = 144,11.                    
2.     Rumus molekul           = C7H5NaO2.
3.     Pemerian                      = Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil di udara.
4.     Kelarutan                     = Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih. Mudah larut dalam etanol 90%.
5.     Kegunaan                    = Antioksidan, zat pengawet.
6.     OTT                             = Tidak bercampur dengan 4 campuran yaitu : gelatin, garam – garam ferri, garam – garam kalsium, dan logam – logam berat termasuk perak, dan raksa. Aktivitas pengawet mungkin berkurang melalui interaksi dengan kaolin atau surfaktan non-ionik.
7.     Konsentrasi                 = 0,02-0,5% (Excipients, halaman 471).
8.     Stabilitas                      = Larutan yang mengandung air dapat disterilkan dengan autoclaving atau penyaringan.

·       Air suling (aquadest) (Farmakope Indonesia III halaman 96)
1.     BM                                 = 18,02.                  
2.     Rumus molekul               = H2O.
3.     Pemerian                         = Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
4.     Penyimpanan                  = Dalam wadah tertutup baik.
5.     Stabilitas                         = Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
6.     OTT                                = Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.

·       Propilenglikol ( Farmakope Indonesia IV hal. 712, Excipient edisi 6 hal. 592 )
1.     Rumus Molekul               = CH3CH(OH)CH2OH
2.     Berat Molekul                 = 76, 09
3.     Pemerian                         = Cairan kental, jernih,tidak berwarna ,rasa khas, praktis tidak berbau,     menyerap air pada udara lembab.
4.     Kelarutan                        = Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak essensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
5.     Bj                = 1,038 g/cm3
6.     OTT                                 = Dengan zat pengoksidasi seperti Pottasium Permanganat
7.     Konsentrasi                     = 10-25%
8.     Stabilitas                         = Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, lindungi dari cahaya, ditempat dingin dan kering. Pada suhu yang tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat& asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol, gliserin, atau air.
9.     Khasiat                            = Bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab, plastisazer, pelarut,        stabilitas   untuk vitamin.
10.  Penyimpanan                   = Disimpan dalam wadah tertutup  rapat, terlindung dari cahaya , sejuk dan kering.

·       Essence Melon
1.     Pemerian                     = Cairan berwarna hijau
2.     Kegunaan                    = Flavoring agent
3.     Penyimpanan               = Dalam wadah tertutup rapat

·       Sirup Simpleks ( FI III hal.567 )
1.     Pemerian              : Cairan jernih tidak berwarna
2.     Pembuatan           : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metal paraben 0,25% b/v secukupnya sehingga diperoleh 100 bagian sirup.
3.     Kegunaan            : Pemanis, zat tambahan
4.     Konsentrasi          : 20-60%
5.     Penyimpanan       : Wadah tertutup rapat, ditempat sejuk.

·       OLEUM MENTHAE PIPERITAE( FI III hal 458)
1.     Nama Lain                          : Minyak permen, pepermin oil
2.     Nama Tanaman Asal           : Mentha piperita (L.)
3.     Keluarga                              : Lamiaceae
4.     Zat Berkhasiat Utama / Isi  : Menthol, metilasetat
5.     Persyaratan Kadar               : Kadar ester dihitung sebagai metal asetat tidak kurang dari 4 % dan tidak lebih dari 9 %, kadar mentol bebas tidak kurang dari 45 %
6.     Penggunaan                         : Karminativa, stimulansia, sebagai obat mulas
7.     Sedian                                 :
8.     Aqua Menthae piperitae (FI)
9.     Aluminii Hydroxydi Compressi ( Form. Nas )
10.  Balsamum album ( Form. Nas )
11.  Ferro Tonicum Solutio ( Form. Nas )
12.  Potio alba ( Form. Nas )
13.  Thymoli Solutio aromatika ( Form. Nas )
14.  Zinci Chloridi Gargarisma ( Form. Nas )
15.  Pemerian                             : Cairan tidak berwarna, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau aromatik, rasa pedas kemudian dingin
16.  Cara memperoleh                : Minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan air pucuk berbunga segar, jika perlu dimurnikan
17.  Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya.

