Saturday, November 4, 2017

Sediaan Emulsi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Tujuan Percobaan
·       Membuat sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator alam dan mengamati stabilitas sediaan emulsi.
·       Membuat sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator sintesis dan mengamati stabilitas sediaan emulsi.

1.2  Dasar Teori
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. (Ansel, 2005)
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (FI IV, Hal 6)
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (FI III. Halaman 9 )
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain ( sistem dispersi, formulasi suspensi dan emulsi Halaman 56 ).
Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsiadalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Dalam semua cairan terdapat tekanan yang menyebabkan tetesan dari cairan yang mempunyai bentuk pada permukaan paling bawah dengan hubungannya dengan ukuran yaitu bentuk bola. Karena itu, jika dua tetesan dalam kontak satu sama lain, mereka berkoalesen membentuk satu tetesan yang lebih besar karena hasil ini dalam penurunan total permukaan ditunjukkan oleh massa cairan yang dihadirkan kembali. Tanggung jawab kekuatan untuk keadaan ini dapat diukur dan dikenal sebagai tegangan permukaan dari cairan jika kontak dengan udara atau dengan uapnya sendiri dan “Tegangan antar muka” jika cairan kontak dengan cairan yang lainnya. Bahan yang mana bila ditambahkan ke dalam cairan, tegangan antar mukanya lebih rendah apada batas cairan disebut juga surface agent atau bahan pembasah.
Tegangan antar muka ini dapat diatasi dengan cepat untuk membuat cairan hancur menjadi globul yang lebih kecil. Bagaimanapun, jika tidak dilakukan sesuatu untuk mencegah efek dari tegangan ini, globul akan berkoalesens dan emulsi akan pecah. Dapat dilihat bahwa efek dari tegangan ini dapat dicegah dengan tiga cara ; dengan maksud agar beberapa bahan yang akan menurunkan tegangan antar muka antar cairan; dengan maksud agar beberapa bahan dapat memutuskan teangan antar muka dari dua cairan dan menahannya bersama-sama melalui kekuatan yang dahsyat; atau dengan maksud agar beberapa bahan akan membentuk lapisan sekitar globvul dari fase terdispersi dan menjaganya secara mekanik dari pembentukan koalesen.
a.     Teori tegangan permukaan
Pendek kata, dasar teori ini adalah bahwa analisis dihasilkan jika beberapa bahan dimasukkan ke tegangan antar muka yang lebih rendah antara cairan. Teori ini kurang diterima dan membuatnya mungkin untuk menghasilkan system dua fase yang stabil. Suatu surfaktan yang memiliki tegangan antar muka yang lebih rendah dan menghambat kecendrungan tetesan-tetesan dari fine berkoalesen dan mempertahankan ukurannya yang kecil sebagai gayaq penstabil dalam emulsi.
b.     Teori Oriented-Wedge
Teori ini menjelaskan fenomena dari pembentukan emulsi berdasarkan kelarutan sedikit dari sejumlah bahan pengemulsi. Jumlah ini memiliki afinitas yang besar dari air dan vice versa. Dugaan bahwa bahan pengemulsi seperti sabun mengubahnya menjadi lapisan monomolekuler dari semua kelompok dari polaritas yang sama dari sisi lapisan. Pengubahan dari setiap molekul setiap tetesan air, memberikan bentuk Wedge. Oleh karena itu,kurva dari lapisan molekul dan pembentukan suatu minyak dalam air atau emulsi air dalam minyak yang tergantung pada baik kelarutan minyak atau sejumlah kelarutan dari molekul yang lebih besar. Tahun ini telah dikritik bahwa tidak mungkin pembentukan lapisan monomolekuler dalam system emulsi; dengan tidak adanya kelompok polar tertentu dalam banyak bahan pengemulsi yang umum; dan tidak dijelaskan kenapa beberapa bahan yang bukan bahan pengemulsi untuk bahan tersebut dalam pembentukan emulsi.
c.      Teori lapisan plastis
Berdasarkan teori ini bahan pengemulsi disimpan pada permukaan sertiap tetesan dari fase terdispersi dalam membentuk lapisan plastis. Lapisan ini mencegah kontak dan koalesen cairan yang terdifusi. Oleh karena itui, efek dari bahan pengemulsi murni secara mekanik dan tidak tergantung pada tegangan antar muka apapun. Pembentukan emulsi air dal;am minyak atau minyak dalam air dijelaskan berdasarkan kelarutan selektif dari bahan pengemulsi yang digunakan bahwa kelarutan memberikan peningkatan kepada emulsi minyak dalam air dan kelarutan minyak membentuk emulsi air dalam minyak.
Emulsifikasi dapat digambarkan lalu keterlibatannya pertama dalam pembentukannya baik dalam larutan koloidal atau larutan sejati dari bahan pengemulsi dalam salah satu cairan dan berikutnya dalam pengendapan sejumlah kecil bahan ini melalui kontak dengan cairan lain. Oleh karena itu, lapisan yang terbentuk dipertahankan dalam kondisi plastis melalui kontak dengan cairan dimana dia larut. Setiap globul akan disediakan bersama penyaluran pelindung yang kan melindunginya dari kontak dengan globul lain dari cairan yang sama dan mencegah koalesen. Peningkatan viskositas dari fase kontinu melalui penambahan sejumlah zat tambahan dari bahan pengemulsi yang sama yang akan menambah stabilitas sediaan melalui perintangan pergerakan dari partikel yang disalut dan mencegahnya kontak satu sama lain. Sebaliknya penambahan beberapa bahan akan menurunkan viskositas ataupun mengembalikan bahan pengemulsi yang kurang larut dalam fase kontinu baik secara fisik atau kimia akan membuat produk kurang stabil dan jika digunakan dalam jumlah yang cukup akan menyebabkan emulsi pecah.
Komponen emulsi
A.    Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas:
a.      Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya.
b.     Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar ( bahan pendukung ) emulsi tersebut.
c.      Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Contoh emulgator:
·       Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GO
·       Tragacanth            : Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth
·       Agar-agar  : Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan
·       Condrus    : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan
·       CMC-Na   : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang digunakan     

