Saturday, December 21, 2024
Thursday, November 21, 2024
Monday, October 21, 2024
Wednesday, September 11, 2024
Ana lisis Senyawa Nipagin dan Nipasol dengan Metode HPLC (High Performance L iq uid Chr omatography)
Ana lisis Senyawa
Nipagin dan Nipasol dengan Metode HPLC (High Performance L iq uid Chr omatography)
LAPORAN PRAKTIKUM
Tanggal Pr aktikum:
11 Desember 2018
Dosen:
Zaldy Rusli, M.Far m
Oleh:
WILDA DIAN SARI 0661 15 075
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNI VERSITAS PAKUAN
BOGOR
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah
Tuhan semesta alam, puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala kemudahan,
rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan praktikum yang berjudul ‘Analisis Senyawa Nipagin dan Nipasol dengan Metode HPLC (High Performance
Liquid Chromatography)’ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam tak lupa pula penulis
curahkan kepada Baginda kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia.
Adapun tujuan penulisan laporan
praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Fisiko Kimia pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2018/2019.
1. Bapak
Zaldy Rusli,M.Farm., selaku dosen pengampu mata kuliah Metode Fisiko Kimia.
2.
Seluruh dosen
pengampu mata kuliah Metode Fisikokimia.
3. Seluruh
pihak dan
staf Program
Studi Farmasi
Universitas Pakuan.
4. Orang Tua dan teman-teman yang ikut mendukung
proses penulisan laporan
sampai selesai.
Doa penulis semoga segala bantuan yang
telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT, Amin. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan laporan
praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun dari segi penyajian. Namun penulis juga berharap semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya. Atas segala bentuk dukungan, penulis mengucapkan terimakasih.
Bogor, 11 Desember 2018
Penulis
KATA |
DAFTAR ISI |
PENGANTAR |
i DAFTAR |
|
ISI |
ii |
|
|
BAB |
I: |
PENDAHULUAN |
1 |
|
|
1.1 Latar 1 |
|
Belakang |
1.2 Tujuan.........................................................................................................
2
1.2.1
Tujuan Penulisan
2
1.2.2
Tujuan Pembahasan
3
1.3 Hipotesis...................................................... ...............................................
3
BAB II: TINJ AUAN PUSTAKA 4
2.1 Nipagin........................................................................................................
4
2.2 Nipasol........................................................................................................
5
2.3
Kromatografi 5
2.4
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) 6
2.4.1
Prinsip Kerja HPLC
6
2.4.2
Komponen HPLC
8
2.4.3
Teknik HPLC
16
2.4.4
Manfaat HPLC
16
2.4.5
Jenis HPLC
17
BAB III: METODE KERJA 18
3.1
Waktu dan Tempat Penelitian
18
3.2
Alat dan Bahan 18
3.2.1 Alat..................................................................................................
18
3.2.2 Bahan...............................................................................................
19
3.3 Cara Kerja
19
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN 22
4.1 Hasil
22
4.2 Pembahasan.................................................................................................
28
BAB |
V: |
KESIMPULAN |
32 DAFTAR |
|
PUSTAKA |
33 |
|
|
LAMPIRAN 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Bela kang
Definisi zat pengawet menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.445/MENKES/PER/V/1998 adalah
zat atau bahan kimia yang dapat mencegah terjadinya kerusakan atau dekomposisi pada kosmetika yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme. Agen antimikroba digunakan
untuk agen kimia yang terdapat
dalam kosmetika atau produk rumah tangga, baik yang memiliki aktivitas bakterisidal maupun bakteriostatik selama penggunaannya. Namun penggunaan pengawet
harus sesuai dengan persyaratan yaitu untuk persyaratan metil paraben, propil paraben yang diizinkan menurut
Asean Cosmetic Method No 01
dan peraturan BPOM RI No: HK.00.05.42.1018 adalah kadar Metil Paraben
dan Propil Paraben maksimal 0,4%, kadar
fenoksietanol maksimal 0,1% dan kadar pengawet
campuran maksimal 0,8%.
Kimia analitik merupakan cabang ilmu
mengenai analisis material untuk dapat
mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional kimia analitik dibagi menjadi dua macam
yaitu kuantitatif dan kualitatif. Kimia analisis kuantitatif bertujuan untuk dapat mengetahui jumlah unsur dan mengidentifikasi
senyawa dalam suatu cuplikan. Berdasarkan metodenya, kimia analitik
dibagi menjadi, antara lain spektroskopi, spektroskopi massa, kromatografi, elektroforesis, kristalografi, mikroskopi, dan elektrokimia.
Kromatografi adalah
metode atau teknik
yang digunakan untuk bermacam-
macam jenis teknik pemisahan campuran
yang berdasarkan pada perbedaan kecepatan
perambatan komponen pada medium tertentu. Pada tahun 1903 Michael Tsweet adalah penemu kromatografi yang
mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari
daun dengan menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (caso4). Istilah kromatografi diciptakan oleh Tsweest
untuk melukiskan daerah-daerah yang berwarna yang
bergerak kebawah kolom. Terdapat dua
fase pada kromatografi yaitu fase diam dan fase gerak.
Fase diam akan menahan komponen
campuran dan
fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran. Komponen
yang mudah tertahan pada fase diam
akan tertinggal, sedangkan komponen yang mudah larut pada fase gerak akan bergerak
lebih cepat.
High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) merupakan sebuah teknis analisis obat yang paling cepat berkembang. Cara ini digunakan untuk
menganalisis beragam obat pada sediaan dan cairan biologi karena metodenya yang sederhana dan kepekaannya yang tinggi. KCKT adalah teknik yang paling banyak
digunakan untuk mengukur
kuantitas obat-obat dalam formulasi.
Perkembangan HPLC berawal dari proses pemisahan campuran yang
berdasarkan absorpsi dari partisi ke arah yang lebih luas
yaitu proses pemisahan berdasarkan afinitas.
Filtrasi gel dan ion yang berpasangan, namun proses pemisahannya tetap dilaksanakan pada kolom
yang disertai penggunaan pelarut pengembang dengan tekanan tinggi.
Nipagin dan Nipasol adalah zat atau bahan pengawet
yang merupakan
suatu senyawa fenolik
yang dapat stabil di udara, sensitif terhadap pemaparan cahaya, tahan panas dan tahan dingin termasuk
pada uap steril,
namun stabilitasnya dapat menurun dengan meningkatnya pH yang menyebabkan hidrolisis. Mekanisme
kerja nipagin dan nipasol yaitu dengan
menghilangkan permeabilitas membran
sehingga isi sitoplasma dapat
keluar dan menghambat sistem transport
elektrolit yang lebih efektif terhadap
kapang dan khamir dibandingkan
dengan bakteri, serta lebih efektif dalam menghambat bakteri gram positif
dibandingkan dengan bakteri
gram negatif.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Penulisan
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Metode Fisiko Kimia pada Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2018/2019 yang diampu oleh dosen Zaldy Rusli, M.Farm.,
Apt.