3.1. Alat & Bahan
A. Alat
1.     Mortir                                     6. Penangas air                       11. Rak tabung
2.     Stamper                                  7. Spatula                                12. Alumunium foil
3.     Beaker Glass                           8. Timbangan                          13. Cawan uap
4.     Pipet tetes                               9. Lap                                      14. Gelas Ukur
5.     Batang pengaduk                  10. Tabung sedimentasi            15. Kertas Perkamen

B. Bahan
1.     Aquades
2.     Amonium Klorida
3.     Gula
4.     Natrium Benzoat
5.     Pewarna hijau
6.     Essence melon

2.2 Cara Kerja
1.     Dididihkan aqua didalam beaker glass diatas penangas air
2.     Botol tempat oabt dikalibrasi 100 ml
3.     Ditimbang bahan berkhasiat dan bahan pembantu lainnya
4.     Dilarutkan sirupus simpleks dengan sedikit air panas 
5.     Bahan berkhasiat dan bahan pembantu dihaluskan dalam mortir
6.     Bahan berkhasiat dilarutkan dengan cara ditambahkan ke dalam sejumlah volume pelarut sambil diaduk hingga larut sempurna
7.     Bahan pembantu dilarutkan dengan cara yang sama dengan bahan berkhasiat dengan cara ditambahkan ke dalam sebagian pelarut yang diperlukan
8.     Dicampurkan bahan-bahan yang telah larut satu persatu sambil diaduk hingga homogen
9.     Ditambahkan sirupus simpleks sesuai formula sambil diaduk hingga homogen
10.  Ditambahkan essence dan pewarna secukupnya,diaduk hingga homogen
11.  Kemudian sediaan sirup dimasukkan kedalam botol obat yang telah dikalibrasi 100 ml, ditambahkan aqua ad 100 ml dan tabung kemudian ditutup.
12.  Sebelum disimpan dilakukan beberapa pengujian
13.  Dilakukan pengujian massa jenis sirup dengan menggunakan piknometer
14.  Dilakukan pengujian pH dengan menggunakan kertas indikator pH universal
















BAB III
HASIL & PEMBAHASAN

3.1 Formula dan Perhitungan
A. Formula

Formula
1
2
3
Bromhexine HCL
0,08 %
0,08 %
0,08 %
Sirupus simpleks
20%
25%
30%
Na-Benzoat
0,1%
0,1%
0,1%
Essence (Melon)
2 tetes
2 tetes
2 tetes
Pewarna (Hijau)
1 tetes
1 tetes
1 tetes
Aqua ad
100 ml
100 ml
100 ml


4.2. Data Hasil Percobaan

A.  Formula 1

Pengamatan
Hari ke-
0
1
2
3
4
5
Warna
Hijau(+++)
Hijau(+++)
Hijau(+++)
Hijau (++)
Hijau (++)
Hijau (++)
Bau/Aroma
Melon -   mint (+++)
Melon -  mint  (+++)
Melon -  mint  (+++)
Melon -  mint  (++)
Melon -  mint  (++)
Melon -  mint  (++)
Rasa
Manis
(+++)
manis
(++)
manis
(++)
manis
(++)
manis
(++)
manis
(++)
Endapan
-
-
-
-
-
-
Jernih
(+++)
(+++)
(+++)
(++)
(++)
(++)
Tinggi
5,3
-
-
-
-
5,3
BJ
1,2
-
-
-
-
1,2
PH
7,28
-
-
-
-
7,22
Viskositas
1,17
-
-
-
-
1,10



B.  Formula 2


Pengamatan
Hari ke-
0
1
2
3
4
5
Warna
Hijau(+++)
Hijau(+++)
Hijau(+++)
Hijau (++)
Hijau (++)
Hijau (++)
Bau/Aroma
Melon - mint (+++)
Melon -  mint  (+++)
Melon -  mint  (+++)
Melon -  mint  (++)
Melon -  mint  (++)
Melon -  mint  (++)
Rasa
Manis
(+++)
manis
(++)
manis
(++)
manis
(++)
manis
(++)
manis
(++)
Endapan
-
-
-
-
-
-
Jernih
(+++)
(+++)
(+++)
(++)
(++)
(++)
Tinggi
5,9
-
-
-
-
5,9
BJ
1,2
-
-
-
-
1,2
PH
7,39
-
-
-
-
7,2
Viskositas
1,65
-
-
-
-
1,4