Klasifikasi emulgator menurut sumbernya:
Emulgator alam : emulgator yang berasal dari bahan alam.
Emulgator buatan : emulgator yang berasal bahan-bahan sintetis.
1.     Bahan Alam:
a.      Polisakarida: acasia (gom arab), tragakan, Na-alginat, Starch/amilum, caragen, pektin dan agar.
b.     Senyawa yang mengandung sterol: Beeswax, Wool-fat.
2.     Polisakarida semisintetis : Metyl selulosa, Na-Carboxymethylselulosa (CMC).
3.     Emulgator sintetik : Surfaktan, sabun &alkali (kerugian : inkompatibel terhadap asam), alkohol (cetyl alkohol, glyceril), carbowaxes (PEG), lesitin (fosfolipid)

B.    Komponen Tambahan yaitu bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan pengawet
Tipe-tipe emulsi
1.     Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.
2.     Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal.
Macam-macam emulsi
1.     Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
2.     Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek local.
3.     Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.
Ketidakstabilan emulsi
1.     Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok perlahan akan terdispersi kembali.
2.     Koalesensi dan cacking (breaking): pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena:
a.    Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH
b.    Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan
c.    Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi.
3.     Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau sebaliknya sifatnya irreversible.















BAB II
METODE KERJA

1.1  Data Preformulasi
Zat Aktif
Paraffin Liquidum (Handbook of Pharmaceutical Excipients Edisi 6 hlm. 445, FI IV hlm. 652)
Pemerian               : Transparan, tidak berwarna, cairan kental, tidak berfluoresensi, tidak berasa dan tidak berbau ketika dingin dan berbau ketika dipanaskan.
Kelarutan              : Praktis tidak larut etanol 95%, gliserin dan air. Larut dalam jenis minyak lemak hangat.
Stabilitas               : Dapat teroksidasi oleh panas dan cahaya.
Khasiat                  : Laksativ (pencahar)
Dosis                     : Emulsi oral : 15 – 45 ml sehari (DI 88 hlm. 1630)
HLB Butuh           : 10 – 12 (M/A). 5 – 6 (A/M)
OTT                      : Dengan oksidator kuat.
Penyimpanan        : Wadah tertutup rapat, hindari dari cahaya, kering dan sejuk.