1.2.2
Tujuan Pembahasan
a.
Pembahasan ini bagi kami berguna sebagai wahana latihan dalam pembuatan Laporan.
b.
Dengan adanya pembahasan ini tentunya akan semakin memperkaya ilmu pengetahuan kita, khususnya tentang HPLC.
c.
Pembahasan ini digunakan untuk mengetahui dan memahami tentang
manfaat, prinsip dan cara kerja dari HPLC.
d.
Pembahasan ini digunakan untuk mengidentifikasi adanya nipagin dan nipasol
pada sediaan kosmetik dan sirup.
e.
Pembahasan ini digunakan untuk dapat menentukan dan menghitung
kadar nipagin dan nipasol dalam sediaan kosmetik dan sirup.
1.3
Hipotesis
HPLC mampu mendeteksi adanya
nipagin dan nipasol dalam suatu krim dan sirup.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1
Nip agin
Metil Paraben (Sumber FI III, Hal 373)
Sinonim |
: Nipagin; methylis parahydroxybenzoas |
|
Penggunaan 0,2%) |
: Antimicrobial preservative (oral
solutions |
0,015- |
Deskripsi |
: Merupakan kristal tidak berwarna atau |
serbuk |
kristal berwarna putih; tidak berbau atau hamper tidak
berbau dan sedikit mempunyai rasa panas
Kelarutan : Larut dalam 5 bagian propilenglikol; 3 bagian etanol 95%; 60 bagian gliserin; dan 400 bagian
air
Stabilitas : Larutan metil paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120°C selama 20 menit,
tanpa penguraian. Larutan ini
stabil selama kurang lebih 4 tahun dalam suhu
kamar, sedangkan pada pH 8 atau lebih dapat meningkatkan laju hidrolisis.
Inkompatibilitas : Aktivitas
antimikroba dari metil paraben atau golongan paraben
yang lain sangat dapat
mengurangi efektivitas dari surfaktan
nonionik, seperti polysorbate 80.
Tetapi adanya propilenglikol (10%) menunjukkan peningkatan potensi aktivitas antibakteri dari paraben, sehingga dapat mencegah interaksi antara
metilparaben dan polysorbate. Inkompatibel dengan beberapa senyawa,
seperti bentonit, magnesium
trisilicate, talc, tragacanth, sodium alginate, essential oils,
sorbitol dan atropine.
2.2
Nip asol
Propil Paraben (FI Edisi III, hal. 535)
Nama resmi : Propylis Parabenum
Nama lain : Propil paraben, nipasol
Rumus molekul : C10H13O3
Bobot molekul : 180,21
Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau,
tidak berasa
Kelarutan : sangat
sukar larut dalam air, mudah
larut dalam larutan
alkali hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik Khasiat : Zat pengawet
2.3
Kromatogr afi
Kromatografi merupakan suatu teknik atau metode proses pemisahan
campuran fisik dimana komponen
yang dipisahkan terdistribusi dalam 2 fase dari suatu campuran senyawa kimia. Salah satu fase tersebut adalah
lapisan stasioner dengan permukaan
yang luas seperti fluida yang mengalir lembut. Ketika pita tersebut melewati kolom pelebaran yang
disebabkan oleh rancangan kolom dan kondisi
pengerjaan, dapat diterangkan secara kuantitatif dengan pengertian jarak serta teori kolom adalah jantung
kromatografi yaitu suatu metode pemisahan yang
sesungguhnya mencapai komponen
pada kolom (Underwood, 2006). Dalam kromatografi, campuran tersebut dibuat
sebagai zona sempit atau kecil pada salah satu ujung media porus seperti adsorben
yang disebut alas atau landasan
kromatografi. (Bahti, Husein H. 2011: 4).
Kromatografi merupakan salah satu teknik atau metode pemisahan
komponen-komponen campuran yang berdasarkan pada distribusi diferensial
dari komponen-komponen sampel
diantara dua fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik kromatografi yang dimana fasa gerak dan fasa diamnya
menggunakan zat cair adalah HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) atau didalam
bahasa Indonesia disebut KCKT (Kroma tografi Cair Kinerja Tinggi).
2.4
High Per formance L iq uid Chr omatography (HPLC)
High Performance
Liquid Chromatography (HPLC) atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) adalah jenis kromatografi yang penggunaannya dapat
diterima secara luas dalam menganalisis dan pemurnian senyawa tertentu
pada suatu sampel dalam berbagai
bidang. HPLC juga merupakan metode yang tidak
destruktif dan dapat digunakan
dengan baik untuk menganalisis kualitatif dan menganalisis kuantitatif. HPLC adalah sebuah perkembangan
tingkat tinggi dari kromatografi
kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom di bawah pengaruh gravitasi, HPLC didukung oleh
pompa yang dapat memberikan tekanan tinggi hingga 400 atm. Hal ini yang membuat
HPLC dapat memisahkan komponen sampel dengan lebih cepat.
2.4.1
Pr insip kerja HPLC
Prinsip dasar HPLC adalah pemisahan
komponen-komponen yang terjadi karena
perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Prinsip HPLC dapat diartikan
sebagai pemisahan setiap komponen pada sampel berdasarkan kepolarannya. HPLC menggunakan fasa gerak untuk memisahkan komponen dari sebuah campuran
komponen (analit).
Keunggulan menggunakan HPLC dibandingkan
kromatografi gas yaitu terletak pada kemampuannya untuk
menganalisis cuplikan yang tidak menguap dan labil pada suhu tinggi. HPLC tidak terbatas
pada senyawa organik
tapi mampu menganalisis senyawa anorganik, mampu
menganalisis cuplikan yang mempunyai molekul tinggi (beratnya), mampu menganalisis cuplik
yang mempunyai titik didih
yang sangat tinggi seperti polimer. Sedangkan yang membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada
HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong
fasa gerak. Fasa diam yang biasa digunakan (pada kolom) HPLC jenis fasa terbalik adalah RMe2SiCl, dimana R adalah rantai alkana C-18 atau C8. Sementara fasa geraknya berupa larutan yang diatur komposisinya
(gradien elusi) misalnya,
air:asetonitril 80:20, hal ini bergantung kepada kepolaran analit yang akan dipisahkan. Campuran analit akan
terpisah berdasarkan kepolarannya dan waktu
retensinya pun akan berbeda, hal ini
akan teramati jelas pada spektrum yang punsak-puncaknya terpisah.
