Monday, March 27, 2017

Sediaan Elixir


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Tujuan Percobaan
      Mengetahui cara pembuatan sediaan eliksir dengan melihat pengaruh kombinasi pelarut dan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat serta melakukan pengujian mutu sediaan eliksir.

1.2 Dasar Teori
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, eliksir merupakan sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa & bau sedap, mengandung selain obat juga zat tambahan seperti gula & atau zat pemanis lainnya, zat warna, zat pewangi & zat pengawet digunakan sebagai obat dalam.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, eliksir merupakan sediaan berupa jernih, manis merupakan larutan hidroalkoholik terutama untuk pemakaian oral, biasanya beraroma.
Elixir adalah sediaan obat berbentuk cair yang mengandung air dan alkohol (Hidroalkohol) serta bahan tambahan selain obat (Contoh pewangi atau pembau). Elixir merupakan sediaan obat berwarna jernih, memiliki rasa dan bau yang enak. Elixir digunakan untuk pemakaian secara oral (melalui mulut). Jumlah alkohol yang terdapat dalam Sediaan Elixir tergantung pada keperluan, paling rendah adalah 3% dan paling tinggi 44%, namun umumnya kadar alkohol berkisar antara 5 – 10 %. Karena bersifat Hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas bahan obat, baik yang larut dalam air ataupun yang larut dalam alkohol. Jika dibandingkan dengan sirup, obat sirup lebih manis dan lebih enak rasanya, karena elixir tidak mengandung banyak gula (Ansel, 1989).
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan seagai obat dalam. Sebagai pelarut utama eliksir adalah etanol yang dimaksudkan mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol. Sirup gula dapat digunakan seagai pengganti gula. Eliksir supaya disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Bila dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental, karena mengandung gula lebih sedikit maka kurang efektif dibandingkan dengan sirup dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Karena eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air maupun alkohol dalam larutan eliksir. Disamping itu eliksir mudah dibuat larutan eliksir, maka dari itu eliksir lebih disukai dibanding sirup. Banyaknya jumlah etanol yang ada didalam eliksir berbeda sekali. Kadar etanol yang rendah adalah 3% dan yang tertinggi dapat sampai 44%. Biasanya eliksir mengandung antara 5 – 10% etanol. Pemanis yang digunakan biasanya gula atau sirup gula, tapi kadang – kadang digunakan sorbitol, glycerinum dan saccharinum (Anief, 1997).
Eliksirmerupakanproduk yang kurangumum.Eliksirumumnyamengandungobat yang potensepertiantibiotik, antihistamindansedatif, dandiformulasikandengan rasa yang enakdanbiasanyasangatstabil.Jikaperlu rasa pahitdan rasa yang memabukkan (nauseous) ditutupidenganflavour, danpewarnabuatandapatditambahkanuntukmemberikanpenampilan yang menarik (Fornas Ed. II, hal. 313)
Perbandingan alcohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena masing – masing komponen eliksir mepunyai sifat kelarutan dalam alcohol dan air yang berbeda. Tiap eliksir memerlukan campuran tertentu dari alcohol dan air untuk mempertahankan semua komponen dalam larutan. Tentu saja, untuk eliksir – eliksir ini mengandung zat yang kelarutannya dalam air jelek, banyaknya alcohol yang dibutuhkan lebih besar daripada eliksir yang dibuat dari komponen – komponen yang kelarutannya dalam air baik. Eliksir paling baikdisimpandalamwadah – wadah yang tertutuprapat, tahancahayauntukmenjagaterhadap temperature yang berlebihan.Disebabkankarenaeliksirmengandung alcohol (Ansel, 1989).
Komponen Eliksir:
a.      Zat Aktif
Zat utama/zat berkhasiat dalam sediaan eliksir.
b.     Pelarut
Cairan yang dapat melarutkan zat aktif atau biasa disebut zat pembawa. Pelarut utama digunakan etanol untuk mempertinggi kelarutan.
c.      Pemanis
Berfungsi sebagai pemberi rasa manis pada eliksir. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol & propilenglikol sebagai pengganti gula
d.     Zat Penstabil
Yaitu untuk menjaga agar eliksir dalam keadaan stabil
e.      Pengawet
Yaitu untuk menjaga agar eliksir tahan lama dan tetap stabil dalam penyimpanan yanglama. Eliksir dengan kadar alkohol 10 - 12% dapat berfungsi sebagai pengawet.