Zat Tambahan

Emulgator Sistem HLB
 Span 80 (Sorbitan Monooleat) (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hal. 675, Martindale hal. 577)
Pemerian               : Cairan kental seperti minyak berwarna kuning.
Kelarutan              : Praktis tidak larut tetapi terdispersi dalam air dan propilen glikol, tercampur dalam alcohol dan methanol, 1 bagian span, larut dalam 100 bagian minyak biji kapas, sedikit larut dalam etil asetat.
Khasiat                  : Emulgator, surfaktan non ionik, peningkat kelarutan.
Bobot jenis           : 1,01 g/ml.
Konsentrasi           : Emulgator A/M = 1-15%, emulgator M/A = 1-10%
Stabilitas               : Stabil terhadap asam dan basa lemah.
Penyimpanan        : Wadah bertutup rapat dan pada tempat sejuk dan kering.
HLB                      : 4,3
OTT                      : Dengan asam atau basa kuat, terjadi pembentukan sabun dengan basa kuat.

Tween 80 (FI edisi IV hal. 687 Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 hlm. 549)
Pemerian               : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning muda, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan              : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol; tidak larut dalam minyak mineral.
OTT                      : Perubahan warna dan atau presipitasi terjadi dengan berbagai zat fenol, tannin, dan bahan seperti tar.
Stabilitas               : Stabil pada elektrolit, asam lemah,dan basa lemah.
Khasiat                  : Bahan pengemulsi (emulgator)
Bobot jenis           : 1,06 – 1,09 g/ml.
Konsentrasi           : Emulgator M/A = 1-15%
                                Emulgator A/M = 1-10%
HLB                      : 15,0
Penyimpanan        : Wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, sejuk dan kering.

CMC Na. (Carboxymethylcellulose sodium) (Handbook Of Pharmaceutical Exipent edisi VI halaman 120; Farmakope Indonesia Edisi IV halaman 175; Remington edisi 21 halaman 1073).
Pemerian                          : Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis.
Kelarutan                         : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida,        tidak larut dalam etanol, eter, dan pelarut organik lain.
Stabilitas                          : Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH dibawah 2. Viscositas larutan berkurang dengan cepat jika pH diatas 10. Menunjukkan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9. Bisa disterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1 jam, tapi terjadi pengurangan viskositas.
Penyimpanan                   : Dalam wadah tertutup rapat.
OTT                                  : Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam   besi dan beberapa logam seperti aluminium, merkuri dan zink juga dengan gom xanthan; pengendapan terjadi pada pH dibawah 2 dan pada saat pencampuran dengan etanol 95%.; Membentuk kompleks dengan gelatin dan   pektin.
Khasiat                             : Emulsifying agent, bahan pengental.
Konsentrasi                      = 0,25 – 1% untuk emulsifying agent.

           Aquadest FI IV hal. 112
Pemerian                   : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
Kelarutan                   : Dapat bercampur dengan pelarut polar
Kegunaan                  : Sebagai pelarut
Stabilitas                   : Dalam semua keadaan fisik (es, cairan, udara).
OTT                           : Bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien lain yang rentan terhadap hidrolisis, bereaksi keras dengan logam alkali.
Penyimpanan             : Wadah tertutup baik.

Violet
Pemerian               : Serbuk kuning kemerahan, di dalam larutan memberikan warna ungu muda.
Kelarutan             : Mudah larut dalam air, gliserin dan propilen glikol (50%), sedikit larut dalam propilen glikol.
OTT                      : Asam askorbat, gelatin, dan glukosa.
Kegunaan              : Sebagai pewarna.
Penyimpanan        : Wadah tertutup rapat dan tempat sejuk dan kering.