Prinsip kerja alat HPLC adalah fasa
gerak yang dialirkan melalui kolom menuju detektor dengan bantuan pompa. Kemudian
cuplikan dimasukan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Pada kolom terjadi
pemisahan komponen-komponen
campuran karena perbedan kekuatan interaksi antara solut- solut terhadap fasa diam. Solut-solut yang
lemah atau kurang kuat interaksinya dengan
fasa diam akan keluar dari kolom terlebih dahulu. Dan sebaliknya solut- solut yang interaksinya kuat dengan fasa
diam akan keluar dari kolom lebih lama atau
terakhir. Setiap komponen campuran yang keluar dari kolom akan terdeteksi oleh detektor yang kemudian direkam dalam
bentuk kromatogram. Kromatogram HPLC hampir serupa dengan kromatogram pada kromatografi gas. Pada
kromatografi gas, jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak menyatakan kosentrasi
komponen dalam campuran.
Pada dasarnya prinsip kerja HPLC sama
dengan kromatografi lapis tipis dan
kromatografi kolom, yang membedakan adalah fasa diam yang digunakan pada HPLC memiliki ukuran yang lebih kecil
sehingga luas permukaan semakin besar
sehingga keseimbangan antar fasa menjadi lebih baik dan
efisien. Pada HPLC tekanan yang
tinggi menyebabkan fasa gerak dapat bergerak lebih cepat sehingga difusi menjadi
kecil. Ukuran butir kecil pada fasa diam dan tekanan yang tinggi
dalam fasa gerak pada kromatografi kolom cair secara teori akan menghasilkan pemisahan
yang baik.
HPLC dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Pada proses kualitatif cara yang paling umum untuk
mengidentifikasi adalah dengan melihat Retention
time (RT). Peak yang mempunyai RT yang sama
dengan standard umumnya adalah
peak milik analat, perlu dilihat juga spektrum 3D dari signal kromatogram.
Zat yang sama akan mempunyai spektrum 3D yang sama. Sehingga jika spektrum 3D antara dua zat berbeda,
maka kedua zat tersebut juga dipastikan adalah zat yang berlainan, meskipun memiliki RT yang sama.
Sample
yang mengandung banyak komponen didalamnya akan mempunyai
kromatogram dengan banyak peak. Bahkan tak jarang adanya antar peak saling bertumpukan (overlap). Hal ini
dapat menyulitkan proses identifikasi dan perhitungan konsentrasi. Oleh karena itu untuk sample pada jenis-jenis tertentu dapat dilakukan dengan tahapan
preparasi sample yang lebih rumit agar sample yang siap diinjeksikan ke HPLC sudah cukup bersih dari impuritis.
2.4.2
Komponen HPLC
1.
Fasa Gerak
Fasa gerak dari HPLC merupakan zat cair
yang disebut dengan eluen atau
pelarut. Pada HPLC fasa gerak berfungsi untuk membawa komponen- komponen
campuran menuju ke detector dan dapat berinteraksi dengan solut-
solut yang lain. Oleh karena itu, fasa gerak dalam HPLC
merupakan salah satu faktor penetu keberhasilan pada proses pemisahan.
Sebelum digunakan fasa gerak harus
disaring terlebih dahulu untuk menghindari
adanya partikel-partikel yang terdapat pada fase gerak. Selain itu gas yang terdapat dalam fasa gerak juga
harus dihilangkan, karena gas dapat berkumpul dengan komponen yang lain terutama
di pompa dan detektor sehingga
akan mengganggu proses
analisis.
Fase gerak yang paling sering digunakan
untuk pemisahan dengan fase terbalik
adalah campuran larutan buffer dengan metanol atau campuran air dengan asetonitril. Dan fasa gerak yang sering digunakan untuk pemisahan dengan fase normal adalah campuran
pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut yang terklorisasi atau menggunakan pelarut-pelarut dengan jenis alkohol.
Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding fase terbalik.
Persyaratan zat cair yang digunakan
sebagai fasa gerak pada HPLC adalah sebagai berikut:
a.
Zat cair harus bertindak sebagai
pelarut yang baik, untuk cuplikan yang akan dianalisis
b.
Zat cair
harus jernih,
untuk meghindari
penyumbatan pada
kolom
c.
Zat cair harus murni, untuk
menghindari masuknya kotoran yang dapat mengganggu interpretasi kromatogram
d. Zat
cair tidak
kental dan
harus sesuai
dengan detektor
e.
Zat cair harus mudah diperoleh,
murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun
2.
Kolom
Bahan pada kolom HPLC lebih sering terbuat dari stailess steel, akan
teta pi ada juga yang terbuat
dari gelas yang berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam, tepat terjadinya
pemisahan campuran menjadi komponen- komponen. Kolom
utama
dapat
digunakan untuk
menganalisis atau
preparative pada setiap komponen yang keluar dari kolom ditampung dengan tabung yang berbeda dan kemudian keluaran HPLC dihubungkan dengan fraction collector. Kolom utama berisi fasa dian dan jenisnya
bervariasi tergantung pada keperluan, misalnya
kolom C8, C-18, cyanopropyl, dan penukar
ion. Kolom utama untuk HPLC biasanya berukuran panjang berkisar antara 5-30 cm dengan diameter berkisar 4,5–10 mm.
Kolom
pengaman (guard coloumn)
disebut juga pra-kolom karena leta knya
sebelum sistem
pemasukan cuplikan. Kolom ini berukuran pendek yaitu 5 cm
dengan diameter 4,6 mm, biasanya dilapisi dengan partikel silica yang berukuran lebih besar dari ukuran partikel
kolom utama. Kolom pengaman mempunyai
dua fungsi yaitu untuk menyaring
kotoran yang terbawa oleh fasa gerak dan untuk menjenuhkan fasa gerak dalam rangka menghindari terjadinya erosi fasa diam oleh aliran pelarut.
Kolom
merupakan jantung kromatograf, kaarena keberhasilan atau kegagalan
analisis bergantung pada pilhan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a.
Kolom analitik
Garis tengah dalam sekitar 2-6 mm, panjang
bergantung pada jenis kemasan, untuk kemasan pelikel biasanya
panjang kolom berkisa r antara 50-100
cm, sedangkan untuk kemasan mikropartikel berpori berkisa r 10- 30
cm.
b. Kolom preparatif
Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dengan
panjang sekitar 25-100 cm.
3.