C.  Formula 3

Pengamatan
Hari ke-
0
1
2
3
4
5
Warna
Hijau(+++)
Hijau(+++)
Hijau(+++)
Hijau (++)
Hijau (++)
Hijau (++)
Bau/Aroma
Melon -   mint (+++)
Melon -  mint  (+++)
Melon -  mint  (+++)
Melon -  mint  (++)
Melon -  mint  (++)
Melon -  mint  (++)
Rasa
Manis
(+++)
manis
(++)
manis
(++)
manis
(++)
manis
(++)
manis
(++)
Endapan
-
-
-
-
-
-
Jernih
(+++)
(+++)
(+++)
(++)
(++)
(++)
Tinggi
5,8
-
-
-
-
5,8
BJ
1,2
-
-
-
-
1,2
PH
7,32
-
-
-
-
7,2
Viskositas
1,67
-
-
-
-
1,77

B. Perhitungan
·       Perhitungan Sediaan
Formula 1
Bromhexin hcl       = 0,08/100x 100 = 0,08 g
Propilen glikol       = 20/100  x 100 = 20 g
Syrupus simplex    = 20/100  x 100 = 20 g
Na-Benzoat                        = 0,1/100  x 100 = 0,1 g
Essens melon         = 2 tetes
Essens mint                        = 1 tetes
Pewarna hijau        = 1 tetes
Aquadest                = ad 100 ml – (0,08+20+20+0,1)
                               =59,82 ml
Formula 2
Bromhexin hcl       = 0,08/100x 100 = 0,08 g
Propilen glikol       = 20/100  x 100 = 20 g
Syrupus simplex    = 25/100  x 100 = 25 g
Na-Benzoat                        = 0,1/100  x 100 = 0,1 g
Essens melon         = 2 tetes
Essens mint                        = 1 tetes
Pewarna hijau        = 1 tetes
Aquadest                = ad 100 ml - (0,08+20+25+0,1)
                               =54,82 ml

Formula 3
Bromhexin hcl       = 0,08/100x 100 = 0,08 g
Propilen glikol       = 20/100  x 100 = 20 g
Syrupus simplex    = 30/100  x 100 = 30 g
Na-Benzoat                        = 0,1/100  x 100 = 0,1 g
Essens melon         = 2 tetes
Essens mint                        = 1 tetes
Pewarna hijau        = 1 tetes
Aquadest                = ad 100 ml - (0,08+20+30+0,1)
                               =49,82 ml