Essence Aggur
Pemerian          : Terbuat dari ekstrak yang masih segar diproses secara mekanik.
Kelarutan         : Mudah larut dalam alkohol 90 %, asam asetat glasial.
Kegunaan         : Flavouring agent.
Stabilitas          : Dapat disimpan dalam wadah gelas dan plastik.
Penyimpanan   : Wadah tertutup dan tempat yang sejuk, kering, dan terhindar dari
cahaya matahari 

1.2  Cara Kerja
A.    Alat dan Bahan
Alat:
·       Batang pengaduk
·       Beaker glass
·       Botol UC 1000
·       Cawan uap
·       Lap
·       Mixer
·       Mortar
·       Neraca analitik
·       Penangas air
·       Pipet tetes
·       Spatel
Bahan:
·       Aquadest
·       CMC Na
·       Paraffin Liquid
·       Emulgid

B.    Cara Kerja
1.     Ditimbang emulgid dan paraffin liquid sesuai yang dibutuhkan.
2.     Ditara botol UC 1000 ad 60 ml.
3.     Dididihkan aquadest.
4.     Dimasukkan emulgid ke dalam cawan tambahkan paraffin liquid kemudian diuapkan ad lebur dan homogen.
5.     Lalu dipindahkan hasil tersebut kedalam cawan mixer kemudian di mixer ad corpus emulsi.
6.     Ditambahkan aqua panas sedikit sambil tetap dimixer.
7.     Dimasukan kedalam botol yang sudah ditara, ditambahkan aqua panas ad 60 ml. Kocok sampai homogen.




















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Formula dan Perhitungan
Bahan
Formula I
Formula II
Paraffin Liquid
15 %
15 %
Emulgid
4 %
5 %
Aqua panas ad
60 ml
60    l

Perhitungan
§  Formula I
Paraffin Liquid 15%        =
CMC Na 2%                    =
Aqua untuk CMC Na       = 20 x 0,6 = 12 ml
Aqua ad                            = 60 ml – ( 9 + 0,6 + 12 ) = 38,4 ml
§  Formula II
Paraffin Liquid 15%        =
CMC Na 2%                    =
Aqua untuk CMC Na       = 20 x 0,6 = 12 ml
Aqua ad                            = 60 ml – ( 9 + 0,6 + 12 ) = 38,4 ml
2.     Perhitungan emulsi II
§  Formula I
Paraffin Liquid 15%        =
Emulgid 4 %                    =
Aqua ad                            = 60 ml – ( 9 + 2,4) = 48,6 ml
§  Formula II
Paraffin Liquid 15%        =
Emulgid 4 %                    =
Aqua ad                            = 60 ml – ( 9 + 2,4) = 48,6 ml

3.     Perhitungan Bobot Jenis
Emulsi I
Formula 1 → =  =2,04 gr/ml
Formula 2 → =  =1,04 gr/ml
Emulsi II
Formula 1 → =  = 1,01 gr/ml
Formula 2 → =  = 0,99 gr/ml

3.2 Data Pengamatan
Ø  Bobot Jenis
Formula 1 →1,01 gr/ml
Formula 2 →0,99 gr/ml
Ø  Penentuan Tipe Emulsi
a.      Dengan metilen blue
Formula I  → a/m
Formula II → m/a
b.     Dengan Kertas Saring
Formula I  → a/m
Formula II → m/a
Ø  Pengecekkan pH
Formuala I 7
Formula II 8
Ø  Pengukuran Tinggi