Pompa
Pada HPLC, pompa berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui
kolom yang berisi serbuk halus. Pompa bertekanan tinggi digunakan pada metode ini akibat penggunaan fasa
gerak berupa zat cair yang akan sukar mengalir
pada kolom yang dipadatkan dengan serbuk halus. Maka dari itu, agar zat cair dapat melewati
kolom secara tepat,
dibutuhkan bantuan pompa
yang bertekanan tinggi. Pompa digunakan untuk mengalirkan pelarut
sebagai fase mobile dengan kecepatan
dan tekanan yang teta p.
Dikenal 3 jenis pompa yang masing-masing memiliki keuntungan yaitu
:
1. Pompa Reciprocating
Pompa ini terdiri dari ruangan kecil tempat pelarut yang
dipompa dengan cara gerakan piston
maju mundur yang dijalankan oleh motor. Gerakan piston memberikan aliran eluen yang konstan, memiliki volume
internal kecil (35-400 mL) menghasilkan tekanan tinggi (sampai
10.000 psi). Piston berupa batang gelas dan berkontak lengsung
dengan pelarut.
2.
Pompa Displacement
Pompa ini menyerupai syringe (alat suntik)
tersiri dari tabung yang dilengkapi pendorong yang digerakkan oleh
motor. Menghasilkan aliran yang
cenderung tidak tergantung pada tekanan balik kolom dan viskositas pelarut.
Memiliki keterbatasan kapasitas
pelarut (250 mL) dan tidak mudah untuk pergantian pelarut.
3.
Pompa Pneumatic
Dalam pompa ini pelarut didorong oleh gas bertekanan
tinggi.Pompa jenis ini murah, tetapi memiliki
keterbatasan kapasitas dan tekanan yang dihasilkan
(<2000 psi) kecepatan alir bergantung pada viskositas pelarut dan tekanan balik kolom.
Pompa
yang digunakan dalam HPLC harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a.
Menghasilkan tekanan sampai 5000 psi
b.
Kecepatan alir berkisar
antara 0,1-10 mL/menit
c.
Bahan tahan korosi
d. Keluaran bebas pulse
4.
Injector Sample
Sampel-sampel cair dan larutan
disuntikan secara langsung ke dalam fase gerak yang mengalir
dibawah tekanan menuju kolom dengan menggunakan
alat penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang telah dilengkapi dengan keluk
sampel (sample loop) internal atau eksternal. Salah satu jenis penyuntik yang digunakan untuk memasukan sampel ke dalam sistem (kolom)
kromatografi adalah penyuntik loop. Dalam prakteknya,
loop tidak perlu diisi penuh, namun bila tidak diisi penuh akan mengakibatkan buruknya presisi hasil
eksperimen dan ketergantungan presisi tersebut
kepada bagaimana operator menggunakan penyuntik.
Yang menjadi faktor ketidak tepatan
pengukuran HPLC salah satunya adalah terletak
pada keterulangan pemasukan
cuplikan ke dalam packing kolom. Terlalu banyak memasukan cuplikan
kedalam kolom dapat menyebabkan band broadening. Maka dari itu cuplikan
yang dimasukkan harus kecil
beberapa puluh mikroliter. Beberapa
teknik pemasukan cuplikan ke dalam sistem dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Injeksi Syringe
Syringe disuntikan melalui septum (seal karet) dan untuk ini dirancang syringe yang tahan
tekanan sampai 1500 psi.
Akan teta pi keterulangan injeksi stringe
ini sedikit lebih baik dari 2-3 % dan sering lebih jelek.
b. Injeksi Stop Flow
Aliran pelarut dihentikan
sementara, sambungan pada
ujung kolom dibuka dan cuplikan disuntikan langsung kedalam ujung kolom. Setelah menyambung kembali kolom maka pelarut dialirkan kembali. Untuk memasukkan cuplikan kedalam fasa gerak perlu dua langkah : sejumlah volume
cuplikan
disuntikkan ke dalam loop dan posisi
‘load’. Cuplikan
masih
berada
dalam
loop ; kran diputar untuk mengubah posisi ‘load ’ menjadi posisi ‘injeksi’dan fasa gerak membawa cuplikan kedalam kolom
(kran cuplikan).
c.
Kran Cuplikan
Jenis pemasukan cuplikan
ini disebut juga loop dan paling banyak digunakan.
Untuk memasukan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak perlu 2 langkah, yaitu: sejumlah volume cuplikan
disuntikan ke dalam loop dalam posisi load, cuplikan masih berada dalam loop; kran diputar untuk mengubah
posisi load menjadi posisi injeksi
dan fasa gerak membawa cuplikan ke dalam kolom.
5.
Detektor
Ada dua jenis detektor yaitu detektor
selektif, detektor yang peka terhadap golongan
senyawa tertentu saja dan
detektor universal, yaitu detektor yang peka terhadap
golongan senyawa apapun
kecuali pelarutnya.
Diantara detektor
yang digunakan dalam
KCKT adalah
a. Detektor Universal
-
Detektor Ultra Violet –Visible (Sinar Tampak)
Detektor UV terutama
digunakan untuk pendeteksian senyawa- senyawa
organik. Detektor UV dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang, sehingga panjang
gelombang UV yang digunakan dapat dipilih
sesuai dengan jenis cuplikan yang diukur.
Detektor UV-Visible (uv-sinar
tampak) paling banyak digunakan, karena sensitivitasnya yang baik mudah menggunakannya, tidak merusak senyawa
yang di analisis, dan memungkinkan untuk melakukan elusi bergradien. Ada yang dipasang
pada panjang gelombang tetap yaitu pada panjang
gelombang 254 nm, dan ada yang panjang
gelombangnya dapat dipilih sesuai dengan diinginkan antara 190-600 nm. Detektor dengan panjang gelombang variabel ini ada yang dilengkapi alat untuk memilih
panjang gelombang secara otomatis
dan dapat me-nol-kan sendiri (allto zero). Detektor jenis ini juga ada
yang menggunakan drode erray (sebagai
pengganti photo tube), sehingga dapat melakukan pembacaan
absorban yang kontinyu pada berbagai
panjang gelombang.
-
Detektor Indeks Bias
Detektor indeks bias memberi respons
terhadap senyawa yang dianalisis apapun,
termasuk pelarutnya sendiri.
Prinsip dasar kerja detektor
ini adalah perubahan indeks bias karena adanya komponen sampel dalam pelarut.
Detektor ini bersifat
tidak merusak (non- destruktif), sensitivitasnya cukup tinggi (minimum
10-6 g) dan umumnya
digunakan dalam pekerjaan preparatif. Dengan detektor ini tidak dapat dilakukan elusi bergradien.