Jenis-jenis Eliksir
1)     Medicated Elixir
Yaitu mengandung bahan berkhasiat obat
Pemilihan cairan pembawa bagi zat aktif obat dalam sediaan eliksir harusmempertimbangkan kelarutan dan kestabilannya dalam air dan alkohol
2)     Non-Medicated Elixir
Yaitu sebagai zat tambahan
Ditambahkan pada sediaan dengan tujuan meningkatkan rasa, sebagai bahan pelaruteliksir yang mengandung bahan aktif obat
Zat tambahan jangan sampai mempengaruhi/menghilangkan khasiat dari zat aktif

Kelebihan danKekurangan Eliksir
  1. Kelebihan
1.     Lebih mudah ditelan daripada sediaan lain, sehingga banyak disukai anak-anak, bayi, maupun usia lanjut
2.     Lebih mudah menutupi rasa dan bau obat yang tidak enak dengan penambahan pemanis dan pengaroma
3.     Absorbsi obat lebih cepat karena telah berbentuk sediaan cair (tidak mengalami proses penghancuran/disintegrasi maupun pelarutan seperti pada tablet,kapsul, pil, dll)
4.     Mengurangi resiko terjadinya iritasi lambung

  1. Kekurangan
1.     Larutan/air merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme sehingga diperlukan pengawet dalam pembuatan
2.     Ketepatan dosis tergantung kemampuan pasien dalam menakar obat
3.     Stabilitas rendah dibanding sediaan pil,tablet,kapsul terutama untuk zat aktif yang mudah terhidrolisis
4.     Bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk dibawa atau diangkut dan disimpan, lebih berat
Teofilin adalah kelompok obat xanthine bronchodilator yang berbentuk tablet maupun kapsul. Obat ini digunakan oleh orang yang mengalami gangguan atau obstruksi pernapasan, seperti asma, bronkitis, emfisema, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).Teofilin akan mempermudah pernapasan dan membantu meredakan gejala batuk, sesak napas, dan napas parau dengan cara membuka jalur udara (bronkus) lebih lebar ke paru-paru agar udara bisa mengalir dengan lebih bebas. Obat ini membuat otot-otot saluran pernapasan lebih rileks serta menurunkan respons paru-paru terhadap penyebab iritasi.
Dosis Teofilin
Dosis umum untuk orang dewasa dalam mengonsumsi teofilin adalah 300-600 mg per hari. Sedangkan untuk orang lanjut usia, dosis akan sedikit diturunkan untuk mengurangi efek samping teofilin. Dosis ini akan dibagi menjadi satu hingga dua kali dalam sehari. Sedangkan dosis untuk anak-anak disesuaikan dengan berat badan.
Efek Samping Teofilin
Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Beberapa efek samping yang bisa terjadi akibat teofilin adalah:
  • Mual dan muntah.
  • Sakit atau kram perut.
  • Detak jantung cepat atau tidak beraturan.
  • Gangguan tidur atau insomnia.
  • Diare
  • Kehilangan selera makan.
  • Sering buang air kecil.
  • Merasa pusing dan sakit kepala.