Hari ke
( cm )
0
1
2
3
4
5
Formula I
TS= 3,7
TS = 3,3
TS = 3,1
TS = 3,1
TS = 3,2
TS = 3,2
TA = 2,7
TA = 2,7
TA =2,4
TA =2,4
TA = 2,5
TA =2,7
TM= 1
TM= 0,6
TM= 0,6
TM=0,6
TM = 0,5
TM= 0,4
Formula II
TS = 3,8
TS = 3,5
TS = 3,3
TS =3,3
TS = 3,2
TS =3,1
TM = 0,7
TM = 0,5
TM = 0,4
TM =0,4
TM = 0,4
TM =0,3
TE= 2,1
TE= 2,0
TE=2,9
TE=2,9
TE=2,8
TE=2,8
Keterangan
            TS : Tinggi Seluruhnya
            TA : Tinggi Air
            TM : Tinggi Minyak
            TE : Tinggi Emulsi
3.3 Pembahasan
Emulsi merupakan campuran dari dua cairan yaitu fase minyak dan fase air yang tidak dapat bercampur dalam keadaan normal, namun dengan adanya bantuan dari suatu emulgator keduanya dapat bercampur menjadi homogen. Emulgator diartikan sebagai suatu bahan yang memiliki bagian hidrofil dan lipofil sehingga menyebabkan fase air dan fase minyak bercampur. Percobaan ini menggunakan emulgator golongan hidrokoloid yaitu CMC-Na. secara umum emulsi dibedakan atas emulsa vera (emulsi alam) dan emulsa spuria (emulsi buatan).
Emulgator yang digunakan adalah emugator alam yaitu CMC-Na . CMC Na merupakan komponen yang  penting agar memperoleh emulsi yang stabil ( sebagai emulgator ), karena kestabilan emulsi merupakan faktor yang penting karena menentukan mutu dan kualitas suatu emulsi. Lalu emulgator sintetis yang digunakan adalah Parafin liquid yang merupakan minyak cair kental tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa . Larut dalam aseton, benzen, kloroform, carbon disulfida eter dan petroleum eter, tidak bercampur dengan minyak menguap dan lemak pada, praktis tidak larut dalam etanol 95%, gliserin dan air.Kestabilan emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan dalam formulasi. Penggunaan emulgator haruslah disesuaikan dengan sifat kestabilan dari zat aktif.Emulsi yang baik adalah emulsi yang berwarna seperti putih susu, tidak terjadi pemisahan selama penyimpanan, dan jika dikocok atau diberi gaya dan tekanan, viskositasnya akan bertambah kecil sehingga emulsi tersebut mudah dituang. Pada saat pembuatan emulsi diberikan penambahan air panas dengan tujuan untuk mempermudah proses pencampuran air dan minyak. Blender juga digunakan untuk mencampurkan kedua fase agar semakin meningkatkan homogenitasnya. Sediaan yang telah dibuat lalu diamati pemisahannya.
Pada hari ke 1  pengamatan (hari ke 2 setelah pembuatan), emulsi terpisah menjadi 2 bgian yang  berupa lapisan keruh/putih susu dan lapisan jernih yang menandakan emulsi terpecah. Pada kadar cmc-Na 1 % emulsi bisa dikatakan lebih stabil karena  pemisahan berlangsung lebih lambat .Tinggi H lebih stabil dimana pada pengamatan H-1 sampai H-3 setelah proses pembuatan menandakan pemisahan tidak terus berlansung atau stabil. Dari data tersebut dapat disimpulkan emulsi menggunakan CMC-Na 1 % lebih stabil dibanding dengan menggunakan CMC-Na 2% yang memiliki nilai kurang stabil (turun-naik).
Stabilitas emulsi dipengaruhi salah satunya oleh harga HLB (Hidrophilic and Lipophilic Balance), yaitu suatu karakteristik surfaktan yang menunjukkan keseimbangan antara hidrofil dan lipofil, apabila  surfaktan dimasukkan kedalam emulsi W/O, maka gugus hidrofil akan ke fase air sedangkan gugus lipofil akan ke fase minyak (sehingga HLB besar artinya surfaktan bersifat hidrofil,dan  HLB kecil artinya surfaktan bersifat lipofil).
Pada pembuatan emulsi perlu ditambahkan bahan pengawet karena sediaan ini mengandung air dalam jumlah yang besar sehingga mudah ditumbuhi mikroorganisme yang dapat merusak kestabilan emulsi. Bahan pengawet yang digunakan adalah Natrium benzoat dengan kadar0,1 %. Bahan pengawet ini dipilih karena dianggap merupakan bahan pengawet yang tidak bereaksi dengan bahan-bahan penyusun emulsi yang dibuat.
Evaluasi yang dilakukan adalah perhitungan BJ, pengukuran tinggi, pengukuran pH  dan penentuan tipe emulsi. Perhitungan BJ dilakukan dengan menggunakan suatu alat yaitu piknometer. Pengukuran pH dilakukan dengan mencelupkan pH indikator ke dalam sediaan kemudian dibandingkan dengan tabel perubahan warna. Penentuan tipe emulsi dilakukan dengan dua cara, yang pertama dengan menambahkan menggunakan Methylen Blue dan didapatkan hasil emulsi berwarna biru pada formula 1.Hal ini menunjukan bahwa emulsi yang dibuat mempunyai tipe M/A (minyak dalam air). Cara yang kedua denganmenggunakan kertas saring. Dilakukan dengan meneteskan sedikit emulsi ke atas kertas saring. Setelah dilakukan, didapatkan hasil emulsi membentuk noda seperti air pada kertas saring. Hal ini menunjukan bahwa emulsi mempunyai tipe A/Mair dalam minyak).
Untuk itu dalam pembuatan emulsi ada beberapa factor yang harus diperhatikan untuk menjaga kestabilan emulsi tersebut, diantaranya adalah
·       Penggunaan zat-zat yang mempertinggi viskositas
·       Perbandingan opitimum dari minyak dan air. Emulsi dengan minyak 2/3-3/4  bagian meskipun disimpan lama tidak akan terpisah dalam lapisan-lapisan
·       Penggunaan alat khusus untuk membuat emulsa homogen

