Detektor ini digunakan dalam kromatografi eklusi
dan dalam analisis karbohidrat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan
detektor indeks bias:
·
Bila digunakan lebih dari satu pelarut,
maka campuran dahulu
hingga homogen dan bebaskan dari gas terlarutnya.
·
Setelah detektor dihidupkan, tunggu beberapa lama sebelum digunakan sampai detektor stabil.
·
Bila digunakan lebih dari satu detektor
yang dipasang berurutan, maka tempatkanlah detektor
indeks bias pada urutan
terakhir.
·
Untuk saluran pembuangan, gunakanlah
selang teflon berdiameter dalam (inner diameter) yang besar tapi pendek.
·
Tempatkan detektor
pada kondisi
suhu yang
dipelihara teta
p.
·
Menjaga sel indeks
bias selalu bersih.
·
Sel pembanding harus diisi dengan pelarut
yang telah dilewatkan melalui kolom
-
Detektor Spektrometer
Massa
-
Detektor Spektrometer
Inframerah
b. Detektor Selektif
-
Detektor Fluoresensi
Didasarkan kepada prinsip
bahwa molekul-molekul tertentu
dapat menyerap energi pada panjang
gelombang yang lebih pendek
membentuk suatu keadaan
tereksitasi dan kemudian
secara hampi bersamaan
turun kembali ke keadaan dasar (ground state) dengan memancarkan energi pada panjang
gelombang yang lebih panjang.
-
Detektor Konduktivitas Listrik
Detektor elektrokimia biasanya
didasarkan pada daya hantar listrik (konduktometri) dan polarografi. Detektor
jenis konduktometri biasanya
digunakan untuk mendeteksi solut-solut yang dapat mengalami
reaksi redoks baik senyawa organik maupun anorganik. Adapun persyaratan detektor
yaitu: cukup sensitif,
stabilitas, dan keterulangan tinggi, tidak erusak
cuplikan, respon linier terhadap solut, reliabilitas tinggi
dan mudah digunakan.
Idealnya, suatu detektor harus mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a.
Mempunyai respon terhadap
solut yang cepat dan reprousibel
b. Mempunyia sensitifitas yang tinggi, yakni
mampu mendeteksi solut pada kadar sangat kecil
c.
Stabil dalam pengoperasiannya
d. Mempunyia sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita
e.
Signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang luas
f.
Tidak peka terhadap
perubahan suhu dan kecepatan alir fasa gerak
6.
Rekorder
Rekorder adalah alat yang digunakan
untuk mencetak hasil percobaan pada
lembar berupa kumpulan puncak
(kromatogram) kromatogram HPLC yang dihasilkan, berguna untuk
menganalisis kualitatif dan kuantitatif. Luas
peak menyatakan konsentrasi
komponen dalam campuran dan jumlah peak menyatakan jumlah komponen. Analisis
kualitatif dapat dilakukan dengan cara membandingkan waktu
retensi (rt) analit
atau sampel dengan
waktu retensi
standar. Sedangkan analisis kuantitatif dapat dilakukan
berdasarkan pada luas peak atau tinggi peak dengan metode standar kalibrasi.
2.4.3
Tekn ik HPLC
Teknik HPLC merupakan suatu metode
kromatografi cair-cair, yang dapat digunakan
baik untuk pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dengan teknik HPLC berdasarkan pada pengukuran luas area standar.
Pada prakteknya, metode
pembandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi
standar. Maka dari itu, dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi. (Wiji, dkk. 2010 : 17).
2.4.4
Manfaat HPLC
Kegunaan umum HPLC adalah untuk
pemisahan dan pemurnian senyawa obat serta untuk analisis kuantitatif
senyawa obat dalam sediaan farmasetika. HPLC juga digunakan
untuk mengidentifikasi secara kualitatif senyawa
obat berdasarkan pada
parameter waktu retensi senyawa obat
standar serta senyawa obat dalam sampel (Gandjar
dan Rohman, 2012).
·
Untuk pemisahan sejumlah senyawa
organik, anorganik, maupun senyawa biologis
·
Analisis ketidakmurnian
(impurities)
·
Analisis senyawa-senyawa
tidak mudah
menguap (non
volatile)
·
Penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun sekelumit
(trace element), dalam jumlah
banyak, dan dalam skala proses industri (Gandjar dan Rohman, 2007)
Pemisahan senyawa pada HPLC diatur oleh
distribusi senyawa dalam fase gerak
dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair berhasil dalam menghadapi kebutuhan
penggabungan secara tepat dari berbagai
kondisi operasional seperti
jenis kolom,
fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.4.5
Jenis HPLC
Berdasarkan kepolaran fasa geraknya, HPLC dibagi
menjadi 2 macam yaitu :
a.
Fase Normal HPLC
HPLC jenis ini secara essensial sama dengan kromatografi
kolom. Kolom ini diisi dengan
partikel silika yang sangat kecil dan
pelarut nonpolar seperti heksan sebuah kolom sederhana memiliki
diameter internal 4,6 mm dengan panjang 120 nm-250 nm. Senyawa-senyawa
polar dalam campuran melalui kolom
akan melekat lebih lama pada
silika yang polar dibanding
dengan senyawa-senyawa non polar. Oleh karena itu, senyawa yang non polar kemudian
akan lebih cepat melewati kolom. Apabila pasangan fasa diam lebih polar
daripada fasa geraknya
maka sistem ini disebut HPLC fase normal.
b.
Fase Balik HPLC
Pada HPLC ini, ukuran kolomnya sama tetapi silika
dimodifikasi menjadi non polar melalui
pelekatan hidrokarbon dengan rantai panjang
pada permukaannya secara
sederhana berupa atom karbon 8 atau 18. Dalam kasus ini, terdapat interaksi yang kuat antara pelarut polar dan
molekul polar dalam campuran yang
melalui kolom. Interaksi yang terjadi tidak sekuat interaksi antara rantai-rantai hidrokarbon yang
berlekatan pada silika (fasa diam) dan molekul-molekul
polar dalam larutan. Oleh karena itu molekul-molekul polar akan lebih cepat bergerak melalui kolom.
Sedangkan molekul-molekul non polar akan bergerak lambat karena interaksi
dengan gugus hidrokarbon.
HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase
diam dan atau berdasarkan pada
mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:
1. Kromatografi
Adsorbsi
2.
Kromatografi
fase terikat
(Kromatografi Partisi)
3. Kromatografi
penukar ion
4. Kromatografi
Pasangan ion
5. Kromatografi
Eksklusi Ukuran
6. Kromatografi
Afinitas
BAB III
METODOLOGI KERJ A
3.1
Waktu dan
Tempat Pr aktik um
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2018 di Laboratorium Penelitian Farmasi
Universitas Pakuan Bogor.