BAB II
METODE KERJA

2.1 DATA PREFORMULASI

·       Senyawa : Theophyllinum(Farmakope Indonesia IV)
1.  Warna          :      Putih
2.  Rasa             :      Pahit
3.  Bau               :      Tidak berbau
4.  Penampilan  :      Serbuk hablur
5.  Kelarutan
     Air                     :      sukar larut dalam air, lebih mudah larut dalam air panas
     Etanol               :      agak sukar larut
     Alkali hidroksida  : mudah larut
     Amonium hidroksida : mudah larut
     Kloroform         :      agak sukar larut
     Eter                   :      agak sukar larut
6.  Titik leleh       :     270◦C - 274◦C
7.  pH, konsentrasi larutan dalam H2O : 4,3 – 4,7
8. pKa dan koefisien partisi : dalam pelarut oktanol – air
a.      Suhu 30◦C = 4,925
b.     Suhu 37◦C = 5,341
c.      Suhu 40◦C = 5,458
9. Kecepatan disolusi : 0,205 mg ( menit dalam sediaan tablet)
10. Stabilitas “bulk” obat
     a. 60◦C selama 30 hari
     b. 600 lumen selama 30 hari
     c. Kelembaban relatif 80%, 25◦C selama 30 hari

11. Kelembaban relatif % pertambahan/kehilangan bobot pada kesetimbangan. 30%, 50%, 60%, 70%, 90%, awal.

·       Air suling (aquadest) (Farmakope Indonesia III halaman 96)
1.     BM                                 = 18,02.                  
2.     Rumus molekul               = H2O.
3.     Pemerian                         = Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
4.     Penyimpanan                  = Dalam wadah tertutup baik.
5.     Stabilitas                         = Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel ion dan bahan organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
6.     OTT                                = Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.

·       Sirup Simpleks ( FI III hal.567 )
1.     Pemerian              : Cairan jernih tidak berwarna
2.     Pembuatan           : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metal paraben 0,25% b/v secukupnya sehingga diperoleh 100 bagian sirup.
3.     Kegunaan            : Pemanis, zat tambahan
4.     Konsentrasi          : 20-60%
5.     Penyimpanan       : Wadah tertutup rapat, ditempat sejuk.

·       Essence Anggur
1.     Pemerian                     = Cairan berwarna ungu
2.     Kegunaan                    = Flavoring agent
3.     Penyimpanan               = Dalam wadah tertutup rapat


·       Tween
1.     Pemerian                     = Cairan berwarna kuning
2.     Kegunaan                    = Menurunkan tegangan permukaan
3.     Penyimpanan               = Dalam wadah tertutup rapat

·       Gliserin (FI Edisi III Halaman 271)
       1.  Warna             = Tidak berwarna
       2. Rasa                 = Manis
       3. Bau                   =Tidak berbau
4. Pemerian     =Cairan Jernih
5. Kelarutan
Air                    : Larut dalam air      
     Etanol          : Larut
     Kloroform   : Praktis tidak larut
Eter                   : Praktis tidak larut  
6.Kegunaan       : Pelarut

3.1. Alat & Bahan
A. Alat
1.     Mortir                                     6. Penangas air                       11. Rak tabung
2.     Stamper                                  7. Spatula                                12. Alumunium foil
3.     Beaker Glass                           8. Timbangan                          13. Cawan uap
4.     Pipet tetes                               9. Lap                                      14. Gelas Ukur
5.     Batang pengaduk                  10. Tabung sedimentasi            15. Kertas Perkamen
6.                                         6.  Kacaarloji
7.                             7.  Piknometer
8.     Cawanuap                                           8.  Timbangan digital
9.     Corong
10.  Hot Plate
11.   

B. Bahan
1.     Aquades
2.     Essense Anggur
3.     Gliserin
4.     Pewarna ungu
5.     Syrup simplex
6.     Tween 80
7.     Aquadest                                            
8.     Alkohol                                               Na-Benzoat                
9.     Propilenglikol


2.2 CARA KERJA
1.     Disiapkanalatdanbahan
2.     Dibersihkanalat yang akandigunakan
3.     Ditarabotolsampai 100 ml
4.     Didihkan air sebagai pelarut atau pembawa, kemudian didinginkan
5.     Ditimbang bahan berkhasiat dan bahan pembantu
6.     Dilarutkanbahanberkhasiatdidalampelarutcampurdengantigametode :
-      Dilarutkanbahanberkhasiatdalampelarut yang cocokdengan air sertadidalamsurfaktan.
-      Dilarutkanbahanberkhasiatdalampelarutcampurberupaperbandingan air denganalkohol (1 : 1) sertadilarutkandalamsurfaktan.
-      Dilarutkanzataktifdenganalkohol, surfaktandan air.
7.     Dimasukkanmasing-masing formula kedalambotol yang sudahditara.
8.     Diamatimetodemana yang paling cepatmengendapsertaorganoleptisnyaberupawarna, rasa dan aroma.
9.     Diamatistabilitadenganpengamatansuhudipercepat.