BAB IV
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
·       Emulsi merupakan suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
·       Emulsi I menggunakan emulgator alam yaitu CMC-Na dan emulsi II menggunakan emulgator sintetis yaitu Emulgid.
·       Sediaan yang paling baik yaitu sediaan pada emulsi I formula 1 dengan tipe emulsi A/M (Air dalam Minyak) karena paling stabil.














DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim, 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ansel, Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: UI Press.















 




















LABEL

Netto: 60 ml
TRIAFIN®
Emulsi
Paraffin liquidum

Komposisi:
Mengandung paraffin liquidum 15 %
Cara Kerja:


Indikasi:
Melemvbekkan feses pada konstipasi, peradangan sekitar anus misal hemoroid, pasca operasi.

Dosis:
Anak 6 – 12 thn: 1 sendok takar obat. Dewasa: 2 sendok takar obat.

Efek Samping:
Alergi kulit

Penyimpanan:
Simpan pada tempat sejuk dan terlindung dari cahaya matahari langsung


No. Reg         : DBL 066113101
No. Batch      : 05062017
Exp. Date       : Juni 2020




PT. SEHAT PHARMA
Bogor - Indonesia
 
 




























ETIKET


Netto : 60ml
Emulsi
TRIAFIN®
Paraffin liquidum







PT. SEHAT FARMA
Bogor – Indonesia


Komposisi:
Mengandung paraffin liquidum 15 %
Indikasi:
Melemvbekkan feses pada konstipasi, peradangan sekitar anus misal hemoroid, pasca operasi.
Dosis:
Anak 6 – 12 thn: 1 sendok takar obat. Dewasa: 2 sendok takar obat.
Efek Samping:
Alergi kulit
Info lebih lengkap lihat brosur

Netto : 60ml
Emulsi
TRIAFIN®
Paraffin liquidum








No. Reg           : DBL 066113101
No. Batch        : 05062015
Exp. Date        : juni 2015






Baban's Words Part 2

FGVV?ds000,,,,,,,,,,,,,,M9320W-NHJ