3.2 Ala t dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Batang pengaduk
2.
Beakerglass
3.
Bulb
4.
Degassing ultrasonic Restch tipe T460 No. V935922013 EY
5.
Erlenmeyer
6.
HPLC dengan
kolom reversed
phase C18
7.
Labu ukur
8.
Mikropipet Nichiryo 5000DG
9.
Mortir dan Stamper
10. Penyaring membran filter Whatman 0,45 μm
11. Penyaring millipore
12.
Penyaring vakum
13. Pipet tetes
14.
Sendok tanduk
15.
Sonikator Syringe
16.
Timbangan analitik
17.
Vial
3.2.2
Bahan
1.
Aquabidest
2.
Aquabidest grade for HPLC
3.
Asam sulfat pekat
4.
HCl (semuanya
berderajat p.a.,
E.Merck)
5.
Metanol grade for HPLC
6.
Sediaan krim pelembab
wajah
7.
Zat baku
metil paraben
8.
Zat baku
propil paraben
3.3
Car a Kerja
For mula Sirup
a.
Nipagin 0,158
gr
b. Nipasol 0,012 gr
c.
Aquadest ad 60 ml
·
Ditimbang nipagin dan nipasol
·
Dibuat sediaan larutan
·
Kemudian ditambahkan dengan
aquadest ad 60 ml.
A.
Penyiapan Sampel Kr im
·
Ditimbang 1 gram samepl krim.
·
Dimasukan 1 gram sampel kedalam erlenmayer 100 ml.
·
Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat 2 N, kemudian diaduk
kuat.
·
Ditambahkan 30 ml methanol
kemudian dikocok kuat (erlenmayer tertutup).
·
Disaring, menggunakan kertas saring.
·
Diambil 1 ml kedalam gelas ukur.
·
Dimasukan kedalam labu ukur
10 ml (triplo).
B.
Penyiapan Sampel Liquid
·
Ditimbang Metil Paraben sebanyak 70 mg dan Propil Paraben sebanyak
50 mg.
·
Dimasukan kedalam labu ukur 100 ml.
·
Ditambahkan 3 ml methanol samapi larut.
·
Ditambhakan aquadest sampai 60 ml.
·
Diambil masing-masing 0,2 ml (triplo).
·
Ditambahkan 1 ml larutan H2SO4 , ditambahkan sampai 10 ml dengan aquadest.
C.
Pembuatn Bla nko
·
Dibuat larutan dengan campuran methanol dan air dengan perbandingan 7:3.
·
Kemudian dikocok sampai
homogen.
·
Disaring dengan menggunakan membrane filter 0,2 µm.
D.
Pembuatan Fase Gerak
·
Fase gerak dibuat
dengan campuran methanol
dan aquadest.
·
Kemudian campuran ini diaring dengan menggunakan penyaring vakum.
·
Digunakan membrane berpori 0,2 µm.
E.
Pembuatan Larutan
Baku
1.
Pembuatan Lar
utan Induk
·
Ditimbang Metil
Paraben 0,0494
g dan Propil
Paraben 0,0281
g.
·
Dimasukan kedalam labu ukur 50 ml.
·
Dilarutkan dengan pelarut
campur sampai bersih.
·
Kemudian ditambahkan 50 ml dengan
pelarut campur.
2.
Pembuatan Kur
va Baku
·
Dilakukan dicampur tidak dipisah .
·
Dilakukan dengan memipet larutan
induk propil paraben 0,1ml; 0,3ml;
0,5ml; 0,7ml; 0,9ml, dan metil Paraben 0,1ml;
0,2ml; 0,3ml; 0,4ml; 0,5ml.
·
Dimasukan kedalam labu ukur 10 ml.
·
Kemudian ditambahkan 1 ml H2SO4
·
Ditambahkan
pelarut campur
10 ml
·
Disaring dengan Millipore dan didegassing selama 15 menit.
·
Diinjeksikan sebanyak 40 µL dengan
kecepatan alir fase gerak 1,2 ml/
menit.
BAB IV
HASIL DAN PEM BAHASAN
4.1
Data Pengamatan
Gambar 4.1.1 Kroma togram Larutan Blanko Metil
Gambar 4.1.2 Kromatogram Larutan Blanko Propil
Gambar 4.1.3 Kromatogram Larutan Standar Ulangan 1
Gambar 4.1.4 Kromatogram Larutan Standar Ulangan 2
Gambar 4.1.5 Kromatogram Larutan Standar Ulangan 3
Gambar 4.1.6 Kromatogram Larutan Standar Ulangan 4
Gambar 4.1.7 Kromatogram Larutan Standar Ulangan 5
Gambar 4.1.8 Kromatogram Larutan Sampel Krim Ulangan 1
Gambar 4.1.9 Kromatogram Larutan Sampel Krim Ulangan 2
Gambar 4.1.10 Kroma togram Larutan Sampel Sirup Ulangan 1
Gambar 4.1.11 Kroma togram Larutan Sampel Sirup Ulangan 2
Tabel 1. Data Keseluruhan
|
Tr (Min) Luas Area |
Konsentrasi Ppm |
Kadar B A (Metil) (Propil) Ppm Ppm |
|
Sampel |
B (Propil) A (Metil) B (Propil) A (Metil) |
|||
Metil |
2.417 1.292 1468292 153693 |
24.5 |
||
Propil |
2.400 134936 |
14.05 |
||
Std 1 |
2.442 23004 |
10 |
||
Std 2 |
2.408 1.258 73769 57310 |
20 |
||
Std 3 |
2.408 1.258 75148 34614 |
30 |
||
Std 4 |
2.408 1.242 43406 19485 |
40 |
||
Std 5 |
2.400 1.258 115387 40029 |
50 |
||
Kosmetik 1 |
2.392 1.242 16904 11345 |
|
3,975 |
4,221 |
Kosmetik 2 |
2.400 1.275 145498 54707 |
|
||
Cair 1 |
2.408 1.258 59597 21695 |
|
1,471 |
5,758 |
Cair 2 |
2.392 1.242 25468 23778 |
|
4.2
Pembahasan
Pada percobaan praktikum kali ini
mengenai penetapan kadar nipagin dan nipasol dalam sediaan krim dan sirup dengan menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yang bertujuan untuk
mendapatkan luas area yang terbentuk pada suatu sampel.
Pada praktikum ini bahan yang akan
digunakan adalah senyawa nipagin dan nipasol
yang terkandung dalam suatu produk kosmetik atau krim yang terdapat
dipasaran serta pada suatu sirup. Nipagin nipasol merupakan senyawa fenolik
yang dapat berkhasiat sebagai antibakteri, sehingga nipagin nipasol sering digunakan sebagai bahan pengawet
produk-produk farmasi yang meliputi obat- obatan,
kosmetik dan makanan. Konsentrasi yang umumnya digunakan sebanyak 0,2-0,4%.