3.2  Data Pengamatan

3.3  Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kita akan membuat suatu sediaan sirup dengan bahan aktif yaitu Bromhexin HCL.Bromhexine sendiri merupakan obat dari golongan mukolitik (obat yang dapat membantu menurunkan kekentalan sputum, khususnya dari saluran napas bagian bawah) yang berasal dari turunan sintetik alkaloid tumbuhan Adhatoda vasica. Olehkarena fungsi diatas, obat ini diindikasikan untuk pasien dengan radang pada bronkus baik akut maupun kronik (emfisema, bronkitis, dan chronic asthmatic bronchitis).
Bromhexin HCL ini dibuat sirup dengan  beberapa bahan pembantu seperti, sirupus simplex, Na-Benzoat, propilen glikol, pewarna, essence dan aquadest. Di buat sediaan sirup dengan 3 formula yang berbeda jumlah bahan pembantunya. Penggunaan sirupus simplex pada formula I, II dan III,  yaitu 20%; 25%; 30%. Perasa dan pewarna  yang digunakan, yaitu hijau dengan aromatik khas melon ditambah sedikit pengaroma mint.
Untuk formula sirup ini terdiri dari Bromhexin HCL sebagai bahan aktif sediaan, propilen glikol digunakan sebagai pelarut atau kosolven yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan suatu obat, dan juga sebagai wetting agent atau sebagai zat pendispersi juga digunakan untuk menaikkan viskositas dari sirup. Selanjutnya Na Benzoat yang digunakan sebagai pengawet yang bersifat bakteriostatik dimana akan menahan pertumbuhan bakteri dalam sediaan yang dibuat. Bahan tambahan selanjutnya yaitu syrupus simplex yang digunakan sebagai pemanis dan dalam jumah dan konsentrasi yang banyak dapat digunakan sebagai pengawet juga meningkatkan viskositas, untuk pewarna dan perasa yang digunakan adalah warna hijau juga essense berasa melon serta ditambah sedikit pengaroma mint untuk menambah rasa saat digunakan karena sediaan sirup yang kita buat ini adalah ditujukkan bagi penderita gangguan pernafasan seperti batuk. Bahan yang terakhir yaitu aquadest sebagai pelarut sediaan sirup ini.
Setelah melalu beberapa pengamatan dalam beberapa hari. Untuk formulasi sirup bromhexin HCLini dapat dikatakan baik, karena dari awal pembuatan sampai pengecekan hari ke-6 sediaan sirup relatif stabil ditandai dengan tidak adanya endapan, akan tetapi warna sirup sedikit berubah, dan aromanya mulai pudar. Salah satu pengawet yang digunakan, yaitu Na-Benzoat.Untuk melarutkan Bromhexin HCL dan Na-Benzoat harus dengan air yang mendidih dan sambil dipanaskan, pada saat pencampuran semua bahan terlarut dengan sempurna, hal tersebut menyebabkan sirup menjadi stabil. Hasil pengecekan pada hari pertama formula I, II, III hanya rasa dan warna serta kejernihan yang membuat sirup tidak baik, karena rasa manis yang mulai menurun dibanding pada hari pertama. Rasa manis serta agak pahit yang ditimbulkan disebabkan oleh rasa bawaan zat aktif bromhexin HCL tersebut dan konsentrasi penambahan pemanisnya. Penambahan jumlah volume sirupus simplex tidak terlalu berpengaruh karena konsentrasinya yang hanya 20, 25, dan 30% saja. Hingga pengecekan hari ke-6 tidak adanya perubahan rasa yang signifikan. Dari segi warna dan kejernihan sediaan sirup yang kami buat dan diukur selama 6 hari terjadi perubahan warna dimana warna hijau yang dihasilkan memudar serta kejernihannya berkurang sehingga sediaan tersebut menjadi agak keruh. Tetapi ada formula yang cukup baik pada sediaan sirup bromhexin hcl ini, yaitu formula III. Karena jika dibandingkan dengan formula I, II, sediaan pada formula III memiliki rasa yang cukup baik yaitu dengan rasa manis yang lebih kuat serta rasa pahit yang tidak begitu pekat.
Penyebab berubahnya kestabilan dari sediaan yang kami buat ini setelah dilakukan penelusuran ternyata essence dan pewarna yang kami gunakan sudah mencapai exp datesehingga kekeruhan dan warna yang memudar ini disebabkan kontaminasi dari pewarna dan perasa itu sendiri.
Untuk pengukuran PH, BJ serta viskositas tidak menunjukan perubahan yang signifikan dimana ph dari semua formula berada pada kisaran Ph netral yaitu 7. Untuk bobot jenis juga masih sama dimana tidak adanya perubahan sedangkan untuk viskositas perubahan yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan. Secara garis besar sediaan sirup yang kami buat memiliki kstabilan yang lumayan baik hanya saja dari segi warna,an rasanya yang berkurang dan tidak baik jika di konsumsi.











BAB IV
KESIMPULAN

   Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa untuk membuat sediaan sirup yang baik hal – hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
·       Karakteristik bahan baku, baik secara kimiawi maupun secara fisik
·       Sifat zat aktif yang akan digunaka
·       Kebersihan wadah dan alat/mesin produksi yang digunakan
·       Pemilihan bahan baku, termasuk air (purified water) yang digunakan harus matang
·       Prosedur pencampuran (harus memperhatikan derajat kelarutan)
·       Pengisian ke dalam wadah (botol)
·       Kecepatan pengadukan/pencampuran
·       Perubahan warna yang terjadi disebabkan kecerobohan praktikan dalam menuangkan zat pewarna dan perasa yang seharusnya sudah tidak layak digunakan lagi.
·       Dari ketiga formula yang dibuat dapat disimpulkan formula yang paling baik adalah formula nomor 3.








                         



DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Sadiah, Siti, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Semester Genap Farmaseutika 1. Bogor: Universitas Pakuan Press.

No comments:

Baban's Words Part 2

FGVV?ds000,,,,,,,,,,,,,,M9320W-NHJ