1.       Dilarutkan bahan berkhasiat dan bahan pembantu bentuk serbuk dalam mortar
2.       Dilarutkan Tween 80 dengan sedikit air panas
3.       Dilarutkan bahan berkhasiat di dalam pelarut campur, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a.      Dilarutkan bahan berkhasiat yang telah halus ke dalam surfaktan, kemudian ditambahkan etanol sedikit demi sedikit
4.       Dibuat campuran sirupus simplex dengan essens
5.       Dimasukkan campuran sirupus simplex kedalam campuran bahan aktif
6.       Dimasukkan campuran ke dalam botol dan ditambahkan air sampai batas 100 ml























BAB III
HASIL & PEMBAHASAN

3.1 FORMULA DAN PERHITUNGAN
A. FORMULA
Formula
1
2
3
Theofilin
50mg/5ml
50mg/5ml
50mg/5ml
Gliserin
2,5 %
7,5 %
15 %
Sirupus simplex
40 %
40 %
40 %
Essence (Anggur)
2 tetes
2 tetes
2 tetes
Pewarna (Ungu)
1 tetes
1 tetes
1 tetes
Aqua ad
100 ml
100 ml
100 ml
Tween
1 %
1 %
1%

4.2. Data Hasil Percobaan
A.  Formula 1

Pengamatan
Hari ke-
0
1
2
3
4
5
Warna
Ungu
(+++)
Ungu
(+++)
Ungu
(+++)
Ungu
 (++)
Ungu
(++)
Ungu
 (++)
Bau/Aroma
Anggur (+++)
Anggur(+++)
Anggur (++)
Anggur
(++)
Tengik (++)
Tengik (++)
Rasa
Pahit
(+++)
Pahit
(++)
Pahit
(++)
Pahit
(++)
Pahit
(++)
Pahit
(++)
Endapan
-
-
-
-
-
-
Jernih
(+++)
(+++)
(+++)
(++)
(++)
(++)
Tinggi
6
-
-
-
-
5,8
BJ
1,2
-
-
-
-
1,2
PH
7
-
-
-
-
7
Viskositas
1,35
-
-
-
-
1,30

B.    Formula 2

Pengamatan
Hari ke-
0
1
2
3
4
5
Warna
Ungu
(+++)
Ungu
 (+++)
Ungu
(+++)
Ungu
 (++)
Ungu
 (++)
Ungu
 (++)
Bau/Aroma
Anggur (+++)
Anggur(+++)
Anggur (++)
Anggur
(++)
Anggur (++)
Anggur (++)
Rasa
Pahit
(+++)
Pahit
(++)
Pahit
 (++)
Pahit
(++)
Pahit
(++)
Pahit
(++)
Endapan
-
-
-
-
-
-
Jernih
(+++)
(+++)
(+++)
(++)
(++)
(++)
Tinggi
6
-
-
-
-
5,7
BJ
1,2
-
-
-
-
1,2
PH
7
-
-
-
-
7
Viskositas
1,39
-
-
-
-
1,30

C.    Formula 3

Pengamatan
Hari ke-
0
1
2
3
4
5
Warna
Ungu
(+++)
Ungu
 (+++)
Ungu
(+++)
Ungu
 (++)
Ungu
 (++)
Ungu
 (++)
Bau/Aroma
Anggur (+++)
Anggur(+++)
Anggur (++)
Anggur
(++)
Tengik (++)
Tengik (++)
Rasa
Pahit
(+++)
Pahit
(++)
Pahit
 (++)
Pahit
(++)
Pahit
(++)
Pahit
(++)
Endapan
-
-
-
-
-
-
Jernih
(+++)
(+++)
(+++)
(++)
(++)
(++)
Tinggi
6
-
-
-
-
5,8
BJ
1,2
-
-
-
-
1,2
PH
7
-
-
-
-
7
Viskositas
1,87
-
-
-
-
1,82

B.    Perhitungan
Data Perhitungan Bahan
1.     Theophyllin  =  x 100ml = 1 gr

2.     Air : Gliserin

·        F1 =  x 100 = 2,5 ml
·        F2 =  x 100 = 7,5 ml
·        F3 =  x 100 = 15 ml

3.     Tween 80 =  x 100 = 1 gr
4.     Syrupus simplex =  x 100 ml = 40 ml
5.     Essens + Pewarna = q.s
6.     Aqua destilata
·        F1 = 100 ml – (1 + 2,5 + 1 + 40) = 55,5ml
·        F2 = 100 ml – (1 + 7,5 + 1 + 40)= 50,5ml
·        F3 = 100 ml – (1 + 15 + 1 + 40)= 43 ml

3.2  Data Pengamatan

3.3   Pembahasan

Padapraktikumpembuatanlarutan kali inimengenaieliksir. Eliksirmerupakanlarutanhidroalkohol yang jernih dan manisdimaksudkanuntukpenggunaan vital, dan biasanyadiberi rasa untukmenambahkelezatan. Padapercobaan yang kami lakukan, eliksir yang kami buatberbahanaktifteofilin, yaitubronkodilator yang digunakanuntukpasienasma dan penyakit paru obstruktifkronik, namuntidakefektifuntukreaksiakutpadapenyakit paru obstruktifkronik. teofilininisukarlarutdalam air namunmudahlarutdalam air panas, olehkarenaitupadapembuataneliksir kami, air yang digunakanuntukmelarutkansalisilamidumharusdalamkeadaan panas  80 °C yang perlu di campurdenganetanol, sehinggateofilindapatmelarut dan mudahdicampurkandenganbahanlainnya.
Ada 3 formula yang diberikanpadapercobaan yang kami lakukan.Yaitupelarutcampurandenganmenggunakan air, alcohol dan tween yang masing-masingkonsentrasinyasama yang berbedahanyakonsentrasipropilenglikolsaja.
Hasilpengamatan yang di dapatpadaharipertama, sediaan kami terdapatpengendapanuntuksetiaptabungnya, warnadan rasa masihstabil.Kemudianuntukhasilpengamatanharikedua, di dapatkanwarnadanbau yang masihsamadarisetiaptabung yang ada. Hasilpengamatanhariketiga, kestabilaneliksirmakinberkurang di tandaidenganperubahanaroma yang berbeda di harisebelumnya.Hasil yang didapatkanpadaformulasikedua, dikarenakan formula kedualebihsedikitendapannyadibandingkanformulasipertamadanketiga.Bisaterjadimungkindikarenakanpadasaatmelarutkanzataktiftidakbenar – benarlarutsehinggaterjadipengendapan.Sedangkanmelarutkanzataktifteofilininilebihampuhdengan air yang mendidihdikarenakankelarutan yang sangatrendahterhadap air dan alcohol.

Pada praktikum ini yaitu membuat eliksir yang berkhasiat untuk orang yang mengalami gangguan atau obstruksi pernapasan, seperti asma, bronkitis, emfisema, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Eliksir yang dibuat ini yaitu 3 formulasi yang masing-masing memiliki perbedaan konsentrasi pada gliserinnya, hal ini bertujuan untuk melihat dari konsentrasi gliserin berapa eliksir yang baik dan stabil didapat. Formula eliksir yang dibuat  selain mengandung theofilin sebagai zat aktifnya, terdapat juga beberapa zat tambahan seperti gliserin dengan berbagai konsentrasi (2,5%, 7,5%, 15%) yang berfungsi sebagai pelarut (untuk mempertinggi kelarutan), tween 80 sebagai surfaktan agar eliksir yang dibuat tetap stabil, syrupus simplex sebagai pemberi rasa, essens aroma anggur sebagai pemberi aroma anggur , pewarna ungu sebagai pemberi warna ungu , dan aqua destilata juga sebagai pelarut.
Setelah melalu beberapa pengamatan dalam beberapa hari. Untuk formulasi eliksir Theofilin ini dapat dikatakan baik, karena dari awal pembuatan sampai pengecekan hari ke-6 sediaan sirup relatif stabil ditandai dengan tidak adanya endapan, akan tetapi warna sirup sedikit berubah, dan aromanya mulai pudar. Hasil pengecekan pada hari pertama formula I, II, III hanya rasa dan warna serta kejernihan yang membuat sirup tidak baik, karena rasa manis yang mulai menurun dibanding pada hari pertama. Rasa manis serta agak pahit yang ditimbulkan disebabkan oleh rasa bawaan zat aktif Theofilin tersebut dan konsentrasi penambahan pemanisnya. Penambahan jumlah volume sirupus simplex tidak terlalu berpengaruh karena konsentrasinya yang hanya 40% saja. Hingga pengecekan hari ke-6 tidak adanya perubahan rasa yang signifikan. Dari segi warna dan kejernihan sediaan eliksir yang kami buat dan diukur selama 6 hari tidak terjadi perubahan warna dimana warna ungu tetap stabil. Tetapi ada formula yang cukup baik pada sediaan eliksir Theofilim  ini, yaitu formula III. Karena jika dibandingkan dengan formula I, II, sediaan pada formula III memiliki rasa yang cukup baik yaitu dengan rasa agak manis dan aroma yang masih stabil.
Penyebab berubahnya kestabilan dari sediaan yang kami buat ini setelah dilakukan penelusuran ternyata essence dan pewarna yang kami gunakan sudah mencapai exp date sehingga kekeruhan dan warna yang memudar ini disebabkan kontaminasi dari pewarna dan perasa itu sendiri. Untuk pengukuran PH , BJ serta viskositas tidak menunjukan perubahan yang signifikan dimana ph dari semua formula berada pada kisaran Ph netral yaitu 7. Untuk bobot jenis juga masih sama dimana tidak adanya perubahan sedangkan untuk viskositas perubahan yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan. Secara garis besar sediaan eliksir yang kami buat memiliki kstabilan yang lumayan baik hanya saja dari segi warna,an rasanya yang berkurang dan tidak baik jika di konsumsi.
















BAB IV
KESIMPULAN

1.  Eliksir merupakan larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
2.  Formula eliksir yang dibuat yaitu 3 formula dengan konsentrasi gliserin yang berbeda-beda (2,5%, 7,5%, dan 15%)
4.  Diambil formula eliksir no 3 karena memiliki rasa,aroma,lebih stabil di bandingkan formula 1 dan formula 2
4. Dari hasilformulasi yang kami lakukandapatdisimpulkanbahwaTeofilinbaikjikadibuatdalambentuksediaaneliksirkarenateofilinmempunyaidayakelarutan yang rendahpada air, sehinggateofilindibuatdalambentuksediaaneliksir.Sediaaninimenggunakanpelarutcampurdenganmembuatpelarutcampurterlebihdahulu, kemudianzataktifdilarutkansedikit demi sedikitkedalampelarutcampur.Pada formula keduamendapatkankestabilan yang bagusdibandingkandengan formula ketigadanpertama.Kelarutanzataktiflebihcepatlarutjikadilarutkandengan air yang mendidih.






















DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI Press

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979.Farmakope Indonesia Edisi Ketiga.Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta

Farmakope Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Anief, Muhammad. 1997.IlmuMeracikObat. Yogyakarta : UGM Press

Ansel,Howard. C 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia Jakarta.
























LAMPIRAN

Baban's Words Part 2

FGVV?ds000,,,,,,,,,,,,,,M9320W-NHJ