Sampel krim yang akan diuji, dilarutkan
terlebih dahulu dengan metanol karena kelarutan
dari propil paraben adalah larut dengan etanol,
aseton, 250 bagian gliserin dan sukar larut dalam air.
Penggunaan penambahan H2SO4 adalah sebagai pembentuk suasana asam, karena propil dan metil
paraben efektif sebagai
pengawet pada rentang Ph 4-8 (Rowe.,
dkk, 2005).
Fase gerak merupakan
fase yang bergerak
dengan arah yang telah ditentukan, berfungsi untuk membawa
komponen-komponen campuran menuju detektor serta dapat berinteraksi dengan solute-solute. Sedangkan
fase diam adalah partikel
yang terletak didalam tabung kolom yang secara tetap tidak bergerak. Metode ini menggunakan fasa terbalik
karena fasa gerak atau eluen yang
digunakan adalah metanol dan
aquabidest 7:3, sedangkan fasa diam yang digunakan
adalah nipagin. Interaksi yang lemah akan keluar terlebih dahulu dan interaksi yang kuat akan keluar lebih lama
atau terakhir. Fasa gerak dan fasa diam berbeda kepolarannya, tujuannya agar sampel uji tidak bereaksi dengan fasa diamnya saat melewati
kolom HPLC.
Preparasi larutan
standar dan sampel
menggunakan membran filter
whatman dengan ukuran 0,2 μm untuk proses
pemurnian larutan standar maupun sampel
yang dipisahkan dari pengotornya dan mencegah partikel-partikel kecil yang tidak larut tadi, masuk kedalam
kolom. Kemudian dibuat kurva kalibrasi dari
deret larutan standar dengan konsentrasi yang telah ditentukan.
Metode
yang digunakan adalah HPLC yang merupakan suatu metode pemisahan dari analit berdasarkan
perbedaan interaksi pada fasa diam dan fasa diamnya. Sehingga
akan didapatkan waktu retensi
yang berbeda-beda antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya. LC (Liquid Chromatography) memiliki kekuatan pemisahan
yang sangat ampuh,
bahkan untuk komponen-komponen yang berhubungan sangat erat. LC harus
ditingkatkan kecepatannya, diotomasasi, dan harus disesuaikan dengan sampel-sampel yang lebih kecil, waktu elusi yang beberapa jam (Underwood, Day. 2002 : 553).
Pada dasarnya prinsip kerja HPLC atau
metode kromatografi cair-cair dapat menganalisa
secara kualitatif dan kuantitatif. Analsis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas atau area puncak dalam kromatogram. Analisis
kualitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas area standar.
Pada prakteknya, metode pembandingan area standar
dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan suatu konsentrasi standar.
Oleh karena itu, dilakukan dengan
menggunakan
teknik kurva kalibrasi. (Wiji, dkk. 2010 : 17). Pada proses
kualitatif cara yang diidentifikasinya
adalah dengan melihat retention time (rt) atau pengukuran luas area standarnya. Kemudian melihat dari
spektrum 3D dari sinyal kromatogram. Zat
yang sama akan mempunyai spektrum
3D yang juga sama, sehingga
jika spektrum 3D antara dua zat berbeda,
maka kedua zat tersebut juga sama. Sehingga
jika spektrum 3D antara dua zat berbeda, maka kedua zat tersebut juga
dipastikan adalah zat yang berlainan, meskipun memiliki rt yang sama.
Mekanisme kerja HPLC adalah dengan
bantuan pompa fasa gerak cair dor. Cuplikan
dialirkan melalui kolom ke detektor, kemudian cuplikan dimasukkan ke dalam fasa gerak dengan cara penyuntikan.
Di dalam kolom, terjadi pemisahan komponen-komponen
campuran dikarenakan perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam. Pelarut
yang digunakan harus mempunyai kemurnian
tinggi dikarenakan sedikitnya jumlah
sampel yang digunakan, sehingga jika pelarut
kurang murni maka akan mempengaruhi hasil pemisahan. Fungsi HPLC pada umumnya yaitu
untuk pemisahan dan pemurnian senyawa obat, untuk analisis kuantitatif dan kualitatif senyawa
obat dalam sediaan
farmasetika berdasarkan
parameter waktu retensi senyawa obat standar serta senyawa obat dalam sampel.
Pada saat
penggunaan alat High Performance Liquid Chromatography (HPLC),
instrumen HPLC harus
dalam kondisi optimal
agar hasil yang didapatkan baik.
Larutan sampel, standar
maupun blanko harus dilakukan degassing fungsinya untuk
menghilangkan gelembung udara atau gas yang terlarut dalam pelarut fasa gerak, karena jika gelembung
terkumpul dalam kepala pompa atau detektor maka akan mengganggu kondisi
HPLC. Selain itu, pelarut harus di saring dahulu agar bebas dari partikel-partikel kecil
yang tidak larut.
Sebelum melakukan pengujian, dilakukan
pengaturan pada alat HPLC nya, dimana
pada masing-masing larutan wadah terpisah. A (18 kuning) untuk larutan bufer, B (hijau) untuk larutan
asetonitril, C (biru) untuk larutan metanol sebagai fase gerak, D (merah) untuk air. Kemudian
detektor uv dinyalakan, setelah semuanya telah siap kemudian
dilakukan pengujian sampel.
Kemudian diinjeksikan sampel
uji yang sebelumnya telah disaring dengan
membrane filter
0,2 µm dengan volume injeksi 40 µl. Didalam kolom HPLC,
senyawa-senyawa akan keluar berdasarkan tingkat
kepolarannya. Nipagin akan keluar terlebih
dahulu dibandingkan dengan nipasol. Kemudian
detektor akan menganalisis senyawa yang keluar dari kolom, dan direkam
dengan bentuk kromatogram. Detektor yang digunakan adalah detektor UV, karena metil dan
propil paraben merupakan senyawa
organik yang dapat menyerap sinar UV. Panjang gelombang yang digunakan adalah 245 nm, hal ini dikarenakan panjang
gelombang metanol adalah 205 nm serta
panjang gelombang air adalah 190 nm. Serta laju alir yang digunakan
adalah 1,2 ml/menit.
Penentuan peak metil dan propil paraben
pada kromatogram larutan
standar ini dilakukan dengan mengamati peak yang waktu
retensinya relatif tetap atau sama
pada setiap konsentrasi larutan standar serta memperhatikan juga luas area peaknya. Nipagin bersifat polar sehingga peaknya keluar lebih dulu tetapi jika bersifat non polar maka peaknya
tertahan lebih lama dengan kolom sehingga puncak
peaknya keluar di akhir. Semakin tinggi ppm semakin tinggi kadar dan luas area yang terbentuk.
Berdasarkan hasil data yang kami
peroleh pada deret standar terdapat
kemunculan peak yang dicurigai terdapat
metil dan propil paraben.akan tetapi pada hasil kromatogram, kandungan metil
paraben lebih mendominasi, hal ini dikarenakan
adanya selisih waktu retensi dari sampel krim tidak jauh berbeda dengan waktu retensi metil paraben. Data yang diperoleh berdasarkan grafik,
sedikit melebar dan tidak
simetris, hal ini dikarenakan adanya difusi transfer massa dan
difusi longitudinal didalam kolom. Difusi transfer massa terjadi karena kecepatan
komponen yang tidak merata
sedangkan difusi longitudinal terjadi karena
penyebaran komponen yang tidak sama. Faktor yang menyebabkan puncak tidak simetris dan melebar adalah laju alir eluen, ketebalan stasioner kolom, ukuran partikel analit dan laju difusi sehingga dapat terjadi
overlapping analit yang belum
terpisahkan dalam kolom. Semakin tinggi laju difusinya semakin sulit komponen
dalam sampel dipisahkan
secara efisien.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
dan data pengamatan yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:
1.
High Perfomance Liquid Chromatography (HPLC) dapat digunakan
untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
2.
Pemisahan dengan HPLC ini dilakukan
dengan fase terbalik
dengan fase gerak
Metanol : air. 7: 3 dan fasa diamnya C18 (deaoksilsilana).
3.
Pada sediaan krim wajah teridentifikasi adanya
kandungan propil paraben
dengan kadar 3,975 ppm dan metil paraben
4,221 ppm.
4.
Pada sediaan sirup teridentifikasi adanya kandungan propil
paraben dengan kadar 5,758 ppm dan metil paraben 1,471 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Bahti. 2011. Teknik Pemisahan Kimia
dan Fisika. Universitas Padjajaran.
Bandung.
Basset, J. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:EGC
Day, R.A., A.L. Underwood. 2002. Analisis
Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga. Dirjen POM. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. Depkes RI: Jakarta
Gandjar, I.G dan Rohman,
A. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Pustaka: Yogyakarta.
Hendayana, Sumar, dkk. 1994. Kimia Analitik
Instrumen. Semarang: IKIP Press
Khopkar.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.
Putra,
Effendy., Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang Farmasi., Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitas Sumatera Utara.
Underwood.2006. Analisis Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
LAMPIRAN
1.
Per hitungan
· Perhitungan Liquid
Nipagin = 0,070
gr = 70 mg
= 70.000 µg/ 60 ml
= 1166 ppm = 0,12%
Nipagin = 0,2 ml x 1166 ppm =23,32 ppm 10 ml
Nipasol = 0,050
gr = 50 mg
= 50.000 µg/ 60 ml
= 833,33 ppm = 0,08%
Nipasol = 0,2 mlx 833,33 ppm =16,66 ppm 10 ml
Nipagin + Nipasol = 70 mg + 50 mg = 120 mg
= 120.000
µg/ 60 ml
= 2000 ppm
= 0,2 ml x2000 ppm =4
0 ppm 10 ml
Deret 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml
a. = 0,2 ml x2000 ppm =40 ppm
10 ml
b. = 0,4 ml x2000 ppm =80 ppm
10 ml
c. = 0,6 ml x2000
ppm =120 ppm
10 ml
·
Perhitungan Lar
utan Induk
-
0,1
ml x500 ppm =5 ppm
10 ml
-
0,2
ml x500 ppm =10 ppm
10 ml
-
0,3
ml x 500 ppm =15 ppm
10 ml
-
0,4
ml x500 ppm =20 ppm
10 ml
-
0,5
ml x500 ppm =25 ppm
10 ml
·
Larutan Standar
-
Metil paraben =0.049 gram x 1000000/ 50ml = 980 pp Konsentrasi : V1 x N1 = V2 x N2
o
0.1ml x 980 ppm = 10 ml x N2
N2 = 9.8 ppm
o 0.2 ml x 980 ppm = 10 ml x N2 N2 = 19.6 ppm
o 0.3 ml x 980 ppm = 10 ml x N2 N2 = 29.4 ppm
o 0.4 ml x 980 ppm = 10 ml x N2 N2 = 39.2 ppm
o 0.5 ml x 980 ppm = 10 ml x N2 N2 = 49 ppm
Tunggal= 0.25 ml x 980 ppm = 10 ml x N2 N2 = 24.5 ppm
-
Propil Paraben = 0.028 gram x 1000000/ 50 ml = 562 ppm Konsentrasi : V1 x N1 = V2 x N2
o 0.1ml x 562 ppm = 10 ml x N2 N2 = 5.65 ppm
o 0.2ml x 562 ppm = 10 ml x N2 N2 = 16.86 ppm
o 0.3ml x 562 ppm = 10 ml x N2 N2 = 28.1 ppm
o 0.4ml x 562 ppm = 10 ml x N2 N2 = 39.34 ppm
o 0.5ml x 562 ppm = 10 ml x N2 N2 = 50.58 ppm
Tunggal= 0.25 ml x 562 ppm = 10 ml x N2 N2 = 14.05 ppm
·
Kadar
-
Sampel Kosmetik
o Kadar metil y = 33026 ; a= 61300 ; b = -6697,2
y-a 33026-61300
x= b = -6697.2 = 4,221764319 ppm
o Kadarpropil y = 81201 ; a= 19822 ; b=15440
y-a 81201-19822
x= b = -15440 = 3,975323834 ppm
-
Sampel lar utan
o Kadar metil y = 22736,5
; a= 61300 ; b = -6697,2
y-a 227365-61300
x= b = -6697.2 = 5,758152661 ppm
o Kadar propil y =42532,5 ; a= 19822 ; b=15440
y-a 42532.5-19822
x= b = -15440 =
1,470887306 ppm
2.
Grafik
Grafik 1. Metil
Grafik 2. Propil
3.
Gambar
Baban's Words Part 2
FGVV?ds000,,,,,,,,,,,,,,M9320W-NHJ
-
TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN CAIR DAN PADAT DATA PREFORMULASI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas M...
-
1. Metode yang menggunakan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan individual dalam memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan a...
-
LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI II MASKARA Tanggal Percobaan: 2 Juni 2018 Kelompok/Kelas: 6/B Dosen Pembimbing: 1